Dampak Program Bantuan Sosial Tunai terhadap Kemiskinan dan Konsumsi Keluarga Penerima Manfaat di Kabupaten Bogor

Abstract

Pengentasan kemiskinan masih menjadi agenda pembangunan untuk mewujudkan peningkatan sumberdaya manusia yang berkualitas dan berdaya saing. Pandemi Covid-19 menyebabkan jumlah penduduk miskin bertambah menjadi lebih dari 26 juta orang per Maret 2020, tertinggi sejak 2017. Demi menyelamatkan hidup keluarga miskin terdampak pandemi, Pemerintah melalui Kementerian Sosial memaksimalkan program Bantuan Sosial Tunai (BST). Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji dampak program BST terhadap kemiskinan dan konsumsi keluarga penerima manfaat (KPM) di Kabupaten Bogor. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah mengetahui dampak program BST terhadap kemiskinan dan konsumsi KPM saat keadaan darurat. Sehingga diharapkan menjadi saran dan masukan bagi pemerintah dalam merumuskan program bantuan sosial untuk pengentasan kemiskinan di Indonesia. Kabupaten yang dipilih adalah Kabupaten Bogor karena memiliki jumlah penduduk miskin tertinggi di wilayah Jawa Barat pada tahun 2020 saat terjadi pandemi Covid-19. Pengumpulan data primer dilakukan dengan melakukan wawancara kepada keluarga penerima program BST dan bukan penerima program BST. Pengambilan data dilakukan pada Juni 2023. Penelitian ini menggunakan quasi experimental dengan membagi partisipan menjadi kelompok treatment dan kelompok control. Kelompok treatment dalam penelitian ini adalah 40 partisipan yang menerima program BST. Untuk kelompok control adalah 40 partisipan yang tidak menerima program BST. Penelitian ini menggunakan metode propensity score matching (PSM) untuk memperoleh kelompok control dengan karakteristik yang hampir sama dengan kelompok treatment. Untuk mengestimasi propensity score digunakan model probit. Metode analisis kuantitatif yang digunakan dalam penelitian yaitu metode difference in difference (DID). Untuk mengestimasi besaran dampak program BST, penelitian ini menggunakan tiga metode OLS. Ketiga metode tersebut adalah metode OLS tanpa variabel kontrol, metode OLS dengan variabel kontrol dan metode OLS dengan first difference. Outcome yang digunakan dalam penelitian ini adalah kedalaman kemiskinan, konsumsi makanan dan konsumsi bukan makanan. Hasil estimasi dengan model probit menunjukkan bahwa semakin miskin partisipan, probabilitas untuk menjadi keluarga penerima program BST semakin kecil. Berbeda dengan sasaran program BST yang diberikan Kementerian Sosial, bahwa target penerima program BST adalah keluarga miskin dan terdampak Covid-19. Pada penelitian ditemukan bahwa terdapat 77,5 persen keluarga pada kelompok control merupakan keluarga miskin yang tidak menerima program BST. Juga terdapat 42,5 persen keluarga dari kelompok treatment yang tidak miskin tetapi menjadi penerima program BST. Pada metode PSM diperoleh 39 partisipan dari kelompok control yang memiliki propensity score yang sama dengan kelompok treatment. Setelah mendapatkan kelompok control yang tepat, nilai outcome kedua kelompok pada saat sebelum dan sesudah ada program BST akan dibandingkan untuk mengukur dampak program. Hasil pengukuran dampak program menunjukkan bahwa program BST berdampak secara signifikan terhadap penurunan tingkat kemiskinan dan peningkatan konsumsi makanan. Namun, program BST tidak memberikan dampak yang signifikan dalam meningkatkan konsumsi bukan makanan, baik pada metode OLS tanpa variabel kontrol, dengan variabel kontrol maupun dengan first difference.