Faktor sosial ekonomi dan kebiasaan makan keluarga di desa pantai dan pegunungan (Kasus di empat kecamatan, Kabupaten Cirebon, Propinsi Jawa Barat

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi (besar keluarga, pendidikan formal ibu, pengetahuan gizi dan pendapatan) keluarga di desa pantai dan pegunungan; mengidentifikasi kebiasaan makan keluarga yang meliputi frekuensi makan sehari, kebiasaan sarapan pagi, makan bersama, makan jajanan, bentuk olahan sayur yang disukai, frekuensi konsumsi lauk pauk, prioritas makanan, makanan pantangan/tabu, dan umur pertama pengenalan makanan tambahan pada balita antara desa pantai dan pegunungan; mengetahui perbedaan keadaan sosial ekonomi dan kebiasaan makan keluarga antara desa pantai dan pegunungan; dan mengetahui hubungan besar keluarga, pendidikan formal ibu, pengetahuan gizi dan pendapatan dengan frekuensi konsumsi lauk pauk keluarga. Penelitian dilakukan di 4 (empat) kecamatan yaitu Kecamatan Kapetakan, Cirebon Utara, Cirebon Selatan dan Sedong, Kabupaten Cirebon, Propinsi Jawa Barat. Pengambilan data dilakukan pada bulan Agustus sampai September 1996. Unit analisis dalam penelitian ini adalah keluarga. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner yang meliputi identitas keluarga, pendapatan, pengetahuan gizi dan kebiasaan makan. Data sekunder diperoleh dari pemerintahan setempat berupa keadaan umum daerah penelitian. Untuk mengetahui hubungan antara variabel sosial ekonomi dengan frekuensi konsumsi lauk pauk digunakan uji korelasi dan regresi (Algifari, 1997), sedangkan untuk mengetahui perbedaan antar variabel sosial ekonomi dan frekuensi konsumsi lauk pauk digunakan uji t (Walpole, 1993). Hasil penelitian menunjukkan bahwa besar keluarga di pantai dan pegunungan sebagian besar berada pada jumlah anggota keluarga antara 3-4 orang (36,7% di pantai dan 50,0% di pegunungan). Pendidikan kepala keluarga (KK) dan isteri (ibu) umumnya untuk kedua daerah masih rendah. Sebanyak 56,7% KK di pantai dan 46,7% KK di pegunungan berpendidikan setaraf dengan tingkat SD. Demikian juga dengan ibu, masing-masing sebanyak 60,0% dari keluarga di pantai maupun di pegunungan, berpendidikan SD. Dilihat dari pekerjaan KK, sebanyak 33,3% KK di pegunungan bekerja sebagai petani/buruh, sedangkan di pantai hanya 16,7%. Sementara itu sebanyak 20,0% KK di pantai bekerja sebagai nelayan. Pendapatan keluarga per kapita per bulan yang didekati dari pengeluaran total adalah Rp 51.264,00 di pantai dan Rp 66.034,00 di pegunungan. Pengeluaran keluarga meliputi pengeluaran pangan dan nonpangan. Persentase pengeluaran pangan di pantai sebesar 69,6% dan di pegunungan sebesar 61,6%. Dilihat dari pengetahuan gizi ibu, ternyata sebanyak 46.7% ibu di pantai berada pada kategori rendah, sedangkan di pegunungan berada pada kategori sedang (46.7%). Sebagian besar keluarga di pantai dan pegunungan biasa makan 3 kali sehari. berturut-turut 76,7% dan 93,3%, lebih besar dari keluarga yang makan 2 kali sehari. Ada 96,7% keluarga di pantai dan 100% keluarga di pegunungan menyatakan biasa melakukan sarapan pagi. Kebiasaan makan bersama merupakan kebiasaan yang masih dijumpai di daerah pantai dan pegunungan. Sebanyak 93,3% keluarga di pantai dan 96,7% keluarga di pegunungan biasa melakukan makan bersama. Berkaitan dengan makanan jajanan, sebanyak 96,7% keluarga di pantai dan 93,3% keluarga di pegunungan biasa mengkonsumsi makanan jajanan. Makanan jajanan ini ada yang diperoleh dengan membelinya di warung atau penjaja, dan ada yang membuatnya sendiri. Dilihat dari bentuk olahan sayur yang disukai, ada beberapa bentuk olahan sayur yang biasa dikonsumsi keluarga yaitu ditumis, dimasak dengan santan, disayur bening, diurap, dan dilalap/mentah...