Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/130676
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorSuryana, Jajang-
dc.contributor.authorWahyuni, Asti Yayuk-
dc.date.accessioned2023-11-06T05:53:50Z-
dc.date.available2023-11-06T05:53:50Z-
dc.date.issued2005-
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/130676-
dc.description.abstractBambu merupakan salah satu alternatif substitusi bagi produk yang berbahan baku kayu, mengingat banyaknya manfaat yang dapat diambil dari bambu. Manfaat tersebut semakin terasa sehubungan dengan kondisi hutan Indonesia yang semakin buruk, sedangkan permintaan akan bahan baku kayu untuk industri pengolahan kayu semakin meningkat sehingga diperlukan suatu upaya untuk mencari alternatif bahan baku pengganti kayu untuk memenuhi permintaan terhadap produk-produk berbahan baku kayu. Pada penelitian ini akan dilakukan pembuatan produk dalam bentuk balok laminasi bambu untuk keperluan struktural. Produk ini diharapkan dapat mensubstitusi kayu untuk keperluan struktural dan dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya hutan. Batang bambu betung yang sudah diawetkan dipotong-potong menjadi ukuran panjang ± 1 m, dengan menyertakan bukunya. Potongan bambu-bambu tersebut kemudian dibelah dengan golok menjadi ukuran bilah dengan lebar Perlakuan pengawetan ± 4 cm dan ketebalan ± 1 cm. Bilah-bilah tersebut dikeringudarakan selama 1-2 minggu. Pengeringan udara ini bertujuan agar keadaan bilah tidak rengas. Bilah- bilah bambu yang masih kasar tersebut dihaluskan dengan golok dan kulit bambu yang masih melekat pada bilah dikupas untuk mempermudah proses penyerutan bilah bambu menjadi bilah-bilah halus yang siap untuk dilaminasi dengan ukuran tebal ±5 mm, lebar 2,5-3 cm . Perekat yang digunakan adalah perekat epoxy dengan berat labur 175 gr/m2 dan PVAC dengan berat labur 200 gr/m2. Untuk penggunaan perekat epoxy, pencampuran antara resin dan hardener dilakukan dengan perbandingan 1:1. Sebelum dilakukan proses pelaburan, dilakukan proses pencampuran perekat dengan bahan pengawet kimia yaitu borax (Na2B4O7. 10 H-O). Bahan pengawet borax yang digunakan sebanyak 10% terhadap berat perelat. Pencampuran langsung bahan pengawet borax hanya dilakukan pada perekat epoxy, sedangkan untuk perekat FVAC tidak dicampur langsung tetapi cara melaburkan perekat terlebih kemudian bahan pengawet borax ditaburkan. Setelah lembaran papan tersebut dilaburi perekat, kemudian direkatkan satu sama lain antara permukaan lembaran papan tersebut dengan arah sejajar serat. Setelah dilakukan perekatan antara permukaan lembaran papan ketebalan yang diinginkan, maka dilakukan pengkleman selama ± 16 jam. sampai Jumlah lembaran papan yang direkatkan disesuaikan sehingga membentuk balok dengan ketebalan 5 cm. Hasil penelitian ini selanjutnya dianalisis menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan ulangan sebanyak 3 (tiga) kali. Untuk menelaah apakah ada perbedaan nilai-nilai MOE dan MOR balok laminasi bambu dengan posisi pengujian vertical dan horizontal, maka digunakan rancangan acak berblok. Apabila perlakuan memberikan pengaruh yang nyata maka dilakukan Uji Lanjut Duncan. Rata-rata kadar air balok laminasi bambu betung yang menggunakan perekat PVAc adalah 26,56 % sedangkan untuk perekat epoxy adalah 27,70 %...dstid
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcBalok laminasiid
dc.subject.ddcBambu betungid
dc.subject.ddcPerlakuan pengawetanid
dc.titleSifat Balok Laminasi Bambu Betung (dendrocalamus asper (Schult.F) Backer ex. Heyne) yang Diberi Beberapa Jenis Perlakuan Pengawetanid
dc.typeUndergraduate Thesisid
Appears in Collections:UT - Forestry Products

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
E05awa.pdf
  Restricted Access
Fulltext2.67 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.