Risiko Produksi Usaha Budidaya Patin di Kawasan Minapolitan Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan

Abstract

Kabupaten Banjar salah satu pengembangan kawasan minapolitannyang ada di Kalimantan Selatan. Namun, Kabupaten Banjar mengalami penurunan produksi patin. Produksi budidaya ikan patin di Kabupaten Banjar berdasarkan kecamatan pun terbilang berfluktuasi dengan semakin menurunnya jumlah produksi. Rendahnya produksi patin menunjukkan bahwa terdapat risiko produksi dalam usaha budidaya patin di Kabupaten Banjar. Risiko produksi dalam usaha budidayaapatin juga sangat berpengaruh terhadap preferensi risiko pembudidaya dan pendapatan usaha. Berdasarkan hal tesebut, tujuan dari penelitian ini (1) menganalisis pengaruh faktor-faktor produksi terhadap risiko produksi patin di Kabupaten Banjar (2) menganalisis pendapatan usaha budidaya patin dengan adanya risiko produksi di Kabupaten Banjar (3) menganalisis preferensi risiko pembudidaya patin di Kabupaten Banjar dan (4) menganalisis strategi manajemen risiko yang dilakukan pembudidaya dalam menghadapi risiko produksi patin di Kabupaten Banjar. Penelitian ini menggunakan data panel yaitu data times series tahun 2021 dan 2022 pada Kecamatan Martapura dan Kecamatan Martapura Barat di Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan. Pengambilan sampel pembudidaya patin dilakukan secara purposive kepada 41 pembudidaya patin dengan media kolam, pada saat panen kondisi banjir tahun 2021 (Juni 2021-Maret 2022) dan saat panen kondisi tidak banjir (normal) tahun 2022 (April 2022-Februari 2023). Model Just and Pope digunakan untuk menganalisis fungsi risiko produksi patin, perhitungan expected return digunakan untuk menganalisis pendapatan dengan adanya risiko, model Arrow-Pratt Absolute Risk Aversion digunakan untuk menganalisis preferensi risiko pembudidaya, serta manajemen risiko usaha budidaya patin. Hasil analisis menunjukkan faktor produksi yang bersifat meningkatkan risiko produksi (risk increasing factor) pada usaha budidaya patin adalah dummy banjir sedangkan kapur merupakan faktor menurunkan risiko produksi (risk reducing factor) pada usaha budidaya patin. Pendapatan usaha budidaya patin nernilai positif. Nilai R/C terhadap biaya tunai pada usaha budidaya patin sebesar 1,30, sedangkan R/C atas biaya total sebesar 1,27. Nilai pendapatan dengan memasukkan unsur risiko banjir (expected return) sebesar Rp 5.431.767,27 dengan adanya bencana banjir usaha budidaya patin menguntungkan untuk diusahakan. Preferensi risiko pembudidaya patin terhadap penggunaan input produksi secara keseluruhan bersifat risk taker atau berani terhadap risiko produksi. Pembudidaya patin telah melakukan tiga strategi manajemen risiko yaitu strategi preventif (preventive) meliputi Persiapan Kolam, Persiapan air dan persiapan benih; strategi mitigasi (mitigation) melalui manajemen pemberian pakan, manajemen dasar kolam dan pengendalian serangan penyakit; dan strategi risk coping yang dilakukan pembudidaya saat mengalami kegagalan adalah meminjam dari sumber kredit formal, menjual asset yang dimiliki dan meminjam dari pembudidaya lain/keluarga. Implikasi kebijakan yang dapat dikemukan berkaitan dengan hasil penelitian yaitu Pembudidaya sebaiknya memperhatikan pengunaan input yang disesuaikan dengan luas lahan yang digunakan agar dalam penggunaannya tepat terutama benih dan kapur. Sesama pembudidaya dapat bekerja sama dalam mengembangkan pembuatan pakan mandiri guna memenuhi kebutuhan pakan tanpa harus menggunakan pakan pabrik sehingga dapat meminimalkan biaya produksi pakan. Perlunya peran aktif dari Dinas Perikanan setempat melalui penyuluhan secara berkala mengenai penggunaan input-input produksi patin dan pelatihan guna meningkatkan kapabilitas pembudidaya dan tenaga kerja agar dapat mengelola usaha budidaya patin sesuai dengan standar operasional prosedur pembesaran patin kolam