Efek Program Siaran "Bentang Parahyangan" Bandung TV terhadap Khalayaknya (Kasus: RW 04 Kelurahan Cigending, Kecamatan Ujungberung, Kota Bandung dan RW 12 Kelurahan Tamansari, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung)

Abstract

Kebijakan Pemerintah dengan mengeluarkan UU Penyiaran No. 32 Tahun 2002 memberikan warna baru dalam industri pertelevisian terutama bagi televisi lokal. Hal ini dilatarbelakangi oleh program-program yang ditayangkan televisi nasional yang lebih menonjolkan aspek hiburan yang tidak sesuai dengan kondisi dan keragaman budaya daerah dan dapat menimbulkan pengaruh negatif bagi masyarakat yang menonton. Kehadiran televisi lokal di bawah naungan UU Penyiaran tersebut berusaha menghadirkan tayangan-tayangan yang dapat membantu pelestarian budaya lokal. Dewasa ini, stasiun televisi lokal berusaha menarik perhatian khalayaknya dengan berlomba-lomba menyiarkan acara yang menarik dengan menumbuh kembangkan nilai-nilai budaya dan peradaban lokal, banyak memberikan informasi mengenai muatan lokal, serta memiliki kedekatan dengan masyarakat lokal. Bandung TV, melalui program acaranya “Bentang Parahyangan” berusaha menarik khalayak dengan mewadahi pecinta lagu daerah beserta potensi musisi lokal (lirik yang berbahasa Sunda), melestarikan seni dan budaya Sunda, serta memberikan informasi terkini tentang seniman dan budayawan Sunda. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis tingkat keterdedahan khalayak terhadap program siaran “Bentang Parahyangan” di Bandung TV; (2) mengidentifikasi faktor-faktor yang mengarahkan keterdedahan khalayak terhadap program siaran “Bentang Parahyangan” di Bandung TV; (3) menganalisis penilaian khalayak terhadap program siaran “Bentang Parahyangan” sebagai akibat keterdedahan dari program siaran tersebut; (4) mengidentifikasi efek yang muncul di kalangan khalayak Bandung TV sebagai akibat keterdedahan dan penilaiannya terhadap program siaran “Bentang Parahyangan”; (5) menganalisis hubungan antara keterdedahan khalayak pada program siaran “Bentang Parahyangan” dan penilaian khalayak dengan efek yang muncul di kalangan khalayak. Tingkat keterdedahan keseluruhan responden terhadap program siaran “Bentang Parahyangan” tergolong tinggi. Rata-rata responden menonton tiga kali per bulan dengan durasi rata-rata 52 menit. Responden RW 04 Kelurahan Cigending lebih sering dan lebih lama menonton program siaran “Bentang Parahyangan” dibandingkan RW 12 Kelurahan Tamansari. Keterdedahan khalayak tersebut di atas diarahkan oleh faktor: umur, tingkat pendidikan, pemilikan radio, frekuensi membaca surat kabar/majalah dan durasi menonton siaran televisi. Faktor-faktor tersebut terbukti berhubungan nyata (p < 0,1) dengan keterdedahan. Penilaian seluruh responden terhadap program siaran “Bentang Parahyangan” adalah cukup baik untuk format acara, presenter, kualitas tayangan, dan materi siaran. Penilaian responden tentang format acara, presenter, kualitas tayangan, dan materi siaran di RW 04 Kelurahan Cigending lebih baik dibandingkan RW 12 Kelurahan Tamansari. Hal ini terjadi karena responden RW 04 lebih sering dan lebih lama dalam menonton program siaran “Bentang Parahyangan” dibandingkan RW 12 Kelurahan Tamansari. Program siaran “Bentang Parahyangan” menimbulkan efek yang cukup tinggi di kalangan khalayaknya. Efek afektif adalah yang paling tinggi, selanjutnya diikuti efek kognitif pada urutan kedua, dan efek behavioral pada urutan terakhir. Efek tersebut lebih nyata di RW 04 Kelurahan Cigending. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa keterdedahan khalayak berhubungan dengan penilaian dan efek program siaran “Bentang Parahyangan”, serta penilaian khalayak juga berhubungan dengan efek program siaran “Bentang Parahyangan”. Hubungan-hubungan tersebut lebih nyata di RW 04 Kelurahan Cigending.