Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/140216
Title: Studi dan kelembaban udara di sekitar tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) pada berbagai pola tanam dan respon penyakit antraknose
Authors: Koesmaryono, Yonny
Djatnika, I
Susila, I Made
Issue Date: 1992
Publisher: IPB University
Abstract: Cendawan Colletotrichum capsici dan Gloeosporium piperatum adalah patogen penyebab penyakit an- traknose. Penyakit ini kerap ditemukan hampir pada setiap pertanaman cabui. Luas serangannya cukup besar sehingga dapat menurunkan produksi cabai apabila tidak ditangani secara serius. Pertumbuhan dan perkembangan serta tingkat serangan penyakit ini di samping ditentukan oleh faktor genetik penyakit dan lingkungan biologis juga tidak terlepas dari pengaruh lingkungan fisik, iklim dan atau cuaca terutama suhu dan kelembaban udara di sekitar tanaman. Suhu dan kelembaban udara di sekitar tanaman sangat berbeda dengan lingkungan di atasnya. Perbedaan ini diantaranya bergantung pada bentuk dan luas tajuk, kerapatan tanaman, serta pola tanam. Penelitian ini bertujuan melihat respon penyakit antraknose terhadap perbedaan suhu dan kelembaban udara di sekitar tanaman pada beberapa pola tanam cabai merah besar terhadap intensitas penyakit antrak- nose. Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Sub Balai Penelitian Hortikultura Segunung, Cianjur dari bulan September 1991 sampai bulan Pebruari 1992. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok faktorial yang terdiri atas dua faktor yaitu faktor jarak tanam (J) dan sistem tanam (S). Faktor jarak tanam terdiri tiga taraf yaitu jarak tanam 20 x 30 cm (0), 40 x 50 cm (j), dan 60 x 70 cm (1), dan faktor sistem tanam terdiri dua taraf yaitu sistem tanam monokultur cabai (s) dan tumpangsari cabai-jagung (s). Pada perlakuan S₂ jarak tanam jagung adalah 120 x 70 cm. Hasil penelitian diperoleh intensitas penyakit berbeda nyata pada perlakuan sistem tanam, tetapi tidak berbeda pada perlakuan jarak tanam. Intensitas penyakit pada perlakuan monokultur lebih tinggi daripada sis- tem tanam tumpangsari. Perlakuan jarak tanam dan sistem tanam tidak berpengaruh nyata terhadap suhu dan kelembaban udara pada ketiga tingkat ketinggian. Kecuali pada minggu pertama pengamatan. Kombinasi Suhu dan kelembaban udara memiliki keeratan hubungan yang sangat rendah terhadap inten- sitas penyakit yang ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi lebih kecil dari nilai kritis berdasarkan uji t- student. Koefisien korelasi suhu dan kelembaban udara terhadap intensitas penyakit berkisar dari 0.004 sampai 0.44 (nilai mutlak). Analisis ragam terhadap persamaan regresi yang diperoleh tidak berbeda nyata sehingga persamaan tersebut tidak cukup baik untuk menduga intensitas penyakit pada kombinasi suhu dan ke- lembaban udara tertentu. Profil suhu dan kelembaban udara menurun menurut ketinggian. Profil suhu udara pada pagi dan sore hari memiliki landaian suhu yang lebih rendah daripada siang hari. Bobot buah panen per tanaman contoh tidak berbeda nyata pada jarak dan sistem tanam yang diberikan. Sebaliknya hobot huah panen total tiap plot herbeda nyata pada jarak tanam J, terhadap J dan J, tetapi J 1 2 tidak berbeda dengan J
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/140216
Appears in Collections:UT - Geophysics and Meteorology

Files in This Item:
File SizeFormat 
G92IMS.pdf
  Restricted Access
3.61 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.