Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/143046
Title: Perkembangan program intensifikasi padi sawah dan perubahan kelembagaan pertanian : Studi kasus kecamatan Majauleng, KabupatenDaerah Tingkat Ii Wajo, Propinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan, tahun 1967-1994
Authors: Hanafiah, T
Jameroddin
Issue Date: 1997
Publisher: IPB University
Abstract: Bertambahnya penduduk dari tahun ke tahun berarti membutuhkan pangan yang meningkat pula dari tahun ke tahun. Pemerintah Indonesia sejak tahun 1964 melaksanakan program intensifikasi pertanian, khususnya intensifikasi padi untuk memenuhi kebutuhan pangan. Diawali dengan program Bimas pelaksanaan program intensifikasi telah berlangsung selama tiga dekade. Program dikembangkan menjadi Inmas/Inmum, Supra Insus, dan SUTPA. Saat dilakukan penelitian, program SUTPA belum dilaksanakan di Sulawesi Selatan dan dimulai pada periode 1995/1996. Perkembangan program intensifikasi mulai dari Bimas sampai SUTPA dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas dan mengatasi gejala "leveling-off" yang sering terjadi. Program intensifikasi pada dasarnya berisi paket-paket teknologi pertanian, sehingga untuk meningkatkan produktivitas secara berkesinambungan perlu adanya introduksi teknologi secara berkesinambungan pula. Inovasi teknologi ini merupakan syarat untuk peningkatan perbaikan dan peningkatan taraf hidup petani. Penerimaan teknologi dalam bidang pertanian menyebabkan terjadinya efisiensi pada sumberdaya pertanian terutama pada lahan, tenaga kerja, dan dana. Akibatnya bukan hanya meningkatkan produktivitas lahan, tetapi juga menyebabkan perubahan kelembagaan di bidang pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk: a) mengetahui sejauhmana perkembangan program intensifikasi, b) mengetahui perubahan kelembagaan pertanian yang terdiri dari kelembagaan pertanahan, hubungan kerja, dan perkreditan, dan c) mengetahui sejauhmana perkembangan intensifikasi mempengaruhi kelembagaan pertanian. Penelitian dilakukan di Desa Rumpia dan Desa tosora Kecamatan Majauleng, Kabupaten DT II Wajo, Propinsi DT I Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja karena Kecamatan Majauleng merupakan sentra produksi pangan, memiliki desa maju dan desa tidak maju. Sedangkan Desa Rumpia dan Desa Tosora dipilih karena keduanya memiliki tingkat perkembangan intensifikasi yang berbeda, sehingga dapat dianggap mewakili desa-desa yang ada di Kecamatan Majauleng. Desa Rumpia dikategorikan sebagai desa maju karena telah melaksanakan seluruh program intensifikasi dan tersedia lembaga penunjang intensifikasi, sedangkan Desa Tosora dikategorikan sebagai desa tidak maju karena belum melaksanakan program Supra Insus. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 1995…dst
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/143046
Appears in Collections:UT - Agronomy and Horticulture

Files in This Item:
File SizeFormat 
A97JAM.pdf
  Restricted Access
21.9 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.