Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/146825
Title: Pengaruh Posisi Letak Telur Ayam Konsumsi Selama Penyimpanan Terhadap Kualitas Telur
Authors: Samosir, D. J.
Simamora, Celly
Kusumawaty, Denny
Issue Date: 1983
Publisher: IPB University
Abstract: Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bagian Unggas, Departemen Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dari tanggal 16 Maret 1983 sampai dengan tanggal 12 April 1983. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh posisi letak telur ayam konsumsi selama penyimpanan terhadap kualitas telur. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini ialah Rancangan Petak Terpisah-pisah 4 x 4 x 5 dengan 2 blok. Parameter yang diukur terdiri dari 3 faktor, yaitu faktor bobot telur, faktor lama penyimpanan, faktor posisi telur. Posisi telur sebagai Anak Anak Petak karena merupakan faktor utama yang diteliti, kemudian lama penyimpanan sebagai Anak. Petak. Blok dan bobot telur sebagai Petak Utama. Blok terdiri dari 2 macam wadah telur ("egg trays"), yaitu blok I wadah telur terbuat dari plastik dan blok II wadah telur terbuat dari karton. Bobot telur terdiri dari 4 kelompok, yaitu (1) 46-50 gram berasal dari induk berumur 7 bulan, kelompok (II) 51-55 gram berasal dari induk berumur 8-9 bulan, (III) 56-60 gram berasal dari induk berumur lebih dari 9 bulan dan kelompok (IV) 61-65 gram berasal dari induk berumur sekitar 1 tahun. Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Rataan temperatur dan kelembaban udara ruang penyimpanan selama penelitian adalah 28.05 °C dan 70.81 persen. 2. Posisi letak telur ayam konsumsi selama penyimpanan berpengaruh nyata (P/0.05) terhadap penurunan nilai "Haugh Unit". Posisi telur tegak ujung runcing di atas mempu- nyai nilai "Haugh Unit" yang tertinggi yaitu 47.52, dan terendah pada posisi telur tegak ujung runcing di bawah yaitu 43.85 3. Pengaruh lama penyimpanan terhadap penurunan nilai "Haugh Unit" sangat nyata (P/0.01). Penyimpanan telur selama 28 hari mengalami penurunan nilai "Haugh Unit" dari 77.77 menjadi 33.00 4. Bobot telur ayam konsumsi berpengaruh sangat nyata (P/0.01) terhadap penurunan nilai "Haugh Unit". Pada telur berbobot 46-50 gram mempunyai nilai "Haugh Unit" tertinggi yaitu 55.95, dan terendah pada telur berbobot 61-65 gram yaitu 36.49. 5 . Lama penyimpanan berpengaruh sangat nyata (P/0.01) terhadap penyusutan bobot telur. Penyimpanan telur selama 7, 14, 21 dan 28 hari, berturut-turut mengalami penyusutan sebesar 0.74, 1.34, 2.07, 3.01 gram/butir atau 1.11, 2.43, 3.72, 5.40 persen dari bobot awal. 6. Penyimpanan selama 28 hari pada telur berbobot 46-50 gram mengalami penyusutan bobot terkecil yaitu 2.61 gram per butir, kemudian bobot telur 51-55 gram dan 56-60 gram sama yaitu 2.89 gram/butir, penyusutan terbesar pada telur berbobot 61-65 gram yaitu 3.65 gram/butir, atau dalam persen dari bobot awal berturut-turut 5.50, 5.34, 5.00, 5.81 persen. 7. Lama penyimpanan berpengaruh sangat nyata (P/0.01) ter- hadap tebal kerabang. Penyimpanan selama 7, 14, 21 dan 28 hari, tebal kerabang telur berturut-turut 0.3735, 0.3731, 0.3622, 0.3594. Karena semakin lama telur disimpan maka kerusakan lapisan kutikula semakin besar.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/146825
Appears in Collections:UT - Animal Production Science and Technology

Files in This Item:
File SizeFormat 
D83DKU.pdf
  Restricted Access
7.88 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.