Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/133902
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorJune, Tania-
dc.contributor.advisorHartanto, Walda-
dc.contributor.authorLestari, RR. Melani Indah-
dc.date.accessioned2024-01-05T02:36:35Z-
dc.date.available2024-01-05T02:36:35Z-
dc.date.issued2003-
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/133902-
dc.description.abstractPerkembangan teknologi dan industri selain telah mendukung kehidupan masyarakat dengan memberikan produk dan kesempatan kerja, juga berdampak negatif dengan adanya pencemaran lingkungan. Salah satunya adalah pencemaran/polusi udara. Pendugaan dispersi polusi udara yang terjadi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan unsur-unsur iklim dan kondisi stabilitas atmosfer. Dalam penelitian ini, dilakukan analisis titik terhadap dispersi polutan berskala lokal (titik pengamatan dan wilayah kajian) dengan menggunakan model Gaussian Plume Atmospheric Dispersion (GPAD). Angin dominan di wilayah kajian berasal dari arah Selatan dan Barat Daya menuju Utara dan Timur Laut dengan kecepatan yang semakin rendah dengan bertambahnya ketinggian sampai batas tertentu, kemudian bertambah seiring dengan ketinggian. Kecepatan angin di wilayah kajian umumnya adalah calm atau tenang (skala Beaufort: 0-2, yaitu tenang udara ringan sepoi lemah). Sebaran suhu udara (TBB dan TBK) mengikuti pola sinusoidal yang berkurang seiring dengan ketinggian sampai batas tertentu, selanjutnya kembali meningkat terhadap ketinggian. Kisaran suhu umumnya lebih rendah pada cuaca berawan dibandingkan saat cuaca cerah. Kelembaban udara (RH) akan terus meningkat seiring dengan ketinggian dan waktu secara acak sampai akhirnya relatif stabil 92% - 93% sekitar pukul 21.00 WIB. Perhitungan bilangan Richardson (Ri) memperlihatkan dua kondisi stabilitas atmosfer rata-rata yang terjadi, yaitu stabil dan tidak stabil. Kondisi stabil tercapai sekitar pukul 19.00-07.00 WIB pada cuaca yang umumnya cerah (terkadang berawan). Sementara kondisi tidak stabil tercapai sekitar pukul 08.00- 18.0 WIB pada cuaca yang cerah. Hasil analisis Model GPAD menunjukkan perubahan konsentrasi polutan H₂S pada lokasi contoh sudah melewati rentang nilai deteksi kebauan dan Baku Tingkat Kebauan, namun masih berada di bawah nilai Baku Mutu Kualitas Udara Ambien. Perubahan dispersi konsentrasi polutan dan akumulasinya pada kondisi stabil memiliki kemiringan (slope) yang lebih landai jika dibandingkan dengan kondisi tidak stabil.. Hal ini mengindikasikan bahwa pada kondisi tidak stabil, dispersi polutan terjadi dengan laju yang lebih cepat daripada saat kondisi stabil. Sehingga, konsentrasi polutan yang tinggal di suatu wilayah reseptor pada kondisi stabil relatif lebih besar bila dibandingkan dengan konsentrasi polutan pada kodisi tidak stabil.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcAtmosferid
dc.subject.ddcJakartaid
dc.titleKeterkaitan antara kondisi stabilitas atmosfer terhadap dispersi polutan di derah industri : studi kasus perusahaan elektronik nabel, Jakartaid
dc.typeUndergraduate Thesisid
Appears in Collections:UT - Geophysics and Meteorology

Files in This Item:
File SizeFormat 
G03rmi1.pdf
  Restricted Access
2.29 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.