Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/137372| Title: | Superovulasi pada kelinci persilangan dengan aplikasi "Pregnant mare serum gonadotrophin" dan "Luteinizing Hormone" |
| Authors: | Herman, Rachmat Taurin, Mansoerdin Buyung Susanty, Yulian |
| Issue Date: | 1987 |
| Publisher: | IPB University |
| Abstract: | Penelitian ini dilakukan dari bulan November sampai Desember 1986, di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor; Laboratorium Jurusan Fisiologi Reproduksi dan Kebi.- danan, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Tujuannya adalah untuk mempelajari tanggapan ovarium ter- hadap rangsangan superovulasi, persentase embrio yang dapat dikoleksi dan embrio abnormal. Perlakuan untuk rangsangan superovulasi adalah 1) pe- nyuntikan 50 IU "Pregnant Mare Serum Gonadotrophin" intra muskuler dan 3 hari kemudian dikawinkan secara alam, 2) penyuntikan 100 IU "Luteinizing Hormone" intra venus dan 5 jam kemudian dikawinkan secara alam, 3) kombinasi PMSG- LH, penyuntikan LH 3 hari setelah penyuntikan PMSG dan 5 Jam kemudian dikawinkan secara alam, 4) adalah kontrol, yaitu kawin secara alam, tanpa mendapat penyuntikan hormon. Masing-masing perlakuan mendapat: 5 ekor kelinci betina sebagai ulangan. Umur berkisar antara 9 sampai 10 bulan dengan bobot badan antara 2.75 sampai 3.75 kg. Pejantan digunakan dua ekor dan dengan pengujian, fertilitas kedua- nya adalah sama. Pengaruh perlakuan dipelajari dengan metode nonparametrik dari Kruskal-Wallis. Hasilnya menunjukkan bahwa penyuntikan PMSG dan kombinasi PMSG-LH menyebabkan superovulasi. Ovarium kiri menghasilkan ovulasi lebih banyak dibanding ovarium kanan, tetapi perbedaanya sebesar 7.9 persen. Persentase rata- rata embrio yang dapat dikoleksi adalah sebesar 77.39 persen dan 15.1 persen embrio abnormal. Perlakuan kombinasi PMSG-LH ternyata memberikan hasil embrio yang dikolek si dan abnormal tertinggi yaitu sebesar 83.72 dan 28.7 persen, sedangkan perlakuan PMSG menghasilkan embrio ab- normal yang terendah (6.17 persen). Perlakuan ternyata hanya berpengaruh terhadap jumlah ovulasi. Terdapat hubungan yang nyata antara ovarium kanan dan ovarium kiri dalam jumlah ovulasi. |
| URI: | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/137372 |
| Appears in Collections: | UT - Animal Production Science and Technology |
Files in This Item:
| File | Size | Format | |
|---|---|---|---|
| D87ysu.pdf Restricted Access | 6.78 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.