Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/125505
Title: Analisis Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor)
Authors: Novindra, Novindra
Amri, Alfian Nur
Issue Date: 2011
Publisher: IPB (Bogor Agricultural University)
Abstract: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penerapan pedoman usahatani ubi kayu di desa penelitian, menganalisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi serta menganalisis kondisi skala usaha dan pendapatan usahatani ubi kayu di desa penelitian. Kegiatan pengambilan data dilakukan di Desa Pasirlaja pada bulan Februari-Maret 2011. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer (gambaran umum usahatani ubi kayu, penerapan prosedur operasional baku, penggunaan faktor-faktor produksi, biaya usahatani, dan pendapatan usahatani) dan data sekunder (Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Departemen Pertanian, Badan Pusat Statistik Jawa Barat dan lain sebagainya). Analisis kualitatif dalam penelitian ini adalah analisis penerapan pedoman usahatani ubi kayu, dan keadaan umum usahatani ubi kayu. Analisis kuantitatif berupa analisis pendapatan usahatani, analisis R/C rasio, analisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi serta analisis skala usaha. Berdasarkan analisis penerapan pedoman usahatani ubi kayu, budidaya ubi kayu di desa penelitian belum sepenuhnya sesuai dengan pedoman usahatani ubi kayu. Ketidaksesuaian terletak pada struktur dan tekstur tanah, pola penanaman dan pemupukan. Berdasarkan analisis pendapatan dan biaya usahatani, komponen biaya produksi terbesar yang dikeluarkan oleh petani adalah biaya bibit yaitu sebesar Rp 2.636.390 atau 25,08 persen dari biaya total. Biaya penggunaan bibit termasuk ke dalam biaya diperhitungkan karena selama satu musim tanam, petani responden tidak ada yang membeli bibit, melainkan diperoleh dari sisa hasil panen musim tanam sebelumnya. Biaya penggunaan TKLK pria sebesar Rp 1.710.400 atau sebesar 16,23 persen dari biaya total. Penggunaan TKLK wanita menghabiskan biaya sebesar Rp 703.600 atau sebesar 6,70 persen dari biaya total. Penggunaan pupuk urea menghabiskan biaya sebesar Rp 1.446.655 atau sebesar 13,76 persen dari biaya total. Biaya penggunaan pupuk kandang sebesar Rp 2.130.332,40 atau 20,27 persen dari biaya total. Biaya penggunaan TKDK pria dan TKDK wanita masing-masing sebesar Rp 1.103.200 dan Rp 360.400 atau jika dinyatakan dalam persen masing-masing sebesar 10,49 persen dan 3,43 persen dari biaya total. Biaya penyusutan alat termasuk kedalam biaya diperhitungkan. Biaya penyusutan alat tersebut sebesar Rp 137.000 atau 1,30 persen dari biaya total. Komponen biaya yang terakhir adalah biaya pajak lahan yang ditentukan sesuai dengan kualitas dan lokasi lahan. Pada daerah penelitian, pajak lahan termasuk ke dalam biaya diperhitungkan, karena semua petani di daerah penelitian sebenarnya tidak membayar pajak lahan. Tanah yang digunakan oleh petani merupakan tanah pinjaman dari suatu perusahaan perumahan. Biaya rata-rata pajak lahan adalah sebesar Rp 282.424,24 atau sebesar 2,69 persen dari biaya total. Jumlah total biaya tunai adalah sebesar Rp 5.990.987,40 atau 57,00 persen dari biaya total. Biaya diperhitungkan sebesar Rp 4.519.414,24 atau 42,99 persen dari biaya total. Kedua biaya tersebut kemudian dijumlahkan, sehingga didapatkan jumlah biaya total yaitu sebesar Rp 10.510.401,64. Penerimaan yang diperolah adalah sebesar Rp 16.790.000. Penerimaan ini diperoleh dari hasil perkalian antara harga rata-rata ubi kayu per kilogram ditingkat petani yaitu sebesar Rp 1.200 per kilogram dengan rata-rata hasil panen ubi kayu per hektar untuk satu musim tanam di daerah penelitian yaitu sebesar 13.991,67 kg/ha. Pendapatan atas biaya tunai adalah sebesar Rp 10.799.012,60. Angka ini didapatkan dengan mengurangkan penerimaan sebesar Rp 16.790.000 dengan total biaya tunai yaitu sebesar Rp 5.990.987,40. Pendapatan atas biaya total sebesar 6.279.598,36 diperoleh dengan mengurangkan penerimaan sebesar 16.790.000 dengan biaya total sebesar Rp 10.510.401,64. R/C rasio atas biaya tunai adalah sebesar 2,80. Hal ini menunjukan bahwa setiap rupiah biaya tunai yang dikeluarkan untuk usahatani ubi kayu akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 2,80. R/C rasio atas biaya total adalah sebesar 1,59. Hal ini menunjukan bahwa setiap rupiah biaya total yang dikeluarkan untuk usahatani ubi kayu akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,59. Penggunaan faktor-faktor produksi belum efisien secara ekonomi karena rasio antara NPM dan BKM tidak sama dengan satu. Rasio NPM-BKM dari lahan adalah 4,67; bibit sebesar 1,39; pupuk urea sebesar 2,57; pupuk kandang sebesar 2,75; dan tenaga kerja sebesar 0,56. Agar dicapai efisiensi ekonomi maka penggunaan faktor-faktor produksi sebaiknya pada tingkat optimal. Penggunaan faktor produksi pada tingkat optimal adalah apabila bibit ditingkatkan dari 2.498,33 batang menjadi 3.484,04 batang (cateris paribus), atau penggunaan tenaga kerja dikurangi dari 50,64 HKP menjadi 27,71 HKP (cateris paribus). Setelah hasil analisis penggunaan input optimal didapatkan, hasil tersebut kemudian di bagi dengan rata-rata luas lahan di daerah penelitian sebesar 0,24 ha. Konversi ini dilakukan guna memperoleh hasil input optimal per hektar. Setelah dilakukan konversi, ternyata terdapat ketidaksesuaian hasil analisis dengan literatur. Ketidaksesuaian terjadi pada hasil analisis penggunaan pupuk urea dan pupuk kandang optimal per hektar. Menurut literatur pupuk urea ideal per hektar sebesar 200 kg, sedangkan hasil analisis sebesar 1.083 kg/ha. Pupuk kandang ideal per hektar adalah 5.000 kg, sedangkan hasil analisis menyarankan penggunaan pupuk kandang per hektar sebesar 20.025 kg/ha. Ketidaksesuaian hasil ini dikarenakan penggunaan pupuk urea dan pupuk kandang di daerah penelitian sudah melebihi dosis ideal Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah petani ubi kayu Desa Pasirlaja sebaiknya menerapkan pedoman usahatani ubi kayu secara lengkap. Dalam hal penggunaan pupuk, petani seharusnya tidak hanya menggunakan pupuk urea saja, namun dilengkapi dengan pupuk TSP dan KCL. Kemudian petani seharusnya memperhatikan masalah pola penanaman seperti jarak tanam dan waktu tanam yang sesuai dengan prosedur operasional baku usahatani ubi kayu. Dalam rangka meningkatkan pendapatan petani di Desa Pasirlaja, usahatani ubi kayu menjadi komoditas yang dapat terus diusahakan. Perlu adanya dukungan pemerintah daerah Kabupaten Bogor terhadap perkembangan usahatani ubi kayu. Untuk mencapai efisiensi ekonomi usahatani ubi kayu di Desa Pasirlaja, maka penggunaan bibit seharusnya ditambah sebesar 986 batang (cateris paribus), atau penggunaan tenaga kerja dikurangi sebesar 22,93 Hari Kerja Petani (cateris paribus). Petani ubi kayu Desa Pasirlaja seharusnya menggunakan pupuk urea dan pupuk kandang sesuai dosisnya (literatur). Penggunaan pupuk urea seharusnya sebesar 200 kg/ha dan pupuk kandang seharusnya 5.000 kg/ha.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/125505
Appears in Collections:UT - Resources and Environmental Economic

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
H11naa.pdf
  Restricted Access
Fulltext892.51 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.