Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/135387
Title: Penapisan senyawa antibakteri dari ekstrak daun babadotan (ageratum conyzoides L.)
Other Titles: Ageratum conyzoides L.) (Screening of Antibacterial Substance from Babadotan [Ageratum conyzoides L.] leaves Extract
Authors: Setiawati, Tuti
Ambarsari, Laksmi
Murni, Anggia
Issue Date: 1998
Publisher: IPB University
Abstract: Tumbuhan yang berkhasiat obat saat ini sudah banyak diteliti. Mudah tumbuhnya berbagai tanaman di Indonesia yang beriklim tropis ini mendorong para ilmuwan untuk menggali lebih dalam lagi fungsi dari tumbuhan tersebut terutama di bidang kesehatan. Tumbuhan yang dikenal sebagai obat tradisional dapat dijadikan alternatif pencarian zat antibakteri, karena pada umumnya memiliki senyawa aktif yang sangat berperan dalam kehidupan manusia. Timbulnya reaksi alergis seseorang terhadap beberapa jenis antibiotik (Gotz, 1976) merupakan salah satu alasan yang mendorong masyarakat menggunakan produk alam sebagai alternatif pengobatan. Tumbuhan uji pada penelitian ini adalah daun babadotan (Ageratum conyzoides L.) yang telah banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai obat tradisional terutama sebagai obat luka baru yang diperkirakan untuk mencegah timbuinya infeksi oleh bakteri. Dalam penelitian ini dilakukan pemilihan pelarut pengekstrak terbaik untuk memperoleh ekstrak aktif sebagai senyawa antibakteri. Dari empat pelarut yang digunakan (PE, kloroform, metanol, dan air) metanci merupakan pelarut terbaik yang dapat mengekstrak senyawa aktif dari daun babadotan yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri uji Escherichia coli (E. coli) dan Staphylococcus aureus (S. aureus). Hasil ini berdasarkan diameter zona bening disekitar kertas saring yang mengandung ekstrak aktif pada konsentrasi 30% b/v. Uji kualitatif ekstrak metanol memberikan hasil positif terhadap alkaloid, senyawa fenol, triterpenoid, dan saponin. Diduga senyawa aktif ekstrak metanol daun babadotan adalah golongan saponin triterpenoid jenis glikosida. Perbedaan konsentrasi ekstrak aktif menunjukkan adanya pengaruh terhadap daya hambat pertumbuhan bakteri uji. Semakin tinggi konsentrasi, diameter zona bening yang dihasilkan semakin besar. Pada konsentrasi 10% b/v, 20% b/v, 30% b/v, 40% b/v, dan 50.% b/v diameter yang dihasilkan secara berturut- turut adalah 1.10, 1.15, 1.30, 1.40, dan 1.60 cm untuk E. coli dan 1.10, 1.30, 1.70, 1.80, dan 1.85 cm untuk S. aureus. Konsentrasi 30% b/v merupakan konsentrasi hambat minimum ekstrak aktif daun babadotan. Dari hasil KLT analitik diperoleh eluen yang terbaik untuk memisahkan ekstrak aktif adalah campuran kloroform dan aseton dengan perbandingan 3:1 yang menghasilkan 12 fraksi. Fraksi 1,2,3,4,6, dan 11 merupakan fraksi aktif terhadap E. coli dan ditambah fraksi 7 untuk S. aureus. Hasil uji kualitatif fraksi- fraksi tersebut memberikan uji positif untuk senyawa triterpenoid. Ekstrak kasar daun babadotan memberikan hambatan yang lebih besar terhadap bakteri uji dibandingkan fraksi-fraksi aktifnya dan stabil sebagai antibakteri selama penyimpanan 80 hari. Bakteri S. aureus umumnya memberikan diameter zona bening yang lebih besar dibandingkan E. coli.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/135387
Appears in Collections:UT - Chemistry

Files in This Item:
File SizeFormat 
G98AMU1.pdf
  Restricted Access
7.21 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.