Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/130269
Title: | Analisis pendapatan usahatani dan tataniaga bunga potong anggrek dendrobium: kasus Kelurahan Buaran, Kecamatan Serpong, Kabupaten Tangerang |
Authors: | Winandi, Ratna Windarie, Resnid |
Issue Date: | 2007 |
Publisher: | IPB University |
Abstract: | Indonesia adalah negara agraris yang banyak bergantung dari aktivitas dan hasil pertanian. Berdasarkan bidang usaha, sektor pertanian dibagi atas subsektor tanaman pangan/palawija, hortikultura, perkebunan, peternakan, mixed farming, jasa pertanian, perikanan dan kehutanan. Salah satu komoditas unggulan hortikultura Indonesia adalah tanaman hias. Anggrek merupakan salah satu jenis tanaman hias yang dominan dikembangkan untuk pasar domestik dan ekspor. Volume ekspor anggrek Indonesia berfluktuasi dimana pada tahun 2004 volumenya meningkat 53 persen menjadi sebesar 2,71 juta kg (Ditjen Bina Produksi Hortikultura dan BPS). Pada saat ini anggrek yang dominan disukai masyarakat adalah jenis Dendrobium (34 persen), Oncidium Golden Shower (26 persen), Cattleya (20 persen), Vanda (17 persen) dan anggrek lainnya (3 persen). Kebutuhan akan anggrek menimbulkan permintaan yang telah menggerakkan sentra produksi anggrek di berbagai daerah. Salah satu propinsi yang menjadi sentra produksi anggrek adalah Propinsi Banten dengan luas panen terluas setelah Jawa Timur yaitu 284 ribu m² dan produksi terbanyak setelah Jawa Barat yaitu sebesar 1,53 juta tangkai pada tahun 2005. Sentra pengembangan anggrek di Propinsi Banten adalah Kabupaten Tangerang dengan luas panen 230 ribu m² dan jumlah produksi sebesar 1,02 juta tangkai (Ditjen Hortikultura, 2005). Petani anggrek di Kabupaten Tangerang terpusat di Kecamatan Serpong khususnya di Kelurahan Buaran. Selisih antara harga jual yang diterima petani anggrek di Kelurahan Buaran dengan harga yang diberlakukan pedagang (marjin tataniaga) cukup besar, dimana posisi petani diantara pelaku ekonomi adalah sebagai penerima harga (price taker). Marjin tataniaga yang semakin besar pada umumnya akan menyebabkan persentase bagian harga yang diterima oleh petani (farmer's share) akan semakin kecil. Penyebaran marjin yang tidak merata dan harga yang rendah di tingkat petani tersebut dapat mempengaruhi pendapatan petani. |
URI: | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/130269 |
Appears in Collections: | UT - Agribusiness |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
A07rwi1.pdf Restricted Access | Fultext | 4.54 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.