Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/133911
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorMegia, Rita-
dc.contributor.advisorSuharsono-
dc.contributor.authorMulyaningsih, Ani-
dc.date.accessioned2024-01-05T03:26:42Z-
dc.date.available2024-01-05T03:26:42Z-
dc.date.issued1998-
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/133911-
dc.description.abstractDi Indonesia, meskipun pisang bukan merupakan bahan makanan pokok, tetapi keberadaannya cukup penting karena dari segi nutrisi buahnya banyak mengandung karbohidrat, vitamin A, B6 dan C, serta mineral seperti kalium, magnesium, dan fosfor. Penyebaran penyakit merupakan salah satu kendala dalam peningkatan produksi pisang. Sedangkan kendala dalam perbaikan genetik pisang adalah sulitnya dilakukan persilangan secara konvensional karena sifat tanaman pisang yang partenokarpi dan sterilitas bunganya yang cukup tinggi. Kultur suspensi sel inerupakan salah satu teknik yang dibutuhkan dalam perbaikan genetik secara non konvensional. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kemampuan inisiasi dan pertumbuhan sel beberapa kultivar lokal Indonesia dalam membentuk kultur suspensi sel. Bahan tanaman pisang yang digunakan adalah 5 kultivar hasil kultur in vitro pada media MS. Kelima kultivar tersebut adalah Becici (AA), Raja Seribu (AAA), Kepok Sobo (ABB), Batu (BB), dan Klutuk Wulung (BB). HPU (Highly Proliferated Bud) merupakan tunas yang mengalami proliferasi sangat tinggi. Untuk mempertanyak eksplan, ujung tunas ditanam dalam media HPB pada kondisi gelap. Scalp (sayatan transversal sangat tipis pada permukaan HPB) kemudian dimasukkan ke dalam medium Dhed'a untuk pembentukan kultur suspensi sel. Kecepatan pembentukan HPB bervariasi untuk tiap-tiap kultivar. Kecepatan pembentukan HPB terjadi pada kultivar Batu yaitu pada minggu ke-1, diikuti kultivar Klutuk Wulung dan Becici pada minggu ke-3, Raja Seribu serta Kepok Sobo pada minggu ke-5. Selain kecepatannya, keberhasilan pembentukan HPB juga bervariasi yaitu Batu 76%, Becici 64,7%, Raja Seribu 46,6%, Klutuk Wulung 44%, dan Kepok Sobo 35%. Kultivar yang mempunyai tingkat pembentukan HPB yang tinggi seperti kultivar Batu dan Becici, juga mempunyai tingkat pertumbuhan sel yang tinggi. Pertumbuhan sel yang tinggi juga terlihat pada kultivar Raja Seribu, diikuti Klutuk Wulung dan Kepok Sobo dengan pertumbuhan lambat. Pada penelitian ini kultur suspensi terbentuk mulai minggu ke-10.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcBiologyid
dc.titleIsolasi dan kultur suspensi sel beberapa kultivar pisang (Musa Spp.)id
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordIsolasiid
dc.subject.keywordKultur suspensiid
dc.subject.keywordSelid
Appears in Collections:UT - Biology

Files in This Item:
File SizeFormat 
G98amu.pdf
  Restricted Access
4.45 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.