Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/130578Full metadata record
| DC Field | Value | Language |
|---|---|---|
| dc.contributor.advisor | Sadiyo, Sucahyo | - |
| dc.contributor.author | Daniyati, Erlina | - |
| dc.date.accessioned | 2023-11-06T03:19:54Z | - |
| dc.date.available | 2023-11-06T03:19:54Z | - |
| dc.date.issued | 2005 | - |
| dc.identifier.uri | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/130578 | - |
| dc.description.abstract | Kembang susut kayu menyebabkan penurunan stabilitas dimensi elemen penyusun non struktural maupun struktural serta mengurangi nilai keindahan akibat adanya cacat. Salah satu cara untuk mengatasi kembang susut kayu dengan mudah dan sederhana adalah melalui pendugaan penyusutan kayu. Parameter yang diharapkan dapat menduga besarnya penyusutan kayu adalah berat kayu. Melalui penelitian ini diharapkan torbentuk model matematika yang menunjukkan hubungan antara berat dan penyusutan kayu. Contoh uji berasal dari 10 jenis kayu yang dibuat menjadi 4 bentuk contoh uji. Pengukuran kadar air, berat dan penyusutan dilakukan dari kondisi basah sampai kering tanur. Selanjutnya dilakukan analisis data menggunakan regresi linear sederhana untuk mendapatkan bentuk atau persamaan matematikanya. Kandungan air dalam kayu menurun dari kondisi segar ke kondisi kering udara yang terlihat dari penurunan nilai rata-rata KA dari kondisi segar sampai kering udara. Pada awalnya sepuluh jenis kayu yang diteliti mempunyai rata-rata umum kadar air segar sebesar 58,67% kemudian menurun menjadi 25,72% pada kondisi titk jenuh serat dan menurun lagi hingga mencapai 18,35% pada kondisi kering udara. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa kayu berkerapatan rendah lebih mudah menyerap air karena rongga selnya lebar. Kayu Afrika yang kayu. Nilai penurunan berat rata-rata tertinggi pada kadar air basah sampai berkerapatan rendah mempunyai nilai kadar air basah tertinggi sedangkan kayu Kapur yang berkerapatan tinggi mempunyai nilai kadar air basah terendah. Nilai kadar air sepuluh jenis kayu pada kondisi kadar air titik jenuh serat dan kering udara relatif seragam. Penurunan kadar air kayu menyebabkan penurunan berat dan penyusutan kering tanur terjadi pada Jati Plus Perhutani sedangkan penurunan berat terendah dialami oleh Meranti Merah pada kadar air segar dan Sengon pada kadar air titik jenuh serat sampai kering tanur. Berat kayu dipengaruhi oleh kadar air dalam rongga sel sedangkan penyusutan kayu lebih dipengaruhi oleh kadar air pada dinding sel ketika kayu mulai mencapai kadar air titik jenuh sorat. Pinus mempunyai rata-rata penyusutan volume terbesar kecuali pada kadar air kering tanur. Pada kadar air kering tanur rata-rata penyusutan volume terbesar terjadi pada kayu Kapur. Pada umumnya besarnya penyusutan kayu berbanding lurus dengan kerapatan kayu namun beberapa kayu memiliki kecenderungan yang berbeda akibat adanya kandungan ekstraktif pada sel-selnya. Penyusutan kayu dan penurunan berat kayu mempunyai hubungan linear sehingga dapat dinyatakan dengan model matematika. Model matematika untuk kesepuluh jenis kayu yang diteliti berbeda-beda akibat adanya karakteristik pada masing-masing jenis sehingga tidak dapat diperoleh satu model untuk kesepuluh jenis kayu tersebut. Dengan demikian penggunaan model matematika ini hanya berlaku untuk satu jenis kayu dan ukuran contoh uji tertentu. | id |
| dc.language.iso | id | id |
| dc.publisher | Bogor Agricultural University (IPB) | id |
| dc.subject.ddc | Kayu model regresi linear | id |
| dc.title | Model Regresi Linear Sederhana Hubungan Antara Penyusutan dengan Berat Kayu 10 Jenis Kayu Indonesia | id |
| dc.type | Undergraduate Thesis | id |
| Appears in Collections: | UT - Forestry Products | |
Files in This Item:
| File | Description | Size | Format | |
|---|---|---|---|---|
| E05eda.pdf Restricted Access | Fulltext | 2.73 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.