Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/150114
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.authorPramukanto, Qodarian-
dc.date.accessioned2024-05-16T06:21:35Z-
dc.date.available2024-05-16T06:21:35Z-
dc.date.issued2024-
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/150114-
dc.description.abstractMenyimak pengarahan almarhum Letjen TNI (Purn.) Mashudi ---saat menjabat gubernur Jawa Barat, seperti ditulis Tjitroseowarno di harian Pikiran Rakyat tanggal 25 Juni 2005, “Mashudi, Korbankan Kepalanya yang Botak”--- mengenai fungsi ekologi hutan dan kawasan hijau sebagai pegendali bencana longsor dan banjir sangat menarik. Peragaan demonstratif yang beliau lakukan, seperti dikisahkan, dengan menuangkan segelas air di atas kepala beliau yang gundul mencerminkan kepedulian beliau yang tinggi terhadap permasalahan lingkungan. Besaran akibat yang akan terjadi apabila pohon di gunung ditebang dan hutan digunduli menyebabkan air hujan yang jatuh tidak dapat “ditahan” namun langsung mengalir ke bawah menimbulkan banjir seperti meluncurnya air yang dituang di atas kepala beliau. “Demikian semangat dan antusiasnya Pak Mashudi berbicara tentang penghijauan di Jawa Barat. Banyak angka yang diingatnya tentang kerusakan hutan sejak zaman pendudukan Jepang di Jabar”, seperti dikisahkan juga oleh Syafik Umar, (“Saya Masih Punya Utang di Oray Tapa”, Pikiran Rakyat 29 Juni 2005). Kini, empat puluh tahun kemudian, apa yang beliau khawatirkan saat itu telah terbukti. Musibah tanah longsor dan banjir merupakan berita yang kerap kita dengar dan saksikan. Namun ironisnya, kerap pula kita dengar dan saksikan berita penebangan pohon, penggundulan hutan, perubahan kawasan lindung dan penyangga menjadi budidaya, kawasan budidaya menjadi kawasan terbangun (permukiman, industri, kota dan jalan raya), serta peruntukan lain yang menyalahi fungsi dan melampaui kapasitas ekologi. Sampai kapan ketidakpedulian ini terus terjadi ? Disadari atau tidak secara perlahan tapi pasti kita sama-sama sedang melakukan apa yang oleh J.O. Simonds ---empat puluh tahun yang lalu--- disebut sebagai bunuh diri secara ekologis (ecological suicide). ...id
dc.language.isoidid
dc.publisherDepartemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian IPB Universityid
dc.titleMenjadikan Greenbelt Bandung Raya Sebagai Ruang Terbuka Hijau Regionalid
dc.typeArticleid
Appears in Collections:Soil Science and Land Resource

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
MENJADIKAN GREENBELT BANDUNG RAYA SEBAGAI RUANG TERBUKA HIJAU REGIONAL_8 Mei 2024.pdfArticle207.54 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.