Pengaruh mulsa vertikal terhadap aliran permukaan dan erosi, serta pertumbuhan dan produksi jagung (Zea mays L.) Hibrida CPI-1 pada latosol (Oxic Dystropept) Darmaga

Abstract

Pemanfaatan sisa-sisa tanaman sebagai mulsa vertikal dalam konservasi tanah dan air telah diperkenalkan para ahli sebelum tahun 1960, namun sekarang belum banyak dipraktekkan petani. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah efektivitas sisa tanaman yang digunakan sebagai mulsa vertikal dengan jarak alur yang berbeda dibandingkan dengan teras gulud dan mulsa konvensional terhadap aliran permu- kaan, erosi serta pertumbuhan dan produksi jagung (Zea mays L.) hibrida CPI-1 selama satu musim tanam pada Latosol (Oxic Dystropept), Darmaga. Percobaan ini dilakukan di Kebun Percobaan Jurusan Tanah, Fakultas Perta- nian, Institut Pertanian Bogor di Darmaga dengan kemiringan lereng 14.5 % dan berlangsung dari September 1992 hingga Pebruari 1993. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan tiga ulangan dan perlakuan yang diterapkan adalah teras gulud berjarak 11 m (TO), mulsa konvensional (T1), mulsa vertikal berjarak 11 m (T2), mulsa vertikal berjarak 7.3 m (T3) dan mulsa vertikal berjarak 5.5 m (T4). Petak percobaan berukuran 22 x 2 m dengan tanaman indikator jagung hibrida CPI-1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan mulsa vertikal berjarak 11 m, 7.3 m dan 5.5 m mampu menekan aliran permukaan masing-masing sebesar 41.5%, 59.15% dan 73.63% dibandingkan dengan perlakuan mulsa konvensional. Perla- kuan mulsa vertikal berjarak 11 m, 7.3 m dan 5.5 m juga dapat menekan erosi masing-masing sebesar 92.17%, 93.76% dan 96.12% dibandingkan dengan perla- kuan mulsa konvensional....