Pengaruh Tipologi Keluarga dan Lingkungan Ramah Keluarga terhadap Resiliensi Dewasa Awal

Abstract

Tidak sedikit keluarga di Indonesia yang mengalami kesulitan hingga krisis dalam kondisi normal. Kesulitan ini diperburuk dengan adanya pandemi Coronavirus disease yang muncul pada tahun 2019 [COVID-19]. Terjadinya perubahan atau perburukan kondisi keluarga akibat dampak pandemi dapat berakibat pada terganggunya pemenuhan tugas, fungsi, dan peran keluarga. Dewasa awal sebagai anak dalam keluarga dengan resiliensi tinggi diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga. Resiliensi anak pun ditemukan dapat menjadi pelindung bagi keluarga dan bukan hanya bagi individu itu sendiri. Berkaitan dengan hal tersebut, negara dan pemerintah berupaya untuk meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga, serta melindungi anak melalui pembangunan keluarga. Salah satunya dengan menciptakan lingkungan yang ramah bagi keluarga. Keluarga pun perlu menciptakan suasana internal yang mendukung. Terbentuknya tipologi keluarga yang ideal diharapkan dapat menjadi pondasi keluarga agar mampu mengatasi dan bahkan berkembang dalam stres dan kesulitan yang dialami. Model tipologi ini terbagi menjadi beberapa tipologi keluarga yang masing-masing tipologi memberikan indikasi pola perilaku keluarga dan dapat menentukan kemampuan keluarga untuk mencegah krisis sekaligus penentu ketahanan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tipologi keluarga regeneratif, tipologi keluarga ritmik, lingkungan ramah keluarga, dan resiliensi dewasa awal. Desain penelitian adalah kuantitatif eksplanatori yang dilakukan secara cross sectional. Penelitian dilakukan di Kampus IPB Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat yang dipilih secara purposive karena memungkinkan peneliti mendapatkan contah dewasa awal paling banyak dengan keragaman suku yang bervariasi di Indonesia. Populasi dewasa awal mahasiswa IPB University sebanyak 18.341 mahasiswa. Contoh adalah dewasa awal dengan rentang usia 19-25 tahun, belum pernah menikah, tinggal bersama dengan orang tua lengkap selama pandemi, serta merupakan anak pertama/tunggal sebanyak 520 orang (200 laki-laki dan 320 perempuan). Teknik penarikan contoh dilakukan dengan metode survei. Pengumpulan data primer menggunakan angket dilakukan secara daring melalui google form. Tipologi keluarga di ukur menggunakan hasil modifikasi instrumen tipologi keluarga yang dimodifikasi oleh Sunarti (2012a) dari instrumen yang dikembangkan oleh McCubbin et al. (2001). Lingkungan ramah keluarga di ukur menggunakan instrumen lingkungan ramah keluarga yang dikembangkan oleh Sunarti (2020). Resiliensi dewasa awal di ukur menggunakan hasil modifikasi instrumen yang dimodifikasi oleh Wardhani et al. (2016) dari instrumen yang dikembangkan oleh Wagnild dan Young (1993). Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk menarik kesimpulan tentang keadaan populasi berdasarkan sampel yang diambil. Analisis komparatif menggunakan uji beda t-test untuk melihat apakah terdapat perbedaan antara variabel berdasarkan jenis kelamin. Analisis korelasi menggunakan uji Korelasi Product Moment Pearson untuk mengetahui hubungan antara variabel. Analisis Structural Equation Modelling (SEM) Partial Least Square (PLS) untuk mengetahui pengaruh langsung tipologi keluarga regeneratif, tipologi keluarga ritmik, dan lingkungan ramah keluarga, terhadap resiliensi dewasa awal. Analisis data menggunakan bantuan Microsoft Excel, Statistical Package for Social Science (SPSS) for Windows, dan SmartPLS. Hasil penelitian didapatkan bahwa paling banyak keluarga contoh memiliki kategori tipologi keluarga regeneratif yang tinggi, tipologi keluarga ritmik yang rendah, dan lingkungan ramah keluarga yang sedang, serta mayoritas resiliensi dewasa awal yang tinggi. Adapun paling banyak keluarga contoh adalah tipe keluarga regeneratif dan tipe keluarga tidak berpola. Hasil penelitian didapatkan perbedaan signifikan berdasarkan jenis kelamin dewasa awal pada karakteristik keluarga yaitu pada usia ayah contoh dan usia ibu contoh serta pada tipologi keluarga ritmik. Tidak ditemukan perbedaan signifikan pada karakteritik dewasa awal, tipologi keluarga regeneratif, lingkungan ramah keluarga, maupun resiliensi dewasa awal berdasarkan jenis kelamin dewasa awal. Hasil uji korelasi pada karakteristik keluarga yaitu pada usia ayah didapatkan berkorelasi positif signifikan dengan resiliensi dewasa awal. Hasil uji korelasi pada tipologi keluarga regeneratif, koherensi keluarga, ketangguhan keluarga, tipologi keluarga ritmik, waktu dan rutinitas keluarga, penilaian terhadap waktu dan rutinitas keluarga, lingkungan ramah keluarga, lingkungan sosial, dan lingkungan fisik didapatkan berkorelasi positif signifikan dengan resiliensi dewasa awal. Hasil uji pengaruh didapatkan tipologi keluarga regeneratif dan lingkungan ramah keluarga secara langsung berpengaruh positif signifikan terhadap resiliensi dewasa awal. Hal tersebut berarti semakin tinggi tipologi keluarga regeneratif dan lingkungan ramah keluarga, maka secara langsung akan meningkatkan resiliensi dewasa awal. Hasil uji pengaruh pada karakteristik dewasa awal melalui tipologi keluarga ritmik dan lingkungan ramah keluarga, karakteristik keluarga melalui tipologi keluarga ritmik dan lingkungan ramah keluarga, dan tipologi keluarga ritmik melalui lingkungan ramah keluarga didapatkan secara tidak langsung berpengaruh positif signifikan terhadap resiliensi dewasa awal. Hal tersebut berarti semakin tinggi karakteristik dewasa awal, karakteristik keluarga, dan tipologi keluarga ritmik, maka secara tidak langsung akan meningkatkan resiliensi dewasa awal. Hasil penelitian didapatkan rekomendasi langkah-langkah preventif keluarga mengalami krisis melalui peningkatan tipologi keluarga regeneratif, tipologi keluarga ritmik, lingkungan ramah keluarga, dan resiliensi dewasa awal. Dewasa awal, orang tua, keluarga, maupun masyarakat luas diharapkan dapat melakukan rekomendasi langkah-langkah preventif keluarga krisis guna meningkatkan kemampuan keluarga dalam menghadapi dan mengatasi krisis tidak terduga. Pemerintah diharapkan dapat mengembangkan kebijakan dan memperluas penerapan lingkungan ramah anak dan ramah keluarga di Indonesia. Lembaga yang bergerak dalam program ketahanan, kesejahteraan, dan kualitas keluarga diharapkan dapat turut menyediakan layanan bantuan sosial melalui pengembangan lingkungan yang ramah keluarga. Peneliti selanjutnya, diharapkan dapat melakukan penelitian lengkap tipologi keluarga dan penelitian lanjut berdasarkan karakteristik demografi.

Not a few families in Indonesia are experiencing difficulties up to a crisis under normal conditions. The difficulties were exacerbated by the Coronavirus disease pandemic that emerged in 2019 [COVID-19]. Changes or worsening of family conditions due to the impact of the pandemic can disrupt the fulfillment of family duties, functions, and roles. Early adulthood as a child in a family with high resilience is expected to improve family welfare. Child resilience was also found to be a protector for the family and not just for the individual himself. In this regard, the state and government seek to increase family resilience and welfare and protect children through family development. One of them is by creating a friendly environment for families. Families also need to create a supportive internal atmosphere. Forming an ideal family typology is expected to be the foundation for the family to overcome and even thrive in the stress and difficulties experienced. This typology model is divided into several family typologies, each of which provides an indication of family behavior patterns and can determine a family's ability to prevent crises as well as a determinant of family resilience. This study aims to analyze the regenerative family typology, rhythmic family typology, family-friendly environments, and early adulthood resilience. The research design was quantitative explanatory and carried out in a cross-sectional manner. The research was conducted in Bogor Regency, West Java Province, which was chosen purposively because it allowed researchers to obtain the largest number of early adult samples from the various ethnicities in Indonesia. The population of early adult IPB University students is 18,341 students. Examples are early adulthood with an age range of 19-25 years, never married, living with complete parents during the pandemic, and being the first/only child of 520 people (200 boys and 320 girls). The sampling technique was carried out by using the survey method. Primary data collection using a questionnaire is done online via Google Forms. Family typology was measured using the modified family typology instrument modified by Sunarti (2012a) from the instrument developed by McCubbin et al. (2001). The family-friendly environment is measured using the family-friendly environment instrument developed by Sunarti (2020). Early adulthood resilience was measured using a modified instrument modified by Wardhani et al. (2016) from the instrument developed by Wagnild and Young (1993). Descriptive statistical analysis was carried out to conclude the state of the population based on the samples taken. Comparative analysis used a different t-test to see if there were differences between variables based on gender. Correlation analysis uses the Pearson Product Moment Correlation test to determine the relationship between variables. Structural Equation Modeling (SEM) Partial Least Square (PLS) analysis is to determine the direct effect of regenerative family typology, rhythmic family typology, and family-friendly environment on early adult resilience. Data analysis using the help of Microsoft Excel, Statistical Package for Social Science (SPSS) for Windows, and SmartPLS. The results showed that most sample families had a high regenerative family typology category, low rhythmic family typology, and moderate family-friendly environment, and the majority had high early adult resilience. The most sample families of early adult families are regenerative families and non-patterned families. The results showed significant differences based on the sex of early adulthood in family characteristics, namely the age of the sample's father and the age of the sample's mother also in rhythmic family typology. There were no significant differences in early adult characteristics, regenerative family typology, family-friendly environment, or early adult resilience based on early adult sex. The results of correlation tests on family characteristics, namely father's age, were found to have a significant positive correlation with early adulthood resilience. The results of correlation tests on regenerative family typology, family coherence, family hardiness, rhythmic family typology, family time and routine, valuing of family time and routine, family-friendly environment, social environment and physical environment were found to have a significant positive correlation with early adulthood resilience. The influence test results showed that regenerative family typology and a family-friendly environment directly had a significant effect on early adult resilience. This means that the higher the regenerative family typology and family-friendly environment, the higher the resilience of early adulthood will directly increase. The results of tests on the influence of early adult characteristics through a rhythmic family typology and family-friendly environment, family characteristics through a rhythmic family typology and family-friendly environment, and rhythmic family typology through a family-friendly environment were found to indirectly have a significant positive effect on early adulthood resilience. This means that the higher the early adult characteristics, family characteristics, and rhythmic family typology, the higher the resilience of early adulthood will indirectly increase. The research obtained recommendation of preventive steps for families experiencing crises through increasing regenerative family typologies, rhythmic family typologies, family-friendly environments, and early adulthood resilience. Early adults, parents, families, and the wider community are expected to use the recommendations of preventive steps for families experiencing crises to increase the family's ability to face and overcome unexpected crises. The government is expected to be able to develop policies and expand the implementation of child-friendly and family-friendly environment in Indonesia. Institutions that work in family resilience, welfare, and quality programs are expected to be able to provide social assistance services through developing a family-friendly environment. Future researchers are expected to be able to conduct complete family typology research and further research based on demographic characteristics.