Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/143883
Title: Aplikasi busan 40 (Thiocyanomethylthio benzothiazole) tanpa dan dengan penggaraman pada pengawetan kulit kambing samak khrom
Authors: Thalib, Amlius
Adnyane, I Ketut Mudite
Muhdarsyah
Issue Date: 2003
Publisher: IPB University
Abstract: Kulit mudah mengalami kerusakan yang diakibatkan oleh mikroorganisme, karena kulit merupakan media yang baik bagi pertumbuhan bakteri pembusuk. Kulit kambing mentah supaya tidak rusak sebelum dilakukan penyamakan maka perlu di awetkan agar kualitas kulit samak yang dihasilkan baik. Pengawetan sebaiknya segera dilakukan setelah kulit lepas dari hewan ternak, karena memperlama waktu pengawetan akan mempercepat terjadinya kerusakan. Pengawetan antara lain dapat dilakukan dengan penggunaan racun kulit Busan 40 pencegah tumbuhnya mikroorganisme. Penelitian I mengamati daya awet tingkat Busan 40 0,010%, 0,025% dan 0,050% dan pada penelitian II tingkat Busan 40 0,050% dan 0,100% berkombinasi dengan tingkat penggaraman jenuh dan tidak jenuh dalam proses pengawetan kulit. Kulit mentah yang digunakan dalam penelitian ini adalah 21 lembar kulit kambing betina berumur 1-2 tahun yang didapatkan dari pengumpul kulit Empang dan Cicurug, Bogor. Pada penelitian I menggunakan 9 lembar kulit kambing dan penelitian II menggunakan 12 lembar kulit kambing bagian kanan yang dibelah sepanjang garis punggung dari kepala sampai ekor. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian I adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah dengan perlakuan 3 tingkat busan 40 0,010%; 0,025% dan 0,050%, sedangkan rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian II adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 2x2 dengan 2 tingkat Busan 40 0,100% dan 0,050% dan 2 tingkat penggaraman jenuh dan tidak jenuh. Peubah yang diamati pada penelitian I terdiri dari sifat fisik (kekuatan tarik dan kemuluran kulit), sifat kimia (kadar air), analisa mikrobiologi (total bakteri dan jumlah jamur) dan histologi kulit (ketebalan epidermis dan dermis). Peubah yang diamati pada penelitian II terdiri dari sifat fisik (kekuatan tarik, kemuluran, kekuatan jahit dan kekuatan sobek kulit), sifat kimia (kadar air, kadar lemak, dan kadar protein), analisa mikrobiologi (total bakteri dan jumlah jamur) dan histologi kulit (ketebalan epidermis dan dermis). Hasil penelitian I menunjukkan bahwa tingkat Busan 40 0,010%, 0,025% dan 0,050% menghasilkan kulit kambing awet dengan kekuatan tarik (447,99 kg/cm²), kemuluran (139,77%), kadar air pada saat segar (66,71%), hari ke 1 (69,71%) dan hari ke 28 (19,05). Total bakteri saat segar (1,98x10° per cm²), hari ke 1 (6,36x109 per cm²), hari ke 3 (5,38x10° per cm²) dan hari ke 28 (2,11x10° per cm²) serta jumlah jamur saat segar (0,04x10° per cm²), hari ke 1 (4,53x10° per cm²), hari ke 3 (2,87 x 10° per cm²), hari ke 7 (1,28x10° per cm²) dan hari ke 28 (0,45x10° per cm²) yang tidak berbeda nyata (P>0,05)....
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/143883
Appears in Collections:UT - Animal Production Science and Technology

Files in This Item:
File SizeFormat 
D03muh1.pdf1.5 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.