Analisis Nilai Tambah Kopi Arabika Mamasa (Studi Kasus: Petani Kopi Kampoeng, Kabupaten Mamasa)

Abstract

Indonesia merupakan negara penghasil kopi terbesar keempat di dunia. Kopi memiliki peluang pasar dan nilai ekonomi yang tinggi. Salah satu produsen kopi arabika terbesar dan berpotensi di Sulawesi Barat adalah Kabupaten Mamasa. Para petani kopi di Desa Sipai di Kabupaten Mamasa menjadi salah satu pemasok kopi kepada perusahaan Petani Kopi Kampoeng yang mengolah kopi tanduk Arabika Mamasa menjadi produk kopi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan usaha tani petani kopi arabika Desa Sipai, serta menganalisis nilai tambah dalam proses pengolahan kopi Arabika Mamasa oleh Petani Kopi Kampoeng hingga menjadi sebuah produk. Metode yang digunakan adalah analisis pendapatan dan analisis nilai tambah Hayami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan total usaha tani Desa Sipai sebesar Rp6.820.615/Ha/tahun dengan R/C rasio 1,41 yang menunjukkan keuntungan usaha tani. Namun pendapatan ini tergolong rendah dibandingkan dengan UMR yang berlaku di Kabupaten Mamasa. Aktivitas pengolahan yang dilakukan oleh Petani Kopi Kampoeng yaitu penjemuran, penyortiran, penyangraian, penggilingan dan pengemasan yang menghasilkan produk berupa green bean, kopi sangrai, dan kopi bubuk. Analisis nilai tambah menunjukkan bahwa rasio nilai tambah tertinggi diperoleh dari pengolahan kopi menjadi kopi bubuk dengan rasio nilai tambah 12% dan rasio keuntungan 88%.

Indonesia is the fourth largest coffee producing country in the world. Coffee has high market opportunities and economic value. One of the largest and most potential Arabica coffee producers in West Sulawesi is Mamasa Regency. Coffee farmers in Sipai Village in Mamasa Regency are one of the coffee suppliers to the Petani Kopi Kampoeng company which processes Mamasa Arabica horn coffee into coffee products. This research aims to analyze the farming income of Arabica coffee farmers in Sipai Village, as well as analyzing the added value in the process of processing Mamasa Arabica coffee by Petani Kopi Kampoeng until it becomes a product. The method used is income analysis and Hayami added value analysis. The research results show that the average total income from farming in Sipai Village is IDR 6,820,615/Ha/year with an R/C ratio of 1.41 which shows the profit of farming. However, this income is relatively low compared to the UMR that applies in Mamasa Regency. Processing activities carried out by Petani Kopi Kampoeng are drying, sorting, roasting, milling and packaging which produces products in the form of green beans, roasted coffee and ground coffee. Value added analysis shows that the highest value added ratio is obtained from processing coffee into ground coffee with a value added ratio of 12% and a profit ratio of 88%.