Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/14746
Title: Pendugaan Biomasa di Atas Tanah pada Ekosistem Hutan Primer dan Hutan Bekas Tebangan (Studi Kasus Rutan Dusun Aro, Jambi)
Authors: Tresnawan, Hamdan
Issue Date: 2001
Publisher: IPB (Bogor Agricultural University)
Abstract: Biornasa hulan rnerniliki kandungan karbon yang cukup polen sial. Harnpir 50% dari biornasa pada vegetasi hutan tersusun atas unsur karbon. Un sur tersebut dapat dilepas ke atrnosfir dalarn bentuk karbondioksida (CO,) apabila hutan dibakar, sehingga jurnlahnya bisa rneningkat secara drastis di atmostir dan rnenjadi masalah lingkungan global. Oleh karena itll pengukuran terhadap biomasa sangat dibutuhkan untuk mengetahui berapa besar jurnlah karbon yang tersirnpan di dalam hutan dan pengaruhnya terhadap siklus biogeokimia, terutama siklus karbon dan pernanasan global. Pengeiolaan sumberdaya hutan yang tidak iestari, perubahan penutupan lahan dan penggunaannya, laju deforestasi yang tinggi, praktek-praktek pembalakan tidak terkendali, kebakaran hutan, telah banyak mengakibatkan penurunan biomasa seeara terus menerus. Biomasa yang keluar dari hutan seringkali tidak seimbang dengan penambahan biomasa di dalam hutan. Kesuburan tanah dan unsur hara yang semakin menu run akibat eksploitasi biomasa tumbuhan yang berlebihan yang terutama sering terjadi dalam pemanenan hutan rnempakan suatl! ancaman serius bagi kelestarian ekosistem hutan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mcnduga besarnya biomasa di atas tanah per satuan luas pada ekosistern hutan primer dan hutan bekas tebangan. Hasil penclitian ini berrnanfaat dalam pengelolaan hutan hujan tropika seeara bcrkelanjutan bcrdasarkan tingkat produktivitas, besarnya biomasa dan bersama-sama dengan parameter lain penentu keseimbangan hara (siklus hara) di hutan hujan tropika. Penelitian ini dilaksanakan di hutan alarn tropika primer dan bekas tebangan HUTAN TRI DHARMA LMGC (Lalld Mallagemen! (iralld ('olle!!.e) - IPS Propinsi Dati I larnbi yang merupakan hulan dataran rcndah dengan kctinggian tcmpat antara 20 - 200 rndpl. Waktu pelaksanaan penelitian di lapangan dimulai bulan Februari hingga awal bulan Maret 2001. Metode yang digunakan untuk menduga jurnlah total biomasa merupakan kornbinasi dari metode pemanenan (destmktit) dan metode pendugaan (non destruktit). Parameter biornasa di atas tanah yang diukur dalam penelitian ini adalah biomasa pohon dan nekromasa pohon (pohon mati berdiri, pohon reboh, dan tunggak), tumbuhan bawah, serasah kasar, dan serasah halus. Untuk pengambilan contoh pohon hidup digunakan metode pendugaan tidak langsung (non destruktif) yaitu dengan menggunakan model allometrik yang dibuat Brown dkk (1997) berdasarkan wilayah curah hujan dan untuk pohon mati menggunakan rumus Biomas([ = nD2hs/40, dimana .\lJecijic gl'Gvily (s dalam g crn-J) dilihat dari daftar berat jenis kayu di Indonesia dan database berat jenis kayu yang , dibuat lCRAF. Sedangkan untuk sampel tumbuhan bawah (0 < 5 em), serasah kasar, dan serasah halus dilakukan dengan eara metode pemanenan langsung (destruktil). Petak eontoh yang digunakan untuk mengukur biomaso po han dan nekromasa pohon adalah 5 m x 40 m (3x), 20 m x 100 m (3x), dan 100 m x 100 m (Ix) pada masing-masing kondisi hutan (hutan primer, hutan bekas tebangan tahun 1998, dan hutan bekas tebangan tahun 2000). Untuk pohon yang berdiameter 5 - 30 em diukur pada petak eontoh 5 m x 40 m, pohon berdiameter 30 .- 60 em pada petak eontoh 20 m x 100 m, dan pohon dengan diameter> 60 em pad a petak eontoh 100 m x 100 m. Sedangkan pada petak eontoh 5 m x 40 m dibuat sub petak eontoh deng.n luas I m x I m (4x) untuk mengukur tumbuhan bawah dan 0.5 m x 0.5 m (8x) untuk ser.sah kasar dan serasah halus. Basil penelitian menul~ukkan bahwa hutan primer memiliki kerapatan paling besar dibanding hutan bekas tebangan (tahun 1998 dan tahun 2000). Jenis kempas (Koompassia maiaeeemis) menyumbangkan biomasa terbesar pada hutan primer sebesar 37%. Sedangkan jenis yang rnemiliki persentase biomasa terbesar pada hutan bekas tebangan tahun 1998 dan hutan bekas tebangan tahun 2000 adalah jenis jambu-jambu (Eugenia sp.) dengan persentase masing-masing sebesar 23% dan 25%. Jenis yang paling banyak ditemukan pada setiap kondisi he tan adalah jenis jambu-jambu (Eugellia sp.). Jumlah total biomasa di atas tanah pada hutan primer adalah 348,02 tonlha untuk pohon hidup/pohon bereabang, 11,737 tonlha untuk nekromasa pohonlpohon tidak bereabang, 0,834 ton/lm untuk tumbuhan bawah, 5,353 tonlha untuk serasah kasal', dan 1,007 ton/ha untuk serasah halus. Besamya biomasa total pohonlpohon bereabang pada hutan bekas tebangan tahun 2000 .d.lah 221,39 ton/ha. Nekrom.s. pohonlpohon tidak bereabang sebesar 119,129 ton/ha. Tumbuhan b.wah sebesar 0,917 ton/lm. Ser.s.h kasar sebesar 5,77 ton/h.. Sedangkan untuk serasah halus sebes.r 0,930 ton/ha. Biomas. total pada hutan bekas tebangan tahun 1998 ad.lah 189,26 tonlha untuk pohon hidup/pohon bereabang, 116,676 ton/h. untuk nekromasa pohonlpohon tid.k bereabang, 1,088 tonlha untuk tumbuh.n bawah, 4,674 tonlha untuk serasah kasar, dan 0,674 tonlha untuk serasah hal us. Keeilny. jumlah biom.sa pad. hutan bek.s tebangan (tahun 1998 dan tahun 2000) merup.kan salah satll dampak dari kegiatan pemanenan hutan (penebangan). Satu hal yang menarik bahwa biom.s. tumbuh.n b.w.h yang dihasilkan pada hut.n bekas tebangan (t.hun 1998 dan t.hun 2000) lebih besar dibandingkan dengan hutan primer.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/14746
Appears in Collections:UT - Forest Management

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
E01HTR.pdf
  Restricted Access
full text2.29 MBAdobe PDFView/Open
E01HTR_abstract.pdf
  Restricted Access
abstract557.19 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.