Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/133489
Title: Tindakan Komunikatif Komunitas Virtual untuk Mitigasi Disinformasi di Media Sosial
Authors: Sarwoprasodjo, Sarwititi
Soetarto, Endriatmo
Lubis, Djuara
Azwar, Azwar
Issue Date: 22-Sep-2023
Publisher: IPB University
Abstract: Penelitian ini mengungkap tindakan komunikatif (communicative action) yang dilakukan komunitas virtual Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH) di Facebook untuk mengurangi risiko bencana disinformasi di media sosial sebagai ruang publik baru. Tindakan komunikatif ini hadir sebagai respon atas maraknya disinformasi akibat dominasi ekonomi, politik, dan budaya di media sosial. Munculnya disinformasi karena terciptanya kesadaran semu (false consciousness) yang terbentuk dari keyakinan bahwa informasi yang diterima adalah sebuah kebenaran tunggal yang tidak bisa ditafsirkan. Sebagaimana sifatnya kebenaran semu pada kulit luarnya seolah-olah yang disuguhkan merupakan kebenaran, akan tetapi pada dasarnya merupakan realitas yang diselimuti dominasi ekonomi, politik, dan budaya atas persepsi masyarakat tersebut. Persoalan di atas diperburuk oleh masalah perilaku masyarakat yang rentan terdampak oleh akibat negatif perubahan yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi dan informasi. Perilaku tersebut di antaranya adalah mudahnya masyarakat menyebarkan fitnah, hasut, dan hoax di media sosial. Hal ini mengakibatkan terusiknya kedamaian dan ketentraman dalam kehidupan masyarakat, sehingga berdampak terhadap rapuhnya persatuan dan kesatuan bangsa, yang pada akhirnya menjadi salah satu faktor penghambat pembangunan nasional. Pemerintah sebenarnya sudah berusaha mengatasi persoalan ini dengan membuat regulasi berupa Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) dan penyempurnaannya melalui Undang-Undang No. 19 Tahun 2016. Selain itu pemerintah juga sudah membentuk Badan Siber Nasional dan Polisi Virtual untuk meminimalisir gangguan informasi di Indonesia. Akan tetapi apa yang dilakukan pemerintah tersebut belum cukup untuk menciptakan ruang publik baru (cyberspace) yang demokratis. Dibutuhkan partisipasi masyarakat untuk bersama-sama menciptakan informasi yang sehat di ruang publik. Kajian ini pertama untuk memahami bagaimana orang bisa melakukan tindakan secara sadar untuk memanipulasi informasi, padahal sebagai manusia mereka memiliki kesadaran bahwa memanipulasi informasi adalah tindakan yang salah dan membahayakan kehidupan. Kedua mengungkap kesadaran semu (false consciousness) yang disebabkan oleh disinformasi dan dominasi ekonomi, politik, dan budaya di tengah-tengah masyarakat. Ketiga penelitian ini membongkar praktik literasi informasi yang menyuguhkan kebenaran tunggal atas informasi. Komunitas virtual yang bertujuan untuk membersihkan ruang publik media sosial dari sampah informasi pada akhirnya mendorong terjadinya klaim tunggal atas kebenaran informasi. Untuk mencapai hal tersebut peneliti merinci beberapa pertanyaan turunan penelitian sebagai berikut (1) Bagaimana tindakan komunikatif komunitas virtual Forum Anti Fitnah Hasut dan Hoaks (Admin, Pengelola, Inisiator Grup FAFHH) untuk membangun ruang publik yang baik? (2) Bagaimana kesadaran semu (false consciousness) yang terbentuk pada khalayak media sosial yang disebabkan oleh disinformasi. (3) Bagaimana strategi komunikasi untuk mencegah dampak buruk disinformasi pada ruang publik virtual? Penelitian ini ditinjau dalam pandangan Teori Tindakan Komunikatif (Theory of Communicative Action) yang digagas oleh Jurgen Habermas. Gagasan Habermas tersebut sangat penting untuk penelitian ini karena menawarkan kerangka kerja yang lebih luas untuk memahami media sosial sebagai ruang publik dan bagaimana individu atau masyarakat berusaha mencapai pemahaman bersama dalam kelompok untuk mempromosikan kerjasama, bukan hanya untuk mencapai tujuan pribadi seseorang. Penelitian ini dilakukan dengan paradigma kritis, bersifat kualitatif dengan metode etnografi virtual. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi partisipan pada komunitas virtual di Facebook, Forum Anti Fitnah, Hasut dan Hoax (FAFHH). Selain obeservasi peneliti juga melakukan wawancara mendalam kepada pengelola komunitas virtual (admin dan moderator), anggota grup komunitas virtual, dan ahli media sosial. Analisis dilakukan melalui beberapa level yaitu level ruang media (media space) dimana yang menjadi objek amatan adalah struktur perangkat media dan penampilan terkait dengan prosedur perangkat secara teknis. Kedua level dokumen media (media archieve) yang menjadi objek amatan adalah isi, aspek pemaknaan teks atau grafis sebagai artefak budaya. Level ketiga level struktur komunitas virtual dan lembaga yang mempengaruhinya. Keempat adalah objek media (media object) yang menjadi objek amatan adalah interaksi yang terjadi di media virtual antara anggota komunitas. Level kelima adalah pengalaman (experiential stories) yang menjadi objek amatan adalah bagaimana motif, efek, manfaat atau realitas yang terhubung secara offline maupun online. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa komunitas virtual FAFHH memenuhi syarat sebagai ruang publik. Penelitian ini menunjukkan bahwa komunitas virtual FAFHH di Facebook mencerminkan universalitas, inklusivitas, dan mampu menjadi ruang untuk tumbuhnya wacana-wacana kritis rasional. Selain itu penelitian ini juga menemukan bahwa langkah terbaik dalam mitigasi disinformasi pada komunitas virtual adalah dengan keterlibatan orang-orang yang memiliki kapasitas dalam bidangnya dan memiliki niat baik untuk meluruskan informasi. Strategi dalam mitigasi disinformasi adalah literasi, berpikir kritis, dan peningkatan keterampilan komunikasi digital bagi masyarakat. Cek fakta sebagai tindakan komunikatif dalam mengurangi risiko bencana disinformasi merupakan langkah yang perlu diduplikasi. Namun tindakan cek fakta ini tidak bisa dijadikan tumpuan untuk mencari kebenaran. Hal ini terkait dengan berbagai perspektif masyarakat dalam melihat sebuah persoalan. Kebenaran memiliki banyak sisi atau memiliki banyak lapisan. Selain itu, bias ideologi dan ekonomi memengaruhi tindakan cek fakta yang dilakukan. Oleh sebab itu tindakan cek fakta bisa menjadi salah satu langkah mengurangi risiko bahaya disinformasi. Selain cek fakta hal yang perlu dilakukan adalah literasi untuk masyarakat, berpikir kritis dalam menghadapi disinformasi, dan keterampilan komunikasi digital.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/133489
Appears in Collections:DT - Human Ecology

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
Disertasi_Azwar I36210031 (1).pdf
  Restricted Access
Full Text5.73 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.