Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/134862
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorPurnaba, I Gusti Putu-
dc.contributor.advisorBudiarti, Retno-
dc.contributor.authorSetyawan, Binar Aulia-
dc.date.accessioned2024-01-16T07:06:18Z-
dc.date.available2024-01-16T07:06:18Z-
dc.date.issued2023-
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/134862-
dc.description.abstractKetahanan pangan adalah isu yang krusial di Indonesia. Ketersediaan pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan penduduk merupakan hal yang sangat penting untuk menghindari terjadinya gejolak politik maupun sosial yang berkepanjangan. Salah satu wujud kepedulian pemerintah terhadap isu ini adalah dijadikannya kebutuhan pangan sebagai hak asasi bagi warga negara Indonesia sebagaimana diatur dalan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012. Upaya ini tentunya sejalan dengan tujuan pertama dan kedua Sustainable Development Goals (SDGs), yakni mengakhiri kemiskinan di manapun dan dalam semua bentuk dan mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan nutrisi yang lebih baik serta mendukung pertanian berkelanjutan. Oleh karena itu, dalam rangka mendukung pertanian berkelanjutan, Kementerian Pertanian Indonesia hadir membantu petani melalui program asuransi pertanian. Asuransi pertanian ditawarkan sebagai salah satu skema pendanaan yang berkaitan dengan pembagian risiko dalam kegiatan usahatani. Dengan asuransi pertanian, proses produksi dapat dijaga untuk mengikuti rekomendasi berusaha tani yang baik. Pengalaman penerapan skema asuransi dari negara-negara tersebut sangat bermanfaat apabila diterapkan di Indonesia, meskipun masih diperlukan beberapa penyesuaian serta uji coba. Penentuan premi asuransi pertanian secara umum dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu asuransi kerugian dan asuransi parametrik. Asuransi kerugian adalah jenis asuransi yang melakukan pembayaran klaim jika pihak tertanggung mengalami kerugian. Sedangkan asuransi parametrik adalah asuransi yang melakukan pembayaran klaim ke pihak tertanggung hanya jika terjadi suatu kejadian pemicu (triggering event) yang telah disepakati bersama. Asuransi parametrik dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu asuransi pertanian berdasarkan indeks iklim, asuransi pertanian berdasarkan indeks harga dan asuransi pertanian berdasarkan hasil dalam suatu wilayah (area-yield insurance). Pada asuransi pertanian berdasarkan hasil di suatu wilayah intensitas kerugian yang dijamin (level of coverage) atau persentase hasil panen merupakan peristiwa pemicunya. Oleh karena itu, kerugian asuransi pertanian berdasarkan hasil dalam suatu wilayah merupakan peluang kerugian hasil panen yang berada pada area di bawah kurva fungsi densitas saat hasil panen lebih kecil dari batas maksimal hasil panen yang dijamin. Aturan tersebut merupakan konsep metode parametrik pada asuransi pertanian berdasarkan hasil dalam suatu wilayah oleh Ozaki yang dijelaskan pada jurnal “Parametric and nonparametric statistical modelling of crop yield: implications for pricing crop insurance contracts”. Intensitas kerugian yang dijamin (level of coverage) dalam penentuan batas maksimal hasil panen yang dijamin mempunyai batas 0 sampai 1, sehingga besar kerugian (ganti rugi) yang diperoleh adil bagi pihak tertanggung maupun pihak penanggung (perusahaan asuransi). Pada metode parametrik tersebut, risiko pandemi Covid-19 belum diperhitungkan, padahal pandemi Covid-19 mengakibatkan penurunan penjualan hasil panen pertanian tidak terkecuali untuk komoditas tomat secara signifikan. Hal itu disebabkan oleh pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) oleh pemerintah, yang berakibat pada menurunnya tingkat konsumsi dan daya beli masyarakat. Oleh karena itu, untuk dapat melihat penurunan penjualan hasil panen pertanian komoditas tomat, peneliti mengambil studi kasus pada PT Mitra Tani Parahyangan. Sehingga pada penelitain ini dapat dirumuskan model asuransi pertanian berdasarkan hasil dalam suatu wilayah dengan memperhitungkan kondisi pandemi Covid-19. Misalkan L merupakan peubah acak yang menyatakan besarnya kerugian hasil panen yang terjual saat pandemi, yang modelnya diformulasikan sebagai berikut: {L|T=1}={█(λm_1^e-N_1,N_1≤λm_1^e @0, 〖 N〗_1>λm_1^e )┤ dengan T=1 : Indikator terjadi pandemi λ : Persentase hasil panen λm_1^e : Batas hasil panen yang dijamin N_1 : Peubah acak hasil panen terjual saat pandemi Berdasarkan model kerugian ini, dapat ditentukan formula tingkat premi dan harga preminya. Untuk persentase hasil panen (λ)=75% diperoleh tingkat premi dan premi pada kondisi gabungan (T=0∪T=1) sebesar 5,23% dan Rp 627.373. Tingkat premi yang dihasilkan pada penelitian ini lebih besar daripada asuransi pertanian pada umumnya, namun masih dipandang realistis karena mempertimbangkan faktor pandemi, seperti pandemi Covid-19 sebagai salah satu risiko kerugian yang dialami oleh para petani PT Mitra Tani Parahyangan.id
dc.description.abstractFood security is a crucial issue in Indonesia. The availability of sufficient food to meet the needs of the population is very important to avoid prolonged political and social turmoil. One manifestation of the government's concern for this issue is to make the need for food a human right for Indonesian citizens as regulated in Law Number 18 of 2012. This effort is of course in line with the first and second objectives of the Sustainable Development Goals (SDGs), which is to end the poverty in anywhere and in all forms and end hunger, achieve food security and better nutrition and support sustainable agriculture. Therefore, in order to support sustainable agriculture, the Indonesian Ministry of Agriculture is here to help farmers through the agricultural insurance program. Agricultural insurance is offered as a funding scheme related to risk sharing in farming activities. With agricultural insurance, the production process can be maintained to follow farming recommendations the good one. The experience of implementing insurance schemes from these countries is very useful if applied in Indonesia, although several adjustments and trials are still needed. Determination of agricultural insurance premiums is generally categorized into two types, namely loss insurance and parametric insurance. Loss insurance is a type of insurance that pays claims if the insured party experiences a loss. Meanwhile, parametric insurance is insurance that makes claim payments to the insured only if a mutually agreed triggering event occurs. Parametric insurance is divided into three types, namely agricultural insurance based on climate indices, agricultural insurance based on price indices and agricultural insurance based on results in a region. In agricultural insurance based on results in an area, the guaranteed loss intensity or percentage of crop yield is the trigger event. Therefore, agricultural insurance losses based on yields in a region are the opportunity for crop yield losses that are in the area under the density function curve when crop yields are smaller than the guaranteed maximum yield limit. This rule is a concept of parametric methods in agricultural insurance based on results in a region by Ozaki which is explained in the journal "Parametric and nonparametric statistical modeling of crop yield: implications for pricing crop insurance contracts". The intensity of guaranteed losses in determining the maximum guaranteed harvest limit has a limit of 0 to 1, so that the amount of loss (compensation) obtained is fair for both the insured and the insurer (insurance company). In this parametric method, the risk of the Covid-19 pandemic has not been taken into account, even though the Covid-19 pandemic has resulted in a significant decline in sales of agricultural crops, including tomatoes. This was caused by the implementation of large-scale social restrictions (PSBB) by the government, which resulted in a decline in consumption levels and people's purchasing power. Therefore, to be able to see the decline in sales of tomato agricultural crops, researchers took a case study at PT Mitra Tani Parahyangan. So, in this research, an agricultural insurance model can be formulated based on results in a region, taking into account the conditions of the Covid-19 pandemic. Suppose L is a random variable that expresses the amount of crop losses sold during a pandemic, whose model is formulated as follows: {L|T=1}={█(λm_1^e-N_1,N_1≤λm_1^e @0, 〖 N〗_1>λm_1^e )┤ where T=1 : Indicator pandemic occurs λ : Percentage of yields covered λm_1^e : Maximum guaranteed tomato crop yields when pandemic occurs N_1 : Random variable of sales result when pandemic occurs Based on this loss model, the premium rate and premium price formula can be determined. For the percentage of yield (λ)=75%, the premium rate and premium in the combined condition (T=0∪T=1) are 5.23% and Rp 627,373. The premium rate generated in this study is greater than agricultural insurance in general, but is still considered realistic because it considers pandemic factors, such as the Covid-19 pandemic as one of the risks of loss experienced by PT Mitra Tani Parahyangan farmers.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titlePenentuan Premi Asuransi Pertanian Komoditas Tomat Dengan Mempertimbangkan Pandemi (Studi Kasus: PT Mitra Tani Parahyangan).id
dc.title.alternativeDetermination of Agricultural Insurance Premiums for Tomato Commodities by Considering the Pandemic (Case Study: PT Mitra Tani Parahyangan).id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordagriculture insuranceid
dc.subject.keywordparametric insuranceid
dc.subject.keywordpremiumid
dc.subject.keywordCOVID-19id
Appears in Collections:MT - Mathematics and Natural Science

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
Cover.pdf
  Restricted Access
Cover3.04 MBAdobe PDFView/Open
G5501201005_Binar A Setyawan.pdf
  Restricted Access
Fullteks3.6 MBAdobe PDFView/Open
Lampiran.pdf
  Restricted Access
Lampiran4.4 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.