Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/134761
Title: Tata Kelola Rantai Nilai Gula Aren di Kabupaten Tasikmalaya
Authors: Kusnadi, Nunung
Adhi, Andriyono Kilat
Nurohmah, Nuri Nabila
Issue Date: 12-Jan-2024
Publisher: IPB University
Abstract: Gula aren merupakan salah satu pemanis yang termasuk dalam kelompok gula merah. Gula merah yang dikenal di pasar terdiri atas tiga jenis yaitu gula kelapa, gula tebu dan gula aren. Ketiga jenis gula tersebut secara umum dapat dibedakan dari sisi bahan baku pembuatannya. Meskipun berasal dari bahan baku yang berbeda, gula aren dan jenis gula merah lainnya tidak jarang dianggap sama karena ciri fisiknya yang hampir serupa. Salah satu hal yang paling menarik dari produk gula aren adalah harganya yang relatif lebih mahal dibandingkan kedua jenis gula merah lainnya. Namun demikian, harga gula aren yang relatif mahal tersebut menyebabkan kemungkinan terkontaminasi gula aren dengan bahan lainnya sangat tinggi. Bentuk pemalsuan bahan baku yang beredar di pasaran ini hampir tidak diketahui oleh konsumen karena warna dan tekstur yang mirip sehingga sangat sulit dibedakan. Maka dari itu perlu dipelajari rantai nilai gula aren yang mengkaji keterkaitan peran para aktor yang terlibat di dalam rantai nilai gula aren dalam membentuk harga yang dibayar konsumen. Pada penelitian ini, kajian rantai nilai gula aren tidak terbatas pada peran aktor saja melainkan pada semua rangkuman aktivitas produksi yang dilakukan oleh para aktor. Tata kelola (governance) merupakan salah satu bentuk upaya penerapan aturan yang dilakukan untuk mengelola sebuah sistem. Tata kelola pada dasarnya terbentuk untuk mengatur sistem koordinasi tanpa merugikan sebagian pelaku sehingga semua peraturan dan kesepakatan dapat diterima dengan baik. Tata kelola dalam rantai nilai (value chain governance) dapat menggambarkan pola koordinasi yang terjalin antar aktor di sepanjang rantai nilai gula aren. Analisis sistem rantai nilai gula aren yang menekankan pada tata kelola (governance) dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengontrol aktivitas di sepanjang rantai nilai. Hal penting dari terbentuknya tata kelola dalam rantai nilai gula aren adalah bagaimana konsekuensi tata kelola terhadap persoalan harga yang relatif tinggi pada gula aren serta potensi pengkaburan identitas pada gula aren. Penelitian ini membahas tata kelola rantai nilai gula aren di Kabupaten Tasikmalaya sebagai salah satu daerah penghasil gula aren di Jawa Barat. Tujuan penelitian ini adalah: 1) mengidentifikasi aktor-aktor yang terlibat dalam rantai nilai gula aren di Kabupaten Tasikmalaya, 2) mengidentifikasi peta rantai nilai (value chain) gula aren di Kabupaten Tasikmalaya, dan 3) menganalisis bentuk tata kelola (governance) pada rantai nilai gula aren di Kabupaten Tasikmalaya. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik snowball sampling terhadap 53 petani aren yang merangkap sebagai produsen gula aren serta 10 pengepul gula aren. Metode pengolahan data berupa analisis deskriptif meliputi analisis pemetaan serta tata kelola rantai nilai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaku yang mendominasi rantai nilai gula aren di Kabupaten Tasikmalaya adalah pengolah gula aren sebagai produsen utama yang paling berkontribusi dalam penciptaan nilai gula aren serta pengepul sebagai aktor yang memiliki spesialisasi dalam pemasaran gula aren. Dalam hal ini pengepul berkontribusi besar sebagai penghubung antara produsen dan konsumen. Tata kelola rantai nilai gula aren termasuk jenis tata kelola modular dengan kriteria kompleksitas tinggi, kodifikasi tinggi, dan kapabilitas tinggi. Konsekuensi terbentuknya tata kelola modular dalam rantai nilai gula aren menyebabkan potensi pemalsuan gula aren di tingkat hilir dapat diminimalisir yang berakibat pada harga dan pendapatan produsen gula aren itu sendiri.
Palm sugar is a sweetener that is included in the brown sugar group. Three types of brown sugar are known on the market: coconut sugar, cane sugar and palm sugar. The three types of sugar can generally be differentiated in terms of the raw materials they are made from. Even though they come from different raw materials, palm sugar and other brown sugar are often considered the same because their physical characteristics are almost identical. One of the most exciting things about palm sugar products is that the price is relatively more expensive than the other two types of brown sugar. However, the relatively high price of palm sugar means the possibility of contamination of palm sugar with other ingredients is very high. This form of counterfeit raw materials circulating on the market is almost unknown to consumers because the colour and texture are similar, so they are tough to differentiate. Therefore, it is necessary to study the palm sugar value chain, which examines the interrelationship of the roles of the actors involved in the palm sugar value chain in shaping the prices paid by consumers. In this research, the study of the palm sugar value chain is not limited to the role of actors but also to a summary of all production activities carried out by the actors. Governance is a form of effort to apply rules to manage a system. Governance is basically formed to regulate the coordination system without harming some actors so that all regulations and agreements can be properly accepted. Value chain governance can describe the coordination pattern that exists between actors along the palm sugar value chain. Analysis of the palm sugar value chain system, which emphasizes governance, can be used as a benchmark in controlling activities along the value chain. The important thing about the formation of governance in the palm sugar value chain is the consequences of governance regarding the issue of relatively high prices for palm sugar and the potential for blurring the identity of palm sugar. This research discusses the governance of the palm sugar value chain in Tasikmalaya Regency as one of the palm sugar-producing areas in West Java. The objectives of this research are: 1) identifying the actors involved in the palm sugar value chain in Tasikmalaya Regency, 2) identifying a map of the palm sugar value chain in Tasikmalaya Regency, and 3) analyzing the form of governance in the chain. Value of palm sugar in Tasikmalaya Regency. Data was collected using a snowball sampling technique on 53 palm farmers who doubled as palm sugar producers and 10 palm sugar collectors. The data processing method is descriptive analysis, including mapping analysis and value chain governance. The research results show that the actors who dominate the palm sugar value chain in Tasikmalaya Regency are palm sugar processors, the primary producers who contribute most to the creation of palm sugar value, and collectors who specialize in marketing palm sugar. In this case, collectors contribute significantly as a liaison between producers and consumers. Palm sugar value chain governance is a modular type of governance with the criteria of high complexity, high codification, and high capability. The consequence of forming modular governance in the palm sugar value chain means that the potential for palm sugar counterfeiting at the downstream level can be minimized, impacting the price and income of palm sugar producers themselves.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/134761
Appears in Collections:MT - Economic and Management

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
cover.pdf
  Restricted Access
Cover1.97 MBAdobe PDFView/Open
H3501211029_Nuri Nabila Nurohmah.pdf
  Restricted Access
Fulltext3.43 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.