Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/146186
Title: Studi kasus kecacingan pada orangutan (Pongo pygmaeus Linnae 1760) di Taman Margasatwa Ragunan Jakarta
Authors: Tiuria, Risa
Gantiana, Yuke Yunizar
Nugroho, Warih
Issue Date: 2002
Publisher: IPB University
Abstract: Orangutan termasuk jenis kera besar yang ada di Indonesia. Kata orangutan berasal dari bahasa Melayu dan Indonesia yang berarti manusia yang hidup di hutan. Orangutan di Indonesia ada dua jenis yaitu Pongo pygmaeus abelli yang ada di Sumatra dan Pongo pygmaeus pygmaeus yang terdapat di Kalimantan. Penyakit kecacingan pada orangutan pada umumnya bersifat kronis dan terkadang tidak menampakkan gejala klinis yang jelas, tetapi penyakit ini dapat menimbulkan efek sekunder yang sangat fatal bahkan mampu menyebabkan kematian dari satwa tersebut. Hal itu, tentu saja dapat merugikan pihak pengelola area konservasi ex-situ dan dapat berakibat buruk bagi para perawat dan tim medis yang bekerja di kebun binatang tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, ditemukan bahwa selama bulan Desember 2000 sampai Oktober 2001 kasus kecacingan yang terjadi pada orangutan 84,44% disebabkan oleh Strongyloidiosis, 8,89% disebabkan oleh Ascariosis, 4,44% disebabkan oleh Trichuriosis dan 2,22% disebabkan oleh Trichostrongyloidiosis. Usaha yang dilakukan oleh pihak Taman Margasatwa Ragunan sebagai pengendalian penyakit ini meliputi tindakan pengobatan, pencegahan dan pemberantasan. Pengobatan dilakukan dengan pemberian preparat mebendazole dengan dosis 20-25 mg/kg berat badan selama 3(tiga) hari berturut-turut pada hewan penderita, kemudian dihentikan selama 7(tujuh) hari untuk dilakukan eveluasi. Jika masih ditemukan telur atau larva cacing dalam sampel tinja maupun darah, maka tindakan tersebut diulang kembali sampai benar-benar tidak ditemukan lagi telur atau larva cacing pada proses evaluasi. Sebagai usaha pengendalian juga dilakukan penyemprotan dengan air panas (steaming) pada suhu 101°C dan soda api ditambah desinfektan pada lingkungan kandang. Tindakan pencegahan dilakukan dengan pemberian Ivermectin dengan dosis 1 cc/33-50 kg berat badan setiap 14 (empatbelas) hari sekali pada setiap individu orangutan. Tindakan pemberantasan dilakukan dengan pemberian preparat mebendazole secara terus menerus selama 21(duapuluh satu) hari, kemudian dihentikan selama 7 (tujuh) hari untuk dilakukan evaluasi. Jika masih ditemukan telur atau larva cacing dalam sampel tinja maupun darah, maka tindakan tersebut diulang kembali sampai benar-benar tidak ditemukan lagi telur atau larva cacing pada proses evaluasi. Kegiatan ini bisa memakan waktu hingga 6 (enam) bulan.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/146186
Appears in Collections:UT - Veterinary Clinic Reproduction and Pathology

Files in This Item:
File SizeFormat 
B02wnu1.pdf
  Restricted Access
14.29 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.