Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/145073
Title: Kasus leptospirosis pada sapi perah impor bantuan masyarakat ekonomi eropa di kabupaten daerah tingkat II banyumas
Authors: Partoatmodjo, soeratno
Sujarwo, Edy
Issue Date: 1989
Publisher: IPB University
Abstract: Sejarah penelitian ilmiah terhadap leptospirosis dimulai tahun 1886 ketika WELL (dalam Partoatmodjo, 1964) mendapatkan suatu penyakit menular akut dengan tanda-tanda pembengkakan limpa, ikterus, dan nefritis. Kejadian leptospira pada sapi, pertama kali dilaporkan di Russian Caucasus, dimana penyakit ini menyebabkan haemoglobinuria dan ikterus (Michin and Azinov, 1935 dalam Jensen and Mackey, 1971). Penelitian terhadap leptospira di Indonesia sudah dimulai sejak zaman penjajahan Belanda dimana telah banyak leptospira diisolasi baik dari manusia, anjing, tikus maupun binatang-binatang lain di Indonesia dan beberapa galur diberi nama seperti hardjo, bataviae, javanica, semaranga, djasiman, binjei dan paijan. Penelitian secara sistematik mengenai leptospira pada hewan peternakan di Indonesia baru dilakukan oleh Partoat- modjo tahun 1964, dimana ia banyak menemukan reaksi sero- logis yang positif pada sapi, kerbau, dan babi. Pada babi sebanyak 21% mengandung leptospira di dalam ginjalnya (Par- toatmodjo, 1964). Ciri khas genus Leptospira ini adalah berbentuk spiral yang sangat halus, berpilin kekanan (searah jarum jam), flek- sibel, diameternya 0,1 mikrometer, panjangnya 6-12 mikrometer, salah satu ujungnya sering membengkok membentuk suatu kait. Terdapat gerak rotasi aktif dan mempunyai flagel periplas- mik (Johnson and Faine, 1979). Leptospirosis pada sapi mungkin timbul dalam bentuk a- kut, subakut, atau bentuk kronis. Hewan yang paling peka terhadap bentuk akut adalah anak sapi di atas umur satu ta- hun. Penyakit ini diperlihatkan dengan gejala septikemia, demam tinggi (40,5-41,5°C), anoreksia, petechiae pada muko- sa, depresi, anemia haemolitika akut dengan haemoglobinuria. Bentuk akut ini jika terjadi pada sapi yang sedang bunting mungkin menyebabkan keguguran karena adanya reaksi sistemik, sedang pada sapi yang sedang laktasi, air susu yang dikelu- arkan turun secara drastis, warnanya kemerahan atau mengan- dung gumpalan-gumpalan darah, dan ambingnya lemas dan lunak…dst
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/145073
Appears in Collections:UT - Veterinary Clinic Reproduction and Pathology

Files in This Item:
File SizeFormat 
B89esu.pdf
  Restricted Access
7.08 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.