Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/139501
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorSoekardono, Soeprapto-
dc.contributor.advisorAliambar, Sabdi Hasan-
dc.contributor.authorHusen, Surtikanti-
dc.date.accessioned2024-02-22T01:13:05Z-
dc.date.available2024-02-22T01:13:05Z-
dc.date.issued1989-
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/139501-
dc.description.abstractAkhir-akhir ini satwa liar yang dipelihara banyak menarik perhatian masyarakat. Hewan-hewan tersebut dapat dimanfaatkan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, misalnya sebagai hewan tunggangan, hewan sirkus, atau hewan peliharaan pribadi. Di Indonesia, pemerintah telah melakukan usaha perlindungan dan pelestarian satwa liar tersebut, antara lain dengan mendirikan kebun binatang dan mengadakan suaka marga satwa. Pihak swastapun diberi kesempatan untuk turut berperan. misalnya dengan berdirinya Taman Safari Indonesia (TSI) sebagai bentuk lain dari kebun binatang. TSI mempunyai ber- bagai macam spesies satwa liar yang terus bertambah ragamnya, 22 spesies di antaranya termasuk ordo Ruminansia. Hewan- hewan tersebut dibiarkan bebas berkeliaran di alam terbuka yang disesuaikan dengan kondisi asalnya. Usaha pemeliharaan satwa liar tersebut di daerah yang terbatas ternyata menyebabkan timbulnya penyakit yang semula bukan masalah pada habitat asalnya, tetapi menjadi masalah yang cukup serius ketika hewan-hewan tersebut dipelihara di tempat terbatas. Di antaranya adalah koksidiosis. niversi Koksidiosis merupakan penyakit yang menyerang saluran pencernaan, terutama usus. Pada sapi, penyakit ini terutama menyerang hewan-hewan muda. Georgi (1985) menyatakan bahwa spesies koksidia cenderung terdapat pada induk semang terten- tu, tetapi satu induk semang dapat diinfeksi oleh beberapa spesies koksidia. Koksidia mempunyai stadium pertumbuhan di dalam tubuh induk semangnya (stadia endogen) dan di luar tubuh induk semangnya (stadia eksogen). Stadia endogen mencakup baik sta- dium aseksual (merogoni) maupun seksual (gametogoni). Stadia eksogen berupa stadia sporogoni. Pada stadia ini akan dihasilkan ookista yang bersporulasi dan merupakan bentuk yang infektif. Identifikasi koksidia pada hewan liar biasanya dilakukan secara sederhana, yaitu dengan melihat morfologi ookista. Identifikasi secara lengkap membutuhkan informasi ten- tang waktu sporulasi, skizogoni dan gametogoni, tipe induk semang, induk semang lain yang dapat terinfeksi, lokasi, penyebaran secara geografis, patogenitas, transmisi silang, dan prevalensinya (Levine dan Ivens, 1970)…dstid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcInfeksi koksidia pada beberapa spesies ruminansia liar yang dipelihara di taman safari indonesiaid
dc.titleInfeksi koksidia pada beberapa spesies ruminansia liar yang dipelihara di taman safari indonesiaid
dc.typeUndergraduate Thesisid
Appears in Collections:UT - Veterinary Clinic Reproduction and Pathology

Files in This Item:
File SizeFormat 
A89SHU.pdf
  Restricted Access
15.17 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.