Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/135388
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorPoernomo, Djoko-
dc.contributor.advisorSuptijah, Pipih-
dc.contributor.authorWijanarko, Wahyu-
dc.date.accessioned2024-01-22T02:18:21Z-
dc.date.available2024-01-22T02:18:21Z-
dc.date.issued2005-
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/135388-
dc.description.abstractKerupuk merupakan produk olahan tradisional yang banyak dikonsumsi masyarakat. Dalam perkembangannya, perlu dilakukan diversifikasi produk kerupuk untuk meningkatkan nilai gizi kerupuk, tetapi dengan biaya yang serendah mungkin. Salah satu usaha untuk meningkatkan nilai gizi kerupuk dengan biaya yang relatif murah yaitu dengan menambahkan daging ikan-rucah- dalam adonan kerupuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah ikan rucah yang dibutuhkan untuk menghasilkan kerupuk ikan yang disukai panelis dan mengetahui kandungan gizi dari kerupuk terbaik. Berdasarkan perlakuan yang dicobakan, yaitu penggunaan ikan rucah sebesar 0%, 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50% (A0, A1, A2, A3, A4, dan A5) dari tepung tapioka yang digunakan, diperoleh hasil bahwa kerupuk A0 (tanpa ikan) memiliki nilai organoleptik warna, penampakan, dan tekstur yang lebih tinggi dibandingkan dengan kerupuk lainnya, diikuti oleh kerupuk A2 dan A3. Nilai rata-rata organoletik warna, penampakan, tekstur, aroma, dan rasa kerupuk A0 secara berurutan yaitu 5,9; 5,7; 5,8; 4,2; dan 4,8. Kerupuk A2 memiliki nilai rata-rata organoletik warna, penampakan, tekstur, aroma, dan rasa secara berurutan adalah 5,8; 5,6; 5,7; 5,0; dan 6,2. Sedangkan kerupuk A3 memiliki nilai rata-rata organoletik warna, penampakan, tekstur, aroma, dan rasa secara berurutan adalah 5,7; 4,8; 5,6; 4,9; dan 5,7. Kerupuk tanpa penambahan daging ikan memiliki warna yang lebih putih dan tekstur yang renyah. Sedangkan kerupuk dengan penambahan daging ikan memiliki warna yang lebih coklat dan tekstur yang relatif kurang renyah bila dibandingkan dengan kerupuk A0. Hal ini diduga disebabkan adanya reaksi maillard serta adanya peningkatan kandungan protein yang dapat mengurangi daya kembang kerupuk. Sedangkan pada parameter aroma dan rasa, kerupuk yang memiliki nilai organoleptik tertinggi adalah kerupuk A2 kemudian A3. Hal ini diduga disebabkan kedua produk tersebut memiliki komposisi bahan yang menghasilkan aroma dan rasa kerupuk yang optimal. Hasil uji proksimat dan mikrobiologi kerupuk A0, A2, dan A3, menunjukkan bahwa peningkatan penggunaan ikan rucah menyebabkan kandungan air, abu, protein, dan mikroorganisme pada kerupuk mentah semakin meningkat. Secara berurutan (dari kerupuk A0 ke A3) nilai rata-rata kadar air pada kerupuk mentah meningkat dari 3,5 menjadi 8,7%, kadar abu dari 1,28 menjadi 3,36 %, kadar protein dari 2,42 menjadi 9,34 %, dan kandungan mikroorganisme meningkat dari 5,3 x 102 menjadi 3,2 x 10 koloni/ gram. Peningkatan kadar air dalam kerupuk mentah diduga disebabkan peningkatan kandungan protein yang seiring dengan bertambahnya jumlah ikan yang digunakan, sehingga air di dalam kerupuk lebih sulit menguap saat penjemuran. Peningkatan kandungan abu dan protein diduga disebabkan adanyaid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcKerupuk ikan rucahid
dc.titlePemanfaatan ikan rucah dalam pembuatan kerupuk ikanid
dc.typeUndergraduate Thesisid
Appears in Collections:UT - Aquaculture

Files in This Item:
File SizeFormat 
C05wwi.pdf22.97 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.