Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/133322
Title: Pemanfaatan Tumbuhan Pewarna Alami Kain Jumputan Palembang
Other Titles: Utilization of Natural Plant Dyes for Palembang Jumputan Fabric
Authors: Hikmat, Agus
Sabrina, Ria
Siswoyo
Issue Date: 27-Dec-2023
Publisher: IPB University
Citation: Amalia R, Akhtamimi I. 2016. Pengaruh jenis dan konsentrasi zat fiksasi terhaap warna kain batik dengan pewarna alami limbah kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum). DKB. 33(2): 85-92. Atok AR. 2009. Etnobotani masyarakat suku Bunaq (Studi kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur) [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Azizah WN. 2018. Pengaruh jenis zat fiksasi terhadap kualitas pewarnaan kain mori primissima dengan zat warna euphorbia [skripsi]. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Palembang. 2022. Statistik Daerah Kota Palembang. Palembang: Badan Pusat Statistik Kota Palembang. Bahri S, Jalaluddin, Rosnita. 2017. Pembuatan zat warna alami dari kulit batang jamblang (Syzygium cumini) sebagai bahan dasar pewarna tekstil. J. Teknol. Kimia Unimal. 6(1): 10-19. Berlin SW, Linda R, Mukarlina. 2017. Pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan pewarna alami oleh Suku Dayak Bidayuh di Desa Kenaman Kecamatan Sekayem Kabupaten Sanggau. Protobiont. 6(3): 303–309. Camelia A, Afriansyah B, Juairiah L. 2019. Studi etnobotani tanaman pangan suku Jerieng di Kecamatan Simpang teritip, Kabupaten Bangka barat. Ekotonia. 4(1): 12-17. [CITES] Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora.2023. Appendices I, II, and III [Internet]. [diunduh 2023 Jan 15]. Tersedia pada: http://www.cites.org. Derisa. 2012. Pengaruh garam terhadap hasil pencelupan bahan sutera dengan Suku Dayak Bukit Desa Haratai 1 Loksado. Bioscientiae. 4(2): 71-78. Dharmono.2007. Kajian etnobotani tumbuhan Jalukap (Centella asiatica L.) di Suku Dayak Bukit Desa Haratai 1 Loksado.Bioscientiae.4(2):71-78. Efendi M, Hapitasari IG, Rustandi, Supriyatna A. 2016. Inventarisasi tumbuhan penghasil warna di Kebun Raya Cibodas. J. Bumi Lestar. 16(2): 50-58. Febriana ID. 2016. Ekstraksi zat warna alami dari kayu mahoni (Swietenia mahagoni) dan kayu nangka (Artocarpus heterophyllus) menggunakan metode ultrasound assisted extraction (UAE) dan air ultrasound assisted reflux extraction (AURE) [tesis]. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November. 28 Handayani NT. 2016. Kain jumputan karya H. Udin Abdillah di Palembang [skripsi]. Surakarta: Institut Seni Indonesia. Handoyo J. 2008. Batik dan Jumputan.Yogyakarta(ID): PT. Macanan Jaya Cemerlang. Hidayat S, Hikmat A, Zuhud EAM. 2010. Kajian etnobotani masyarakat kampung adat Dukuh Kabupaten Garut, Jawa Barat. Media Konservasi. 15(3): 139-151. [IUCN] International Union for Conservation of Nature and Natural Resources. 2023. The IUCN Red List of Threatened Species Version 2022. 3[Internet]. [diunduh 2023]. Tersedia pada www.iucnredlist.org. Kartikawati SM. 2004. Pemanfaatan sumberdaya tumbuhan oleh masyarakat Dayak Meratus di kawasan hutan pegunungan Meratus, Kabupaten Hulu sungai tengah [tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. [KLHK] Kementerian Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2018. Peraturan Menteri LHK Nomor 106 tahun 2018 tentang Perubahan Kedua Atas Permen LHK Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. Jakarta: KLHK. Kumalasari V. 2016. Potensi daun ketapang, daun mahoni dan bunga kecombrang sebagai alternatif pewarnaan kain batik yang ramah lingkungan. Jukung. 2(1): 62-70. Lemmans RHMJ, Soetjipto NW. 1992. Plant Resources of South-East Asia No 3 Dye and Tanin Producing Plants. Bogor: Porcea foundation. Lemmens H, Wulijarni N, Soetjipto. 1999. Tumbuhan Penghasil Pewarna dan Tanin. Jakarta: Balai Pustaka Jakarta. Lestari KWF. 2002. Promosi Dagang, Industri, dan Investasi Melalui Workshop Pewarnaan Batik Kria Tekstil (Tekstil Kerajinan Tenun) dengan Zat Warna Alam. Yogyakarta: Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia. Muhardi. 2004. Kontribusi pendidikan dalam meningkatkan kualitas Bangsa Indonesia. Mimbar. 20(4): 478-492. Mulis D. 2005. Perubahan sifat fisika dan kimia kain sutera akibat pewarna alami kulit akar pohon mengkudu (Morinda citrifolia) [skripsi]. Depok: Universitas Indonesia. Muslich M, Hadjib N, Damayanti R, Dewi LM, Pari G, Suprapti S, Sulastiningsih IM, Abdurachman, Basri E, Wardani M, Malik J, Nuroniah HS, Darmawan UW, Trisatya DR, Pari R. 2022. Atlas Kayu Indonesia. Bogor: IPB Press. Neneng H. 2011. Potensi tumbuhan berguna di Cagar Alam Yanlappa, Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. 29 Noviantina E, Linda R, Wardoyo ERP. 2018. Studi etnobotani tumbuhan kosmetik alami masyarakat Suku Dayak Kanayatn Desa Sebatih Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak. Jurnal Protobiont. 7(1): 61-68. Paryanto P. 2015. Zat warna dari getah tangkai daun pisang (Musa Ssp.). Ekuilibium. 14(2): 39–43. [PEMDES] Pemerintah Desa Troso. 2021. Profil Desa Data Pokok Desa Semester II. Jepara: Pemerintah Desa Troso. Pransiska HR. 2011. Studi pemanfaatan gambir (Uncaria gambir Roxb) dalam proses pewarnaan kain mori [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Pujilestari T. 2015. Review sumber dan pemanfaatan zat warna alam untuk keperluan industri. DKB. 32(2): 93–106. Rachmawati IN. 2007. Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif: wawancara. JKI. 11(1): 35-40. Rahayu SU, Dewi S. 2013. Hubungan antara perubahan komposisi penduduk dan pembangunan daerah di Provinsi Bali. Jejak. 6(2): 103-213. Santoso A, Abdurachman. 2016. Karakteristik ekstrsk kulit mahoni sebagai bahan perekat kayu. JPHH. 34(4): 269-284. Sari RP. 2015. Laporan akhir pengaruh jumlah air dan uji stabilitas terhadap karakteristik zat warna daun jati (Tectona grandis) sebagai pewarna alami tekstil. Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya. Seran W, Hana YW. 2018. Identifikasi jenis tanaman pewarna tenun ikat di Desa Kaliuda Kecamatan Pahunga Lodu Kabupaten Sumba Timur. Agrikan. 11(2): 1-8. Siva R. 2007. Status of natural dyes and dye-yielding plants in India. Current Sci. 92(27): 916-924. Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Surati. 2016. Kajian etnobotani pewarna alami pada batik tulis lasem di Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Sutara PK. 2009. Jenis tumbuhan sebagai pewarna alam pada beberapa perusahaan tenun di Gianyar. J. Bumi Lestari. 9(2): 217-223. Thoyibi DR, Duniaji AS, Suter IK. 2019. Uji sifat sensoris dan aktivitas antioksidan kolang-kaling dengan penambahan ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan l.) sebagai pewarna alami. J. Ilmu Teknol. Pangan. 8(4): 368-377. 30 Wardhani DS. 2017. Kajian etnobotani pewarna alami pada tenun lurik di Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Widianti E. 2010. Analisis usaha kerupuk pathilo skala rumah tangga di Kabupaten Wonogiri [skripsi]. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Widoretno DR, Kunhermanti D, Mahfud M, Qadariyah L. 2016. Ekstraksi kayu nangka (Artocarpus heterophyllus lam) dengan pelarut etano; sebagai pewarna tekstil menggunakan metode microwave-assited extraction. J. Teknik ITS. 5(2): 237-241. Winandi R, Netti T, M Amzul R. 2015. Sistem pemasaran kedelai di Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur. Di dalam: Waluyati LR, Agus DN, Widhi NP, Zayafika M, Nafi’ NS, Sri ND, Anindyaningrum ZP, Triandy M, editor. Agribisnis Kedelai: Antara Swasembada dan Kesejahteraan Petani; 2015 Mei 7; Yogyakarta, Indonesia. Yogyakarta (ID): Magister Manajemen AgribisnisFakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. hlm 227-234. Wulandari A. 2011. Batik Nusantara. Yogyakarta: Andi. Zahra A. 2015. Etnobotani pewarna alami pada batik di Surakarta dan Yogyakarta [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Zenebe G, Zerihun M, Solomon Z. 2012. An ethnobotanical study of medicinal plants in Asgede Tsimbila District, Northwestern Tigray, Northern Ethiopia. Ethnobotany Res. Appl. 10: 305-320. Zuhud EA, Hikmat A. 2009. Hutan tropika Indonesia sebagai gudang obat bahan alam bagi kesehatan mandiri bangsa. Di dalam: Tinambunan D, Wibowo A, editor. Bunga Rampai Biofarmaka Kehutanan Indonesia dari Tumbuhan Hutan untuk Keunggulan Bangsa dan Negara. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman. hlm 17-28.
Abstract: Kain Jumputan Palembang berawal pada masa kerajaan Sriwijaya dan merupakan salah satu jenis kain yang digunakan sebagai bahan pakaian. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi karakteristik pengrajin kain Jumputan, mengidentifikasi tumbuhan yang digunakan sebagai pewarna alami pada kain jumputan, serta mengidentifikasi cara memperoleh bahan baku pewarna alami dan cara pengolahannya. Metode penelitian ini menggunakan teknik snowball sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengrajin kain jumputan baik laki-laki maupun perempuan dalam usia produktif relatif sama banyaknya. Tingkat pendidikan pengrajin kain jumputan didominasi oleh lulusan SMA dan sumber pengetahuan dalam proses pembuatan kain jumputan Palembang yang menggunakan tumbuhan pewarna alami diperoleh dari tempat kerja dan secara turun-temurun. Pengrajin kain jumputan Palembang selain menggunakan pewarna alami juga menggunakan pewarna sintetis. Terdapat 11 spesies tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai pewarna alami yang diperoleh dengan cara membeli dan memungut di lingkungan sekitar. Bagian tumbuhan berupa daun, kulit buah, kulit batang dan batang adalah yang banyak digunakan sebagai pewarna alami karena mudah diperoleh dan menghasilkan warna yang menarik dan spesifik.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/133322
Appears in Collections:UT - Conservation of Forest and Ecotourism

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
Full teks.pdf
  Restricted Access
Fulltext1.21 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.