Optimalisasi Pengelolaan Penggunaan Lahan untuk Hasil Air Berkelanjutan di DAS Cisadane Regional Bogor

Abstract

Sebagian besar DAS Cisadane terletak di wilayah Bogor sehingga perubahan tutupan/penggunaan lahan yang terjadi di wilayah ini akan berdampak pada kondisi hidrologi DAS Cisadane secara keseluruhan. Gangguan hidrologi di DAS Cisadane diantaranya dapat diamati melalui peningkatan peristiwa banjir dari tahun 2017 – 2020. Untuk mengatasi hal tersebut maka langkah awal yang perlu dilakukan adalah mengetahui pengaruh perubahan tutupan/penggunaan lahan terhadap karakteristik hidrologi DAS Cisadane di wilayah Bogor. Simulasi model spasial dengan penerapan model hidrologi Soil and Water Assessment Tools (SWAT) dapat digunakan untuk menganalisis kondisi tersebut. Kajian ini ditujukan untuk analisa dampak perubahan penggunaan lahan terhadap karakteristik hidrologi pada tahun 2014, 2017, 2020, dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), serta kinerja metode Konservasi Tanah dan Air (KTA) dalam rangka mengoptimalkan penggunaan lahan. Kajian optimalisasi penggunaan lahan dilakukan dengan menggunakan 4 (empat) skenario yaitu 1) Skenario A berdasarkan tutupan/penggunaan lahan tahun 2020, 2) Skenario B berdasarkan alokasi ruang RTRW Regional Bogor, 3) Skenario C berdasarkan kombinasi tutupan/penggunaan lahan tahun 2020 dan metode KTA, dan 4) Skenario D berdasarkan alokasi ruang RTRW dan metode KTA. Hasil analisis menunjukan Koefisien Regim Aliran (KRA) dari tahun 2014 – 2020 memiliki nilai dibawah 20 dan masuk dalam kategori Sangat Rendah sehingga dapat diartikan pola aliran cenderung stabil dikarenakan fluktuasi debit maksimal dan debit minimal rendah. Koefisien Aliran Tahunan (KAT) dari tahun 2014 – 2020 konsisten berada diatas nilai 0,5 dan masuk dalam kategori Sangat Tinggi sehingga dapat diartikan terjadi gangguan hidrologi yang tinggi pada DAS Cisadane Regional Bogor. Nilai KAT pada tahun 2020 sebesar 0.59 sudah melampaui nilai KAT pada tahun 2014 sebesar 0.56 sedangkan curah hujan pada tahun 2020 masih dibawah curah hujan pada tahun 2014. Pada periode tersebut terjadi perubahan tutupan/penggunaan lahan diantaranya yaitu lahan permukiman naik 2.530.35 Ha (29%) dan lahan pertanian lahan kering turun 8.566,11 Ha (-30%). Penerapan Skenario C memberi respon paling baik dengan hasil air terbesar yaitu 2974.7 mm dan memberi nilai KAT dan KRA paling kecil yaitu sebesar 0.53 dan 10.54. Penerapan Skenario D memberi dampak positif karena dapat meningkatkan tebal aliran dasar sebesar 168.56 mm dan menurunkan tebal direct run-off sebesar 160.67 mm dibandingkan hasil yang didapat pada Skenario B. Optimalisasi penggunaan lahan dengan metode KTA pada skenario C dan D terbukti dapat memperbaiki karakteristik hidrologi DAS Cisadane Regional Bogor. Hasil yang didapat pada skenario D dapat menjadi solusi penerapan alokasi ruang RTRW dengan tetap menjaga kondisi hidrologi di DAS Cisadane Regional Bogor.

The majority of the Cisadane Watershed is located in the Bogor region, causing changes in land use that will have an impact on the hydrological condition of the entire Cisadane Watershed. Hydrological disturbances in the Cisadane Watershed can be observed, among others, through an increase in flood events from 2017 to 2020. To address this issue, the initial step that needs to be taken is to understand the influence of land use changes on the hydrological characteristics of the Cisadane Watershed in the Bogor region. Spatial modeling simulation with the implementation of the Soil and Water Assessment Tools (SWAT) hydrological model can be used to analyze these conditions. This study aims to determine the impact of land use changes on hydrological characteristics in 2014, 2017, 2020, and spatial plan (RTRW). Additionally, the study evaluates the effectiveness of Soil and Water Conservation (KTA) methods for optimizing land use. The optimization of land use was explored through 4 (four) scenarios: 1) Scenario A, reflecting the land cover/land use in 2020, 2) Scenario B, aligning with the Bogor Regional RTRW space allocation, 3) Scenario C, combining land cover/land use in 2020 with the KTA method, and 4) Scenario D, incorporating RTRW space allocation and the KTA method. The analysis reveals that the Flow Regime Coefficient/Koefisien Regim Aliran (KRA) from 2014 to 2020 has a value below 20, falling into the Very Low category, indicating that the flow pattern tends to be stable due to low fluctuations in maximum and minimum discharge. The Annual Flow Coefficient/Koefisien Aliran Tahunan (KAT) from 2014 to 2020 consistently remained above 0.5, falling into the Very High category, indicating a high hydrological disturbance in the Cisadane Watershed in the Bogor region. The KAT value in 2020 increased to 0.59 from 0.56 in 2014, despite lower rainfall in 2020. Landuse changes happened during this period, resulting in a 29% increase of 2,530.35 Ha in residential and a 30% decrease of 8,566.11 Ha in agricultural (row crops). Scenario C demonstrated the most favorable result with the largest water yield at 2974.7 mm and registering the lowest KAT and KRA values of 0.53 and 10.54. Meanwhile, Scenario D exhibited a positive effect by increasing base flow thickness by 168.56 mm and decreasing direct runoff by 160.67 mm when compared to the result of Scenario B. Utilizing the KTA method in Scenarios C and D has proven effective in enhancing the hydrological characteristics of the Cisadane watershed in Bogor Region. The results from Scenario D provide a viable approach for implementing the spatial plan (RTRW) while preserving the hydrological conditions in the Cisadane Watershed of the Bogor Region.