Pengaruh Lembaga Keuangan Terhadap Pertumbuhan Industri Mikro dan Kecil Agribisnis di Indonesia

Abstract

Industri mikro dan kecil (IMK) agribisnis dengan peran yang signifikan bagi perekonomian dan sosial masyarakat menghadapi berbagai hambatan dalam pertumbuhan usahanya, terutama pada aspek permodalan. Dalam hal ini, lembaga keuangan bank dan nonbank menjadi alternatif sumber permodalan bagi IMK agribisnis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh lembaga keuangan bank dan non bank terhadap pertumbuhan industri mikro dan kecil agribisnis pangan dan nonpangan. Penelitian menggunakan data sekunder yang berasal dari hasil Pendataan Potensi Desa/Kelurahan Indonesia tahun dan 2022 2018 oleh Badan Pusat Statistik berjumlah 82.900 desa pada setiap periodenya. Metode analisis yang digunakan yaitu regresi data panel dengan fixed effect model untuk melihat hubungan kausal antara pertumbuhan IMK agribisnis sebagai variabel dependen dan variabel independen lain yang dipilih. Variabel independen yang digunakan adalah jumlah lembaga keuangan bank, jumlah koperasi simpan pinjam (kospin), keberadaan pegadaian, keberadaan baitul maal wa tamwil, indeks ketenagalistrikan, indeks prasarana dan distribusi, dan indeks telekomunikasi dan informasi. Hasil penelitian menunjukan empat variabel yang memengaruhi secara positif signifikan terhadap pertumbuhan jumlah IMK agribisnis yaitu, kospin, indeks ketenagalistrikan, indeks prasarana dan distribusi, serta indeks telekomunikasi dan informasi. Disagregasi berdasarkan kelompok pangan dan nonpangan dan wilayah (Jawa dan Luar Jawa) dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih komprehensif. Disagregasi berdasarkan kelompok pangan dan nonpangan menunjukan bahwa pertumbuhan IMK agribisnis pada kedua kelompok tersebut dipengaruhi secara positif signifikan oleh kospin, indeks ketenagalistrikan, serta indeks telekomunikasi dan informasi. Perbedaan hasil ditemukan pada variabel indeks prasarana dan distribusi yang hanya berpengaruh positif signifikan pada IMK agribisnis nonpangan. Disagregasi berdasarkan wilayah (Jawa dan luar Jawa) menunjukan pertumbuhan IMK agribisnis pada kedua wilayah tersebut dipengaruhi secara positif signifikan oleh kospin, indeks ketenagalistrikan, serta indeks telekomunikasi dan informasi. Perbedaan hasil terdapat pada indeks prasarana dan distribusi yang berpengaruh negatif pada IMK agribisnis di Jawa namun berpengaruh positif pada IMK agribisnis di luar Jawa. Hasil analisis menghasilkan beberapa implikasi kebijakan dalam upaya peningkatan jumlah IMK agribisnis yaitu, linkage program dengan skema bank umum memberikan kredit/pinjaman kepada usaha melalui kospin dalam bentuk KUR. Implikasi kebijakan lainnya adalah pemerataan pembangunan infrastruktur pada seluruh wilayah Indonesia, orientasi kebijakan pada usaha lokal, dan pengoptimalan pemanfaatan teknologi dalam menjalankan usaha sehingga pertumbuhan IMK agribisnis dapat terjadi.

Micro and small industries (MSI) agribusiness with a significant role in the economy and social society face various obstacles in their business growth, especially in the capital aspect. In this case, bank and non-bank financial institutions are alternative sources of capital for agribusiness MSIs. This research aims to analyze the influence of bank and non-bank financial institutions on the growth of micro and small food and non-food agribusiness industries. The research uses secondary data derived from the Indonesian Village/Subdistrict Potential Data Collection results for 2022-2018 by the Central Statistics Agency, totaling 82,900 villages in each period. The analytical method used is panel data regression with fixed effect model to see the causal relationship between the growth of IMK Agribusiness as the dependent variable and other selected independent variables.The independent variables used are the number of bank financial institutions, the number of savings and loan cooperatives (kospin), the existence of pawn shops, the existence of baitul maal wa tamwil, the electricity index, the infrastructure and distribution index, and the telecommunications and information index. The research results show four variables that significantly positively influence the growth of the number of Agribusiness MSIs namely, kospin, electricity index, infrastructure and distribution index, and telecommunications and information index. Disaggregation based on group (food and non-food) and region (Java and outside Java) was conducted to obtain more comprehensive results. Disaggregation by group (food and non-food) shows that growth of Agribusiness MSIs in these two group are significantly positively influenced by kospin, electricity index, and telecommunications and information index. Differences in results were found in the infrastructure and distribution index variables, which only significantly positively affected non-food Agribusiness MSIs. Disaggregation by region (Java and Outside Java) shows that growth of Agribusiness MSIs in these two regions are significantly positively influenced by kospin, electricity index, and telecommunications and information index. The difference in results is in the infrastructure and distribution index which has a negative effect on agribusiness IMK in Java but has a positive effect on Agribusiness MSIs outside Java. The analysis results produce several policy implications to increase the number of Agribusiness MSIs, namely, a linkage program with a commercial bank scheme providing credit/loans to businesses through kospin in the form of KUR. Other policy implications are equal distribution of infrastructure development throughout Indonesia, policy orientation towards local businesses, and optimizing the use of technology in running businesses so that Agribusiness MSIs growth can occur.