Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/136816
Title: Desain struktur kemasan transportasi telur ulat sutera (Bombyx mori)
Authors: Setyowati, Krisnani
Kaomini, Mien
Rokhmawati, Indah
Issue Date: 2002
Publisher: IPB University
Abstract: Transportasi yang layak dan penanganan telur ulat sutera selama distribusi memiliki peran penting dalam menentukan keberhasilan produksi kokon. Tujuan penelitian ini adalah mendesain struktur kemasan transportasi telur ulat sutera dari bahan yang mudah didapat, murah dan ramah lingkungan dengan mencobakan kemasan secara langsung untuk mengemas telur selama transportasi. Penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai dengan September 2001 di Pusat Studi Ilmu Hayat IPB dan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan, Bogor. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, masing-masing dengan dua faktor perlakuan yaitu jenis kemasan dan lama transportasi (2 hari dan 5 hari). Pada tahap pendahuluan digunakan tiga jenis kemasan primer yaitu P1(kotak kain batis), P2(kotak kain batis berlapis tissue), P3(amplop kertas kraft berlubang dengan diameter 1 mm dan jarak 4 mm). Pada tahap utama digunakan enam jenis kemasan sekunder (P1, P2, P3, P4, P5, dan P6). Pengamatan dilakukan pada persentase penetasan telur dan pengamatan visual pada kemasan dan telur untuk melihat kerusakan fisik yang terjadi selama transportasi. Kemasan yang dapat melindungi produk dan mudah dalam penanganan adalah kemasan yang dipilih. Penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa tidak terjadi kerusakan fisik pada kemasan. Kecuali telur pada kemasan P3, telur mengalami kerusakan berupa pecah dan terjepit pada bagian dalam kemasan sehingga tidak dapat dikeluarkan dari kemasan. Hasil menunjukkan bahwa jenis kemasan dan lama transportasi memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada persentase penetasan telur. Perbedaan struktur kemasan tidak memberi pengaruh karena perbedaan kondisi yang ditimbulkan masih bisa ditolerir oleh telur yang memiliki perlindungan berupa lapisan lilin pada endochorion sebagai barrier utama proses penguapan air. Perlindungan terhadap temperatur tinggi oleh kemasan pada transportasi 5 hari kurang baik karena pertumbuhan embrio terpengaruh oleh suhu tinggi selama transportasi sehingga waktu penetasan terjadi sehari lebih cepat. Telur yang ditransportasikan selama 2 hari menetas secara normal yang berarti temperatur lingkungan selama transportasi tidak mempengaruhi kecepatan pertumbuhan embrio. Pada kemasan sekunder, pengamatan visual menunjukkan telur yang dikemas dan bagian luar kemasan tidak mengalami kerusakan fisik. Hanya perubahan kondisi pada kemasan yang disebabkan oleh proses penguapan air dan kerusakan fisiologis terjadi pada daun pisang. Kemasan primer pada kemasan sekunder P1 dapat dikeluarkan dengan mudah tanpa menimbulkan kerusakan fisik pada kemasan sekunder sehingga telur dapat hilang selama transportasi. ...
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/136816
Appears in Collections:UT - Agroindustrial Technology

Files in This Item:
File SizeFormat 
F02iro.pdf
  Restricted Access
8.95 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.