Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/135556Full metadata record
| DC Field | Value | Language |
|---|---|---|
| dc.contributor.advisor | Khomsan, Ali | - |
| dc.contributor.advisor | Dwiriani, Cesilia Meti | - |
| dc.contributor.author | Dewi, Puspita | - |
| dc.date.accessioned | 2024-01-22T23:42:32Z | - |
| dc.date.available | 2024-01-22T23:42:32Z | - |
| dc.date.issued | 2024-01-22 | - |
| dc.identifier.uri | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/135556 | - |
| dc.description.abstract | Masalah yang dihadapi negara berkembang saat ini adalah kemiskinan yang menyebabkan akses terhadap pangan menjadi terbatas dan pada gilirannya dapat menyebabkan tidak tercapainya ketahanan pangan yang ditunjukkan dengan tingginya prevalensi kekurangan gizi di suatu wilayah. Kekurangan gizi di Indonesia masih menjadi masalah utama dan salah satunya adalah stunting. Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 menunjukkan prevalensi stunting di Indonesia sebesar 21,6% dan di Jawa Barat sebesar 20,2% (Kemenkes 2022). Masalah kekurangan gizi pada balita di Indonesia terkhusus Jawa Barat perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Salah satu penyebab langsung terjadinya kekurangan gizi adalah pola konsumsi pangan. Kebiasaan makan masyarakat dipengaruhi oleh pangan yang tersedia di lingkungan sekitarnya atau pangan yang dapat dibeli oleh masyarakat dan hal ini dipengaruhi oleh letak geografis suatu daerah. Provinsi Jawa Barat memiliki topografi wilayah yang beragam mulai dari pegunungan hingga pesisir. Karakteristik wilayah tempat tinggal yang berbeda dapat memengaruhi akses pangan, ketersediaan pangan, dan kebiasaan makan yang pada akhirnya memengaruhi status gizi seseorang. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 12-24 bulan di wilayah agroekologi berbeda di Jawa Barat. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Barat yang terbagi atas dua wilayah, yakni untuk pegunungan di Desa Ciloto, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur dan pesisir di Desa Sedari, Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2023 dan telah mendapat Persetujuan Etik dari Komisi Etik yang melibatkan subjek manusia Institut Pertanian Bogor dengan No. 887/IT3.KEPMSM-IPB/SK/2023. Populasi dalam penelitian ini adalah anak berusia 12-24 bulan. Total keseluruhan subjek pada penelitian ini adalah 154 orang. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah: ibu yang memiliki anak berusia 12-24 bulan, kondisi anak sedang tidak menjalankan proses pengobatan rutin, dan bersedia menjadi responden dalam penelitian yang dibuktikan dengan penandatanganan lembar informed consent. Adapun kriteria eksklusinya adalah responden tidak berada di tempat sewaktu penelitian. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer yang dikumpulkan meliputi: karakteristik subjek dan keluarga, riwayat pemberian ASI eksklusif dan MP-ASI, asupan zat gizi, keragaman pangan, riwayat penyakit infeksi, akses pelayanan kesehatan, hygiene dan sanitasi lingkungan, dan ketahanan pangan rumah tangga. Data pengukuran antropometri untuk mengetahui status gizi subjek meliputi panjang badan dan berat badan. Data sekunder yang dikumpulkan adalah data jumlah anak yang berusia 12-24 bulan dari posyandu di wilayah setempat. Data pola konsumsi pangan meliputi asupan zat gizi dan keragaman pangan dikumpulkan melalui food recall 1x24 jam dan kuesioner dengan indikator Minimum Dietary Diversity dan Egg and/or Flesh Food Consumption. Data ketahanan pangan rumah tangga menggunakan indikator Household Food Insecurity Access Scale. Analisis data menggunakan SPSS versi 26.0 dengan menggunakan uji deskriptif, Mann Whitney Test, Chi Square Test, uji regresi logistik berganda, dan uji regresi linear berganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa subjek di pegunungan dan pesisir dominan laki-laki (55,5% dan 50,6%). Subjek di pegunungan sebesar 63,6% berusia 12-18 bulan dan di pesisir sebesar 50,6% berusia 19-24 bulan. Pendidikan ayah di pegunungan sebesar 49,3% yang tamat SMA/sederajat dan universitas sedangkan di pesisir sebesar 71,5% yang tamat SD/SMP/sederajat. Pendidikan ibu di pegunungan sebesar 37,7% yang tamat SMA/sederajat dan universitas sedangkan di pesisir sebesar 20,8% yang tamat SMA/sederajat dan universitas. Pekerjaan ayah di pegunungan dan pesisir yang dominan adalah buruh/supir sebesar 40,3%. Pekerjaan ibu di pegunungan dan pesisir dominan sebagai IRT (92,2% dan 79,2%). Jumlah anggota keluarga yang ≤4 orang paling banyak di pesisir sebesar 59,7%. Pengetahuan gizi ibu di pegunungan sebesar 98,7% sedangkan di pesisir sebesar 97,4% yang tergolong sedang dan tinggi. Pendapatan keluarga di pegunungan sebesar 64,9% yang tergolong tinggi sedangkan di pesisir sebesar 87% yang tergolong tinggi. Sejumlah 62,3% rumah tangga di pegunungan dan 81,8% rumah tangga di pesisir mempunyai proporsi pengeluaran pangan <60% dari pengeluaran total. Sebesar 46,8% subjek di pegunungan yang mendapatkan ASI eksklusif sedangkan di pesisir hanya 20,8%. Sebesar 43,2% subjek di pegununga memperoleh MP-ASI sesuai dengan anjuran, sedangkan di pesisir sebesar 22,1% yang mendapatkan MP-ASI sesuai anjuran. Tingkat kecukupan energi, protein, zat besi, zink, dan kalsium lebih baik di pesisir dibanding di pegunungan. Konsumsi pangan lebih beragam di pegunungan (63,6%) dibanding di pesisir (62,3%) Subjek yang mengalami diare di pegunungan sebesar 85,7% sedangkan di pesisir 63,6%. Subjek yang mengalami ISPA di pegunungan sebesar 28,6% sedangkan di pesisir hanya 18,2%. Akses pelayanan kesehatan lebih mudah di pegunungan dibanding di pesisir. Kondisi hygiene dan sanitasi lingkungan di pegunungan yang tergolong baik sebesar 98,7% sedangkan di pesisir hanya 68,8%. Rumah tangga di pegunungan lebih tahan pangan (35,1%) dibanding rumah tangga di pesisir (28,6%). Kejadian stunting lebih banyak di pegunungan yaitu sebesar 66,3% sedangkan di pesisir hanya 39%. Faktor risiko kejadian stunting di pegunungan adalah tingkat kecukupan zink dan tingkat kecukupan kalsium. Faktor risiko kejadian stunting di pesisir adalah tingkat kecukupan kalsium. Faktor risiko kejadian stunting di agroekologi berbeda adalah baduta yang tinggal di pegunungan (OR= 2,172; 95%CI: 1,064-4,432) dan asupan kalsium baduta yang defisit (OR= 3,763; 95%CI: 1,659-8,533), sedangkan pendidikan ibu rendah sebagai faktor protektif (OR= 0,615; 95%CI: 0,395-0,958). Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan untuk pemerintah melakukan intervensi sesuai dengan permasalahan yang ada di masing-masing daerah dan penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian dengan desain yang berbeda contohnya adalah desain kohort dan juga pada penelitian ini terdapat beberapa variabel yang belum diteliti yang kemungkinan menjadi faktor risiko kejadian stunting seperti variabel riwayat BBLR, status imunisasi, dan riwayat kesehatan ibu saat hamil yang bisa dijadikan variabel pada penelitian selanjutnya. | id |
| dc.description.sponsorship | Neys-van Hoogstraten Foundation/NHF (The Netherlands) | id |
| dc.language.iso | id | id |
| dc.publisher | IPB University | id |
| dc.title | Ketahanan dan Keragaman Pangan serta Kejadian Stunting pada Anak Usia 12-24 Bulan di Wilayah Agroekologi Berbeda di Jawa Barat | id |
| dc.title.alternative | Food Security, Food Diversity, and Stunting among Children 12- 24 Months in the Different Agroecological Regions in West Java | id |
| dc.type | Thesis | id |
| dc.subject.keyword | coastal | id |
| dc.subject.keyword | food security | id |
| dc.subject.keyword | highland | id |
| dc.subject.keyword | stunting | id |
| Appears in Collections: | MT - Human Ecology | |
Files in This Item:
| File | Description | Size | Format | |
|---|---|---|---|---|
| Cover_Puspita Dewi_I1504211003.pdf Restricted Access | Cover | 973.82 kB | Adobe PDF | View/Open |
| Fulltext_Puspita Dewi_I1504211003.pdf Restricted Access | Fulltext | 1.75 MB | Adobe PDF | View/Open |
| Lampiran_Puspita Dewi_I1504211003.pdf Restricted Access | Lampiran | 1.35 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.