Analisis elastisitas produksi dan pendapatan usaha ternak kambing perah: studi kasus Peternakan Kambing Perah Prima Fit

Abstract

Susu merupakan kebutuhan bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi. Menurut data dari Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian RI (2009) produksi susu segar pada tahun 2007 adalah 567,683 ton sedangkan tahun 2008 produksi susu segar adalah 646,943 ton. Hal ini menunjukkan terjadinya peningkatan produksi susu segar sebanyak 79,27 ton. Sementara konsumsi susu segar pada tahun 2007 adalah 49.285,73 ton dan tahun 2008 adalah 49.988,00 ton (Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian RI, 2009), sehingga dapat disimpulkan terjadinya peningkatan konsumsi susu segar sekitar 702 ton. Peningkatan populasi penduduk dan pendapatan merupakan faktor yang dapat meningkatkan konsumsi susu masyarakat sehingga menjadi peluang potensi usaha bagi produsen dalam memproduksi susu segar. Salah satu usaha pemenuhan kebutuhan susu segar adalah dengan beternak kambing perah. Salah satu keunggulan susu kambing yaitu dapat mengobati berbagai jenis penyakit antara lain mempercepat penyembuhan TBC, asma, kurang darah, asam urat, diabetes dan masih banyak lagi khasiat kegunaan dari susu kambing. Sayangnya di Indonesia susu kambing belum banyak dimanfaatkan sebagai minuman sumber protein dibandingkan susu sapi karena belum disosialisasikan secara luas pada masyarakat, susu kambing juga memiliki aroma spesifik yang khas sehingga untuk sebagian konsumen kurang disukai karena belum terbiasa, selain itu harganya lebih mahal dan kalah populer dengan susu sapi. Menurut Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2009) di beberapa sentra kecamatan yaitu Cijeruk, Caringin, Ciampea, Pamijahan, dan Cigombong. Total populasi kambing perah pada tahun 2006 mencapai 996 ekor kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2007 menjadi 1496 ekor (lampiran 5). Jika dilihat dari kondisi tersebut terdapat daya tarik peluang usaha ternak kambing perah di Kecamatan Ciampea Bogor. Pemilik Peternakan Perah Prima Fit merupakan seorang yang dapat membaca peluang usaha tersebut. Peternakan kambing perah Prima Fit sudah berjalan cukup baik dan menghasilkan susu kambing yang memiliki nilai jual tinggi di atas pasaran yang berlaku. Harga yang tinggi tersebut dapat disebabkan oleh penggunaan input yang efisien ataupun hasil produk yang kualitasnya baik. Hal tersebut menyebabkan perlu adanya analisis penerimaan, pengeluaran serta pendapatan dari hasil usaha ternak tersebut. Untuk meningkatkan pendapatan dan memaksimalkan profit yang didapatkan oleh usaha ternak tersebut maka dibutuhkannya studi mengenai elastistas produksi untuk melihat daerah produksi usaha tersebut yang didapat dari koefisien model fungsi Cobb Douglas dari 32 ekor kambing. Sebelum menganalisis elastisitas produksi terlebih dulu mencari faktorfaktor yang mempengaruhi produksi usaha ternak kambing perah. Faktor – faktor produksi yang berpengaruh adalah pakan penguat dan pakan hijauan dengan elastisitas masing-masing yaitu sebesar 4,21 dan 1,03. Kedua koefisien tersebut menunjukkan bahwa penggunaan kedua pakan masih berada di daerah irrasional yang merupakan increasing return to scale artinya bahwa proporsi penambahan pakan akan menghasilkan tambahan produksi susu yang lebih besar. Jumlah nilai parameter penjelas adalah 5,23 yang menunjukkan skala usaha ternak kambing perah pada skala kenaikan hasil meningkat (increasing return to scale). Total pendapatan usaha ternak kambing perah Prima Fit per tahun sebesar Rp. 633.315.994,60 maka rata-rata pendapatan per bulan Rp. 52.776.332,88, sedangkan R/C rasio adalah 3,55, nilai tersebut dapat diartikan setiap satu rupiah yang digunakan untuk kegiatan usaha akan memberikan penerimaan sebesar Rp 3,55.