Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/128119
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorDinarti, Diny-
dc.contributor.authorTiran, Ray-
dc.date.accessioned2023-10-25T00:48:02Z-
dc.date.available2023-10-25T00:48:02Z-
dc.date.issued2007-
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/128119-
dc.description.abstractPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian 2.4 D erhadap pembentukan kalus embrionik, mempelajari pengaruh jenis sitokinin rhadap perkembangan kalus embrionik menjadi embrio somatik, dan menyeleksi fat toleransi terhadap cekaman Aluminium pada embrio somatik bawang merah yang terbentuk melalui kultur in vitro. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB pada bulan Februari-Oktober 2006. Rancangan lingkungan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Rancangan percobaan yang dipakai adalah. Repeated measurement (Matjik, 2000) untuk pengamatan berulang dan rancangan percobaan faktorial untuk pengamatan yang dilakukan hanya sekali (waktu berkalus). Faktor yang digunakan untuk Percobaan 1 (inisiasi kalus) adalah kultivar bawang merah (Bima Juna, Kuning Tablet, dan Timor), faktor kedua adalah Dosis 2.4 D (0.5 ppm, 1.5 ppm, dan 2.5 ppm). Pada percobaan 2, faktor yang digunakan selain kultivar bawang merah dan dosis 2.4 D juga terdapat faktor jens sitokinin (BAP 10 ppm, Kinetin 1 ppm). Percobaan 3 menggunakan dua faktor yaitu kultivar bawang merah dan kadar aluminium (0 ppm, 500 ppm, 1000 ppm, 1500 ppm, dan 2000 ppm). Kalus dapat terbentuk pada berbagai konsentrasi 2.4 D yang diaplikasikan Perlakuan P 12 (Bima Juna + 1.5 ppm 2.4 D) menunjukkan performa persentase kalus paling baik, dengan persentase di atas 80% mulai dari 1 MSP. Aplikasi awal 2.4 D sebanyak 1.5 ppm menunjukkan kemampuan untuk membentuk embrio tertinggi dengan rata-rata jumlah embrio somatik sebanyak 15.60. Interaksi antara dosis 2.4 D dengan dosia awal 2.4 D sebanyak 1.5 ppm menunjukkan rata-rata pembentukan embrio somatik sekunder paling baik. Lebih lanjut interaksi perlakuan antara kultivar Kuning Tablet dengan dosis awal 2.4 D sebanyak 1.5 ppm dan penggunaan BAP 10 ppm menunjukkan pembentukan jumlah embrio somatik sekunder paling banyak. Pada semua kombinasi antara kultivar dan perlakuan aplikasi awal 2.4 D dan macam sitokinin, semua eksplan dapat menghasilkan embrio. Pada media seleksi tanpa penambahan Al serta dengan penambahan Al 1000 ppm terdapat 2 % eksplan harapan Kultivar Timor yang berakar dari total elsplan bawang merah yang ditanam, sedangkan 1 % dari total eksplan bawang merah yang ditanam yaitu eksplan harapan Kultivar Bima Juna berakar pada konsentrasi Al 500 ppm. Akar mulai muncul pada 2 MSP Eksplan yang berakar berjumlah 3% dari total eksplan embrio somatik yang diseleksi.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcBawang merahid
dc.subject.ddcAlumuniumid
dc.subject.ddcIn vitroid
dc.titleEmbriogenesis dan seleksi in vitro untuk toleransi terhadap cekaman alumunium pada bawang merah, Allium ascalonicum L.id
dc.typeUndergraduate Thesisid
Appears in Collections:UT - Agronomy and Horticulture

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
A07rti.pdf
  Restricted Access
Fulltext18.41 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.