Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/130990
Title: Studi efektifitas penambahan ammonium sulfat terhadap bahan aktif glifosat 16 persen dalam mengendalikan gulma pada pertanaman karet(Hevea brasiliensis Muel.Agr.) belum menghasilkan
Authors: Lontoh, A.Pieter
Susanti, Mira
Issue Date: 1997
Publisher: Bogor Agricultural University (IPB)
Abstract: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perbedaan efektifitas yang ditimbulkan antara glifosat 16 % tanpa dan dengan adanya penambahan ammonium sulfat sebagai aditif dalam mengendalikan gulma pada pertanaman karet belum menghasilkan. Percobaan dilakukan terhadap gulma yang terdapat pada jalur pertanaman karet yang belum menghasilkan. Perlakuan yang diberikan terdiri atas glifosat 16% baik tanpa penambahan ammonium sulfat (glifosat 16 % lama) maupun dengan penambahan ammonium sulfat (glifosat 16 % baru). Tingkat dosis yang dipakai untuk masing-masing jenis glifosat tersebut adalah 3.0, 4.5, 6.0, 7.5 dan 9.0 l/ha. Sebagai pembanding, digunakan glifosat 36 % tanpa penambahan ammonium sulfat (glifosat 36% lama) dosis 3.0 l/ha, pengendalian manual dan kontrol untuk petak yang gulmanya dibiarkan tumbuh tanpa diberikan pengendalian. Rancangan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak dengan faktor tunggal yang terdiri dari tiga belas perlakuan dimana masing-masing perlakuan diulang sebanyak empat kali. Glifosat diaplikasikan pada limapuluh dua buah petak yang masing-masing berukuran 26 m x 2.4 m. Dilakukan analisis vegetasi baik sebelum maupun sesudah aplikasi guna mengetahui komposisi gulma dan mengevaluasi hasil pengendalian gulma. Peubah yang diamati dalam mengevaluasi hasil pengendalian gulma adalah persentase penutupan gulma total, bobot kering gulma dan keracunan pada tanaman pokok.` Hasil analisis vegetasi menunjukkan bahwa lima gulma dominan yang terdapat di petakan terdiri atas Outochloa nodosa, Mikania micrantha, Ischaemum timorense, Axonopus compressus dan Borreria alata, sedangkan sisanya termasuk dalam kategori gulma lain. Perubahan posisi gulma dominan terjadi setelah pengendalian dimana urutan pertama ditempati O. nodosa yang kemudian diikuti secara berturut- turut oleh spesies B. alata, I. timorense, M. micrantha dan A. compressus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan efektifitas antara glifosat 16% baik tanpa maupun dengan penambahan ammonium sulfat dalam mengendalikan gulma pada pertanaman karet yang belum menghasilkan. Perbedaan efektifitas terlatak pada penggunaan dosis optimum glifosat 16 % baru yang lebih rendah dibanding glifosat 16% lama untuk mendapatkan hasil pengendalian yang relatif sama. Penggunaan glifosat 16 % baru dapat menekan pemakaian glifosat 16% lama sebesar 1.5 l/ha karena dosis optimum berdasarkan pada persentase penutupan dan bobot kering gulma total untuk glifosat 16 % lama dan baru masing-masing adalah 4.5 dan 3.0 V/ha. Reduksi penggunaan glifosat 16 % lama dapat lebih jelas dilihat pada kebutuhan dosis optimum untuk masing-masing gulma dominan. Kebutuhan dosis optimum glifosat 16% lama untuk mengendalikan spesies O. nodosa, M. micrantha, I. timorense, A. compressus dan B. alata masing-masing adalah 4.5, 7.5, 4.5, 3.0 dan 9.0 V/ha, sedangkan untuk glifosat 16 % baru yaitu 3.0, 4.5, 3.0, 3.0 dan 3.0 V/ha. Apabila dosis optimum glifosat 16 % lama dan baru masing-masing dibandingkan baik dengan glifosat 36% lama dosis 3.0 Vha maupun pengendalian manual, maka glifosat 16% baru dapat memberikan hasil yang lebih baik. Perlakuan berbagai tingkat dosis glifosat 16 % baik lama, baru maupun glifosat 36% lama dosis 3.0 l/ha tidak mengakibatkan timbulnya gejala keracunan pada tanaman pokok.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/130990
Appears in Collections:UT - Agronomy and Horticulture

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
A97msu2.pdf
  Restricted Access
Fulltext2.27 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.