Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/135365
Title: Evaluasi dampak el-nino terhadap curah hujan dan masa tanam padi wilayah Sulawesi Selatan
Other Titles: Evaluation ofThe El-Nino Impact on Rainfall and Rice Growing Period in South Sulawesi Area
Authors: Suharsono, Heny
Winarso, Paulus Agus
Nuryadi
Issue Date: 1998
Publisher: IPB University
Abstract: lndikasi El-Nino ditandai oleh meningkatnya anomali suhu muka laut di Samudera Pasifik bagian timur sekitar ekuator dan indeks osilasi selatan yang negatif ( di bawah normal). Kejadian El-Nino mempengaruhi pola cuaca secara global termasuk wilayah Indonesia, terutama di bagian timur. Dalam penelitian ini dipelajari mengenai darnpak El-Nino terhadap curah hujan tahunan dan kumulatif Mei-Oktober di wilayah Sulawesi Selatan, serta altematif masa tanam padi pada tahun kejadian El-Nino di Kabupaten Maros, Bulukumba, dan Luwu. Dampak terhadap curah hujan dianalisis dengan menggunakan petbandingan peta isohyet tahun El-Nino dengan tahun normal (rata-rata periode 1%1-1990). Analisis altematif masa tanam padi menggunakan pendekatan neraca air lahan yang dikaitkan dengan kejadian kekeringan dan luas tambah tanam padi bulanan di setiap kabupaten. Altematif masa tanam padi pada tahun El-Nino dipelajari dengan mengambil kasus musim tanam 1994 dan 1997 serta keadaan tahun normalnya. Pola hujan bulanan di Sulawesi Selatan secara garis besar dapat clikelompokkan dalam tiga tipe, yaitu ekuatorial yang dicirikan dengan dua kali maksimum hujan bulanan dalam setahun, monsun yang memiliki pemedaan secara jclas antara periode musim hujan dan musim kemarau, serta loka/ yang memiliki pola kebalikan dari tipe monsun. Tipe ekuatorial meliputi sebagian wilayah Sulawesi Selatan bagian utara, tipe monsun meliputi wilayah Sulawesi Selatan bagian barat, dan tipe loka/ meliputi wilayah sebagian Sulawesi Selatan bagian timur. Selama periode 1961-1997 telah terjadi sebelas kali episode El-Nino dengan intensitas yang berbeda, diantaranya pada tahun 1994 dengan intensitas lemah dan 1997 kuat. Selama periode 1%1-70 El-Nino umumnya terjadi setiap dua tahun, pada periode 1971-90 terjadi setiap lima tahun, dan pada periode 1991- 97 terjadi setiap tiga tahun. Pada kejadian El-Nino lemah (1994), penurunan curah hujan tahunan terhadap normalnya tidak terlalu besar dibandingkan penurunan kumulatif Mei-Oktober. Sebagian besar wilayah prosentase curah hujan tahunannya antara 80-120%, bahkan pada beberapa tempat lebih dari 120%. Sementara itu pada kumulatif Mei-Oktober di sebagian besar wilayah prosentase curah hujannya antara 40- 80%, bahkan pada beberapa tempat kurang dari 40%. Pada kejadian El-Nino kuat (1997) penurunan curah hujan tahunan maupun kumulatif Mei-Oktober terhadap normalnya lebih besar dibandingkan tahun 1994. Hampir seluruh wilayah prosentase curah hujan tahunannya antara 40-80%, sedangkan prosentase curah hujan kumulatif Mei-Oktober umumnya kurang dari 40%. Ditinjau dari sebaran wilayalmya, maka pada tahun 1994 (El-Nino lemah) tidak terjadi penurunan curah hujan tahunan pada beberapa tempat di Kabupaten Luwu dan Sinjay, sedangkan pada tahun 1997 (El-Nino kuat) ha! ini hanya terjadi pada beberapa tempat di Kabupaten Sinjay. Kekeringan tanaman padi sawah pada tahun El-Nino 1994 dan 1997 di Kabupaten Maros, Bulukumba, dan Lu\\11, masing-masing luasnya berkisar antara 0.6-7.2% dari seluruh luas tanam setahun. Kekeringan hanya terjadi pada Iuas tambah tanam yang dilakukan pada periode masa tanam II (tanam gadu). Penurunan produksi padi sawah basil tanam periode tahun 1997 (El-Nino kuat) terhadap tahun sebelumnya, yaitu 1996, di Kabupaten Maros dan Bulukumba masing-masing mencapai 55.8% dan 40.1%, sedangkan di Kabupaten Luwu hanya 5.4%. Alternatif masa tanam padi pada tahun El-Nino di setiap kabupaten dapat dilakukan dua kali tanam dalam setahun. Jadwal masa tanam I (tanam rendertgan) dilakukan sesuai dengan altematif tahun normal, sedangkan masa tanam II (tanam gadu) sebaiknya dilakukan lebih awal sekitar satu bulan dari normalnya, dan sedapat mungkin dilakukan serempak setelah panen masa tanam I dengan cara taapa olah tanah (TOT). Penambahan luas tanam selama periode masa tanam II tidak perlu dilakukan untuk menghindari resiko kekeringan. Dampak selanjutnya pada tahun El-Nino dengan mempertimbangkan ketersediaan air tanah adalah mundurnya musim tanam berikutnya (tanam rendengan) setelah tanam II di Kabupaten Maros dan Bulukumba, terutama pada kejadian El-Nino dengan intensitas yang kuat.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/135365
Appears in Collections:UT - Geophysics and Meteorology

Files in This Item:
File SizeFormat 
G98NUR.pdf
  Restricted Access
8.66 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.