Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/129426
Title: Hubungan parameter oseanografi dari citra satelit dengan daerah penangkapan ikan tuna mata besar (Thunnus obesus) di samudera hindia
Authors: Gaol, Jonson Lumban
Natih, Nyoman M.N.
Endiarso, Aditya Noor
Issue Date: 2010
Publisher: Bogor Agricultural University (IPB)
Abstract: Tuna mata besar termasuk dalam komoditi dengan nilai ekonomis yang tinggi. Namun sejak terjadi kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM), biaya penangkapan menjadi sangat tinggi karena sebagian besar biaya dihabiskan untuk bahan bakar. Oleh karena itu diperlukan penyiasatan guna menekan biaya penangkapan tuna dengan cara mengoptimalkan kegiatan penangkapan melalui penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Aplikasi teknologi inderaja merupakan salah satu teknologi untuk menentukan lokasi penangkapan tuna mata besar. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari hubungan antara parameter oseanografi dengan hasil tangkapan tuna mata besar yang dapat digunakan untuk memprediksi daerah penangkapan ikan tuna mata besar. Lokasi penelitian adalah daerah tangkapan nelayan tuna mata besar dengan kapal MV. Dae Chang 101 di wilayah perairan Samudera Hindia dengan letak geografis antara 11°LU - 6°LS dan 78°BT - 63°BT. Data yang digunakan adalah hasil tangkapan tuna mata besar kapal MV. Dae Chang 101 dari bulan Desember 2007 – Agustus 2008, suhu permukaan laut in situ, citra satelit level 3 bulanan dari Aqua-MODIS periode Desember 2007 – Agustus 2008, dan citra satelit TOPEX/POSEIDON periode Desember 2007 – Agustus 2008. Sebagai data penunjang digunakan data suhu permukaan laut (SPL) 5 tahunan yang diperoleh dari situs http://poet.jpl.nasa.gov. Data hasil tangkapan tuna dan data satelit maupun data SPL in situ dianalisis untuk mengetahui hubungan antara parameter oseanografi dengan hasil tangkapan tuna mata besar. Tuna mata besar tertangkap pada kisaran SPL antara 26°C - 30°C. Tangkapan terbanyak terjadi pada kisaran SPL 27°C - 29°C pada musim barat dan timur. Sedangkan untuk klorofil, tuna mata besar tertangkap pada kisaran antara 0,07 – 0,5 mg/m3, sedangkan tangkapan terbanyak terjadi pada kisaran klorofil antara 0,1 – 0,2 mg/m3. Kisaran TPL dalam penangkapan tuna mata besar ialah pada kisaran 0 – 5 cm dan sebagian besar tuna tertangkap pada TPL yang lebih tinggi (positif). Selain itu, juga diperoleh nilai hook rate tuna sebesar 1,48 serta pola pergerakan kapal yang cenderung mengikuti jumlah hasil tangkapan tuna mata besar. Hasil analisis parameter oseanografi (SPL dan klorofil) dengan hasil tangkapan tuna menunjukkan bahwa parameter suhu dan klorofil permukaan tidak secara langsung mempengaruhi kelimpahan ikan tuna mata besar. Hal ini disebabkan oleh habitat tuna mata besar yang berada pada isotherm suhu 10°C – 15°C yang berada pada kedalaman 150 – 600 meter di Samudera Hindia. Selain itu, daya jangkau mata pancing yang tidak dapat menjangkau hingga isotherm terdalam tersebut menyebabkan peluang tertangkapnya tuna mata besar menjadi lebih kecil.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/129426
Appears in Collections:UT - Marine Science And Technology

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
C10ane.pdf
  Restricted Access
Fulltext2.43 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.