Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/136416| Title: | Hubungan ketegangan suami istri dengan konflik pada keluarga bercerai |
| Authors: | Karsin, Emmy S. Simamora, Christian M.S. |
| Issue Date: | 2005 |
| Publisher: | IPB University |
| Abstract: | Secara umum penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara ketegangan suami isteri dengan konflik pada keluarga bercerai. Adapun tujuan khususnya adalah: (1) mengidentifikasi karakteristik suami isteri dan isteri (contoh), pengambilan keputusan, ketegangan suami isteri, konflik dan pasca perceraian (2) Menganalisis hubungan karakteristik suami isteri dengan pengambilan keputusan delapan fungsi keluarga, karakteristik suami isteri dengan pengambilan keputusan dan ketegangan serta pengambilan keputusan delapan fungsi keluarga dengan konflik dan pasca perceraian. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten dan Kotamadya Bogor, dilakukan mulai bulan November 2004-Februari 2005. Contoh penelitian adalah janda bercerai minimal dua tahun, tidak menikah lagi (remarried) dan mempunyai anak. Penelitian ini menggunakan Snowball Method dengan target jumlah contoh yang diminta yaitu 35 orang. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer (1) karakteristik suami isteri (usia contoh, jumlah anak, tingkat pendidikan, alasan pernikahan, riwayat pernikahan orangtua), (2) karakteristik isteri (pekerjaan, pendapatan perkapita), (3) pengambilan keputusan delapan fungsi-fungsi keluarga, (4) ketegangan suami isteri, (5) konflik, dan (6) pasca perceraian. Data sekunder diperoleh dari Pengadilan Negeri Bogor. Karakteristik contoh yang terlibat dalam penelitian ini sebagian besar adalah dewasa awal 20-40 tahun (54,29%), menikah pertama kali pada usia remaja 15-19 tahun (51,43%), jumlah anak satu orang (40%), mayoritas tidak memiliki anak bawaan dari pihak suami (85,71%) dan memiliki tingkat pendidikan SMU (42,86%). Semua contoh dalam penelitian ini menjawab ingin bahagia sebagai alasan pernikahan mereka, diikuti oleh keinginan untuk memiliki pasangan yang berbeda dari segi intelegensi (37%) dan karena mengalami tekanan saat pernikahan (34%). Berdasarkan sejarah perceraian orangtua, ma yoritas contoh (88,57%) maupun suami (91,43%) bukan berasal dari keluarga yang bercerai. Contoh berprofesi sebagai pengusaha/wiraswasta (25,71%) atau memilih menjadi ibu rumah tangga (37,14%) dan pendapatan perkapitanya mayoritas kurang dari Rp 467.880,- (82,9%). Persentase terbesar (65,71%) contoh dan suaminya mengambil keputusan delapan fungsi keluarga secara bersama. Dari delapan fungsi keluarga, fungsi ekonomi memiliki kecenderungan dominan diputuskan oleh satu pihak, sedangkan fungsi reproduksi memiliki kecenderungan untuk dilakukan secara bersama-sama. Ketegangan suami isteri (85,72%) berada pada kategori rendah Yang paling sering dirasakan contoh adalah sikap pasangan yang ingin menang sendiri. Konflik dalam keluarga contoh (85,71%) pada umumnya rendah Memendam kekesalan adalah yang paling sering dirasakan contoh saat konflik berlangsung. ... |
| URI: | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/136416 |
| Appears in Collections: | UT - Nutrition Science |
Files in This Item:
| File | Size | Format | |
|---|---|---|---|
| A05cms.pdf Restricted Access | 14.31 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.