Analisis Finansial Pembentukan Usaha Kecil Penebangan : Studi Kasus di HPH PT. SUMPOL TIMBER, Kalimantan Selatan

Abstract

Untuk menghemat biaya produksi dan meningkatkan produktivitas pekerjaan, khususnya yang berkaitan dengan kegiatan produksi, perusahaan HPH mempekerjakan tenaga kerja borongan. Tenaga kerja borongan penebangan khususnya penebang (chainsawman) memiliki sendiri gergaji mesin (chainsaw) yang digunakan dalam penebangan dan mengorbankan sebagian uangnya untuk membiayai kegiatan tersebut. Penebang tersebut beserta sumberdaya yang dimilikinya dapat dipandang sebagai embrio dari pembentukan usaha kecil penebangan. Untuk melihat bagaimana prospek dari pembentukan usaha tersebut khususnya dalam aspek finansialnya dilakukanlah penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan tahapan/unsur dari kegiatan penebangan yang dilakukan oleh tenaga kerja borongan di lokasi penelitian, menghitung biaya penebangan dan penghasilan tenaga kerja borongan, khususnya yang tergabung dalam regu tebang yang ada di lokasi penelitian, dan mengetahui kelayakan finansial dari pembentukan usaha kecil penebangan oleh tenaga kerja borongan penebangan di lokasi penelitian.. Data yang dikumpulkan dari penelitian ini, antara lain unsur/tahapan kegiatan penebangan yang dilakukan oleh pekerja borongan penebangan (regu tebang) di lokasi penelitian yang diperoleh melalui pengamatan; waktu kerja penebangan dari empat regu tebang yang diamati; komponen biaya operasional penebangan yang dikeluarkan oleh penebang; data sekunder yang mendukung penelitian ini. Data yang telah diperoleh digunakan untuk menghitung waktu kerja rata-rata penebangan, produksi penebangan rata-rata per bulan per regu tebang, biaya penebangan, dan penghasilan pekerja. Hasil dari perhitungan tersebut digunakan sebagai komponen dalam perhitungan manfaat finansial dari pembentukan usaha kecil penebangan. Layak tidaknya usaha dapat dilihat dari hasil perhitungan nilai kini dari manfaat bersih (Net Present Value NPV), rasio manfaat terhadap biaya (Benefit Cost Ratio - BCR), tingkat pengembalian (Internal Rate of Return IRR) dan periode - pengembalian (Payback Period PP). Usaha dikatakan layak apabila nilai NPV > 0, BCR 21. IRR 2 tingkat pengembalian minimum atraktif (Minimum yang Attractive Rate of Return MARR) dan PP < umur ekonomis. Perhitungan titik impas (Break Even Point - BEP) dilakukan untuk mengetahui produksi minimum harus dipenuhi agar usaha mencapai titik impas antara biaya yang dikeluarkan dan pendapatan yang diperoleh. Untuk mengetahui tingkat kepekaan usaha terhadap perubahan biaya dan pendapatan, dilakukan pula analisis kepekaan. PT. SUMPOL TIMBER mempekerjakan 45 pekerja borongan. Perusahaan ini memiliki tujuh regu tebang. Produksi rata-rata per bulan per regu tebang adalah sebesar 1.015 m³ atau 157 pohon. Penebangan dilakukan dalam tujuh unsur/tahapan kerja, yaitu: (1) pemeriksaan pohon dan penentuan arah rebah, (2) pembersihan pohon dan sekitarnya, (3) pembuatan takik dan perebahan pohon, (4) perataan pangkal batang, (5) berjalan menuju ujung batang…dst