Model Pengambilan Keputusan Hilirisasi Agroindustri Kelapa Sawit (Studi Kasus di Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu)

Abstract

Provinsi Bengkulu menempati posisi ke 10 sebagai Provinsi dengan angka produksi kelapa sawit terbesar di Indonesia. Salah satu wilayah yang potensial dilakukan pengembangan hilirisasi agroindustri kelapa sawit adalah Kabupaten Seluma. Kabupaten Seluma merupakan kabupaten yang tergolong tinggi angka produksi kelapa sawit mencapai 728.361 ton/tahun di bandingkan dengan Kabupaten lain yang ada di Provinsi Bengkulu. Pengembangan hilirisasi agroindustri kelapa sawit sangat potensial dikembangkan di kabupaten selain angka produksi yang tinggi, tempat yang strategis serta lokasi yang berdekatan dengan pasar induk yang ada di Kota Bengkulu. Penelitian ini membahas model pengembangan hilirisasi agroindustri berbasis kelapa sawit di Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu menggunakan analisis deskriptif. Metode yang digunakan adalah metode Assosiasion Rule dan Fuzzy Analytical Hierarchy Process (F-AHP) dengan tujuan: (1) menganalisis mekanisme hilirisasi pada agroindustri kelapa sawit, (2) merancang model keputusan hilirisasi agroindustri kelapa sawit, (3) menganalisis keperluan sistem pendukung keputusan pengembangan hilirisasi pada agroindustri kelapa sawit, (4) merancang strategi pengembangan agroindustri produk prospektif. Hasil penelitian menunjukkan mekanisme pengembangan hilirisasi agroindustri kelapa sawit terdiri atas consumer product dan industrial product, sedangkan pada hilirisasi non pangan lebih ke industrial product. Consumer product dapat dilihat dari keinginan pasar atau konsumen secara langsung, dimana informasi tersebut dapat juga untuk menentukan target pasar dan posisi industri yang akan dibangun. Industrial product dimulai dengan melihat permintaan suatu industri pengolahan, dimana industrial product di peruntukkan untuk mengelola produk dari kelapa sawit menjadi produk hilir atau sebagai bahan pendukung untuk industri tersebut. Berdasarkan hal tersebut diperoleh beberapa rekomendasi produk kelapa sawit yang mungkin akan di kembang pada industri. Analisis menggunakan metode Assosiasion Rule didapatkannya empat prediksi produk baru yang yang berorientasi dalam pengembangan produk hilir kelapa sawit yaitu minyak goreng, sabun/detergen, margarine dan shortening. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai confidence tertinggi yaitu 61,11% pada produk minyak goreng dan sabun/detergen yang artinya produk baru kelapa sawit yang paling banyak diminati oleh konsumen adalah minyak goreng dan sabun/detergen. Analisis menggunakan metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process (F-AHP), terdapat empat kriteria yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu ekonomi, lingkungan, teknologi dan sosial. Kriteria yang digunakan didapat dari hasil diskusi dengan orang yang ahli dan berpengalaman dalam masalah produk turunan kelapa sawit dan industri kelapa sawit. Setelah menentukan kriteria yang akan digunakan dalam penelitian ini, maka tahap selanjutnya menentukan sub kriteria serta alternatif produk hilir yang prospektif. Dari hasil perhitungan di dapatkan bahwa nilai bobot yang paling tinggi untuk kriteria penentuan produk hilir kelapa sawit adalah ekonomi, sosial, lingkungan dan teknologi. Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan metode FAHP, menunjukkan bobot tertinggi adalah produk minyak goreng (MG) sebagai prioritas produk prospektifxyang dapat dikembangkan pada hilirisasi kelapa sawit. kemudian, urutan prioritas selanjutnya adalah sabun/detergen (SD), shortening (SH) dan margarin (MA). Analisis kebutuhan sistem digambarkan dalam bentuk business process model berupa komponen atau entitas, use cases, dan business process modelling and notation (BPMN). Strategi pengembangan hilirisasi agroindustri minyak goreng perlu di lakukannya penentuan alternatif strategi dalam meningkatkan produk yang dikembangkan berdasarkan tingkatan yang berbeda dalam agroindustri minyak goreng. Aktor yang dipilih dalam strategi pengembangan agroindustri minyak goreng menggunakan perhitungan FAHP yaitu perusahaan pengelola minyak (PPM) dengan bobot 0,36, kriteria yang dipilih yaitu ekspansi pasar (EP) dengan bobot 0,25 hasil penilaian tersebut sesuai dengan hasil penilaian pakar dan sudah di validasi oleh pakar. Hasil alternatif strategi pengembangan agroindustri minyak goreng terdiri dari inovasi produk (IP), teknologi ramah lingkungan (TL), memperluas distribusi (MD), membangun citra merek (MK) dan pemasaran yang efektif. Alternatif strategi yang dihasilkan memiliki nilai bobot yang beragam sesuai dengan hasil perhitungan menggunakan metode FAHP dan sudah divalidasi oleh pakar. Adapun hasil perhitungan yang memiliki total bobot tertinggi yaitu alternatif strategi memperluas distribusi (MD) dengan bobot 0,22 serta memiliki nilai tertinggi pada kriteria alternatif seperti inovasi teknologi (IT) dengan nilai 0,20, ekspansi pasar (EP) dengan nilai 0,27 serta pemasaran dan promosi (PP) dengan nilai bobot 0,23.

Bengkulu Province occupies the 10th position as the province with the largest palm oil production figures in Indonesia. One area that has the potential to develop downstream palm oil agro-industry is Seluma Regency. Seluma Regency is a relatively high regency, the oil palm production figure reaches 728,361 tons/year compared to other regencies in Bengkulu Province. The development of downstream palm oil agro-industry has great potential to be developed in Seluma Regency, apart from the high production figures, strategic location and location close to the main market in Bengkulu City. This research discusses the downstream development model for palm oil- based agro-industry in Seluma Regency, Bengkulu Province using descriptive analysis. The method used is the Association Rule and Fuzzy Analytical Hierarchy Process (F-AHP) method with the objectives of: (1) analyzing the downstream mechanism in the palm oil agroindustry, (2) designing a downstream decision model for the palm oil agroindustry, (3) analyzing the need for a decision support system downstream development in the palm oil agro-industry, (4) designing a strategy for developing prospective product agro-industry. The research results show that the downstream development mechanism for palm oil agro-industry consists of consumer products and industrial products, while non-food downstream development is more about industrial products. Consumer products can be seen from the desires of the market or consumers directly, where this information can also be used to determine the target market and position of the industry to be built. Development of industrial product starts from observing the demand of supporting materials for downstream industrial needs. The analysis has resulted recommended palm oil products that have the potential to be developed in industry. Analysis using the Association Rule method resulted in four new product predictions oriented towards the development of downstream palm oil products, namely cooking oil, soap/detergent, margarine and shortening. From the calculation results, it was found that the highest confidence value was 61.11% for cooking oil and soap/detergent products, which these products have high demand as recommanded palm oil product. Analysis of determining prospective products used the Fuzzy Analytical Hierarchy Process (F-AHP) method. There are four criteria used in this research, namely economic, environmental, technological and social. The criteria used were obtained from discussions with people who are experts and experienced in matters related to palm oil derivative products and the palm oil industry. After determining the criteria that will be used in this research, the next step is to determine the sub- criteria and prospective downstream product alternatives. From the results of the calculations, it was found that the highest weight values for the criteria for determining downstream palm oil products were economic, social, environmental and technological. Based on the results of data processing using the FAHP method, it showed that the highest weight is cooking oil (MG) products as a priority prospevtive product that can be developed in palm oil downstream. The next priority order is soap/detergent (SD), shortening (SH) and margarine (MA). Analysis of system requirements is described in the form of a business process model in the form of components or entities, use cases, and business process modeling and notation (BPMN). The downstream development strategy for the cooking oil agro-industry requires determining alternative strategies in improving products developed based on different levels in the cooking oil agroindustry. The actor chosen in the cooking oil agro-industry development strategy using the FAHP calculation is the oil management company (PPM) with a weight of 0.36, the criteria chosen is market expansion (EP) with a weight of 0.25. The results of this assessment are in accordance with the results of the expert assessment and have been validation by experts. The alternative results of the cooking oil agro-industry development strategy consist of product innovation (IP), environmentally friendly technology (TL), expanding distribution (MD), building a brand image (MK) and effective marketing. The alternative strategies have various weight values according to the calculation results using the FAHP method and have been validated by experts. The calculation result that has the highest total weight is the alternative strategy of expanding distribution (MD) with a weight of 0.22 and has the highest value on alternative criteria such as technological innovation (IT) with a value of 0.20, market expansion (EP) with a value of 0.27 and marketing and promotion (PP) with a weight value of 0.23.