Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/130726
Title: Pemanfaatan serat garut sebagai bahan baku pembuatan pulp
Authors: Bantacut, Tajuddin
Siagian, Rena M
Brahmana, Ricky Aswandi
Issue Date: 2001
Publisher: IPB (Bogor Agricultural University)
Abstract: Tanaman garut di Indonesia belum diusahakan dengan skala besar sebagaimana tanaman palawija lainnya. Tanaman ini baru diusahakan secara sederhana sebagai tanaman tumpang sari bersama-sama dengan tanaman utama. Bagian tanaman garut yang dimanfaatkan sebagai pati adalah umbinya. Pati garut dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan, industri obat, bahan kosmetik dan pengganti tepung terigu. Limbah yang dihasilkan pada proses pengolahan umbi garut menjadi pati cukup besar karena komposisi pati dalam umbi garut hanya sebesar 21,7 persen. Limbah tersebut belum dimanfaatkan secara optimal dan memungkinkan untuk dijadikan pulp karena masih mengandung serait. Pemanfaatan serat garut sebagai bahan baku pembuatan pulp diharapkan dapat menghemat pemakaian kayu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk karakterisasi pulp dengan bahan baku limbah serat garut. Pada penelitian ini juga dilakukan analisis untuk mengetahui seberapa besar peranan pulp ini terhadap penghematan kayu. Pembuatan pulp pada penelitian ini menggunakan proses semikimia soda panas terbuka dengan dua faktor perlakuan yaitu konsentrasi NaOH dan waktu pemasakan. Konsentrasi NaOH memakai tiga taraf yaitu 4, 8 dan 12 persen. Waktu pemasakan memakai tiga taraf yaitu 60, 90 dan 120 menit. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan dua kali ulangan. Perolehan pulp yang dinyatakan dalam rendemen berkisar antara 20,16 sampai 40,76 persen. Bilangan kappa yang diperoleh berkisar antara 15,98 sampai 41,75 persen. Hasil analisa sifat fisik yang dihasilkan yaitu indeks sobek berkisar antara 6,14 sampai 9,63 Nm/kg, indeks retak berkisar antara 1,96 sampai 3,80 Nm/kg, indeks tarik berkisar antara 30,98 sampai 43,08 Nm/g, ketahanan lipat berkisar antara 50,64 sampai 327,82 kali dan derajat putih berkisar antara 36,61 sampai 51,86 °GE. Kondisi perlakuan yang paling optimum dari nilai rendemen diperoleh melalui kombinasi perlakuan konsentrasi NaOH empat persen dan waktu pemasakan satu jam. Kondisi optimum untuk bilangan kappa diperoleh melalui kombinasi perlakuan konsentrasi NaOH 12 persen dan waktu pemasakan dua jam. Kondisi optimum untuk indeks sobek diperoleh melalui kombinasi perlakuan konsentrasi NaOH empat persen dan waktu pemasakan satu jam. Kondisi optimum untuk derajat putih diperoleh melalui kombinasi perlakuan konsentrasi NaOH delapan persen dan waktu pemasakan satu jam. Indeks retak, indeks tarik dan ketahanan lipat tidak ada pengaruh yang nyata dari faktor perlakuan berdasarkan sidik ragam, sehingga kondisi optimum ditetapkan berdasarkan kesederhanaan dan kemudahan perlakuan yaitu kombinasi perlakuan faktor konsentrasi NaOH empat persen dan waktu pemasakan satu jam. Kualitas pulp serat garut berdasarkan uji sifat fisik berada dibawah pulp abaka, tetapi dapat disetarakan dengan pulp jerami, bagas dan Acacia mangium. Derajat putih pulp serat garut cukup tinggi jika dibandingkan dengan pulp belum putih lainnya sehingga biaya pemutihan lebih murah dan mengurangi pencemaran lingkungan. Hasil konversi biomassa menunjukkan bahwa dari pengembangan tanaman garut seluas 10.000 ha dapat menghemat kayu Acacia mangium sebanyak 513.000 batang pohon per tahun atau seluas 310 ha per tahun. Karbon dioksida yang dapat diikat jika kayu tersebut dihemat adalah sebanyak 72.000 ton per tahun.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/130726
Appears in Collections:UT - Agroindustrial Technology

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
F01rab.pdf
  Restricted Access
Fullteks2.82 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.