Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/146785
Title: Optimalisasi penyediaan bahan baku, jumlah dan jadwal giling pabrik gula : Studi kasus pada PG. Trangkil, Jawa Tengah
Authors: Tjakrawiralaksana, Abas
Susmiadi, Ali
Ismintarti
Issue Date: 1996
Publisher: IPB University
Abstract: Globalisasi dunia mengisyaratkan perlunya peningkatan efisiensi industri gula baik di tingkat makro maupun di tingkat mikro. Sebagai perusahaan pabrik gula bertujuan memperoleh keuntungan maksimum. Namun kendala-kendala yang dihadapi oleh pabrik gula di Jawa semakin ketat karena berkurangnya sumberdaya yang tersedia. Oleh karena itu perencanaan optimal penggunaan sumberdaya yang dida- sarkan pada hasil analisis kuantitatif, sangat penting bagi pabrik gula. Studi ini bertujuan mengetahui dan mempelajari perencanaan optimalisasi sumberdaya bagi PG Trangkil yang mencakup penataan areal, volume dan jadwal giling tebu dengan menggunakan program linear. Alternatif (skenario) pertama adalah apabila pabrik gula menyelenggarakan dan menggiling Tebu Sendiri karena tidak dapat menggantungkan ketersediaan seluruh bahan baku kepada petani TRIK. Pada kondisi tersebut luas areal tanaman tebu yang optimal seluruhnya 6 313.26 ha dengan struktur luas areal berdasarkan kategori tanaman sebagai berikut: TRISK 1 27.27% (1721.36 ha), TRISK 2 12.18% (768.78 ha), TRITK 1 31.25% (1972.86 ha), TRITK 2 17.08% (1078.55 ha), dan TRIN sebesar 9.01% (567.01 ha). Alternatif (skenario) kedua adalah apabila pabrik gula tidak menyelenggarakan dan menggiling Tebu Sendiri karena menggantungkan ketersediaan seluruh bahan baku kepada petani TRIK. Pada kondisi tersebut luas areal tanaman tebu yang optimal seluruhnya 6 292.34 ha dengan struktur luas areal berdasarkan kategori tanaman sebagai berikut : TRISK 1 30.63% (1927.35 ha), TRISK 2 8.94% (562.79 ha), TRITK 1 34.48% (2169.48 ha), TRITK 2 16.94% (1065.71 ha), dan TRIN sebesar 9.01% (567.01 ha). Secara keseluruhan pada kedua skenario areal TRISK 1 dan TRITK 1 pada MT 1993/1994 lebih rendah dari areal optimalnya, sebaliknya terjadi pada TRISK 2 dan TRITK 2. Hal ini diduga disebabkan petani lebih menyukai tanaman keprasan karena produktivitasnya yang lebih tinggi atau karena menghindari besarnya jumlah kredit untuk tanaman tebu pertama sehingga mereka mendaftarkan areal tebu tanaman pertamanya sebagai areal tebu keprasan. Pada MT 1993/1994 TS yang tergiling adalah seluas 132.93 ha sedangkan lahan yang tersedia adalah 204.70 ha. Dibandingkan kondisi optimal, areal TRIN MT 1993/1994 lebih rendah 99.36 ha…dst
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/146785
Appears in Collections:UT - Agronomy and Horticulture

Files in This Item:
File SizeFormat 
A97ISM.pdf
  Restricted Access
3.66 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.