Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/125255
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorSinaga, Bonar M-
dc.contributor.advisorKuntjoro-
dc.contributor.advisorHartoyo, Sri-
dc.contributor.authorMulyana, Andy-
dc.date.accessioned2023-09-22T00:50:35Z-
dc.date.available2023-09-22T00:50:35Z-
dc.date.issued1998-
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/125255-
dc.description.abstractKeinginan mempertahankan swasembada beras yang dicapai pada tahun 1984 dihadapkan pada situasi ekonomi beras Indonesia yang mengalami siklus surplus dan defisit secara berulang, bahkan impor beras cenderung meningkat. Produksi beras menurun akibat gangguan alam (musim kemarau panjang dan serangan organisme pengganggu tanaman), tingkat produktivitas padi yang telah mengalami levelling-off, dan krisis moneter dan ekonomi sejak tahun 1997 yang mendorong kenaikan harga-harga masukan usahatani padi secara drastis. Faktor lain adalah meningkatnya laju konversi lahan sawah subur di pulau Jawa, liberalisasi perdagangan yang akan membatasi praktek proteksi terhadap pasar beras domestik, dan tidak ditambahnya berbagai investasi bagi infrastruktur dan penelitian di sektor pertanian pangan. Karena konsumsi beras terus meningkat, maka muncul keraguan dapat dipertahankannya swasembada beras pad a masa mendatang. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan meramalkan masa depan swasembada beras, dan mengkaji dampak alternatif kebijakan unilateral, muitiiateral, dan alternatif non kebijakan terhadap penawaran dan permintaan beras, dan kesejahteraan pelaku ekonomi beras domestik. Analisisnya menggunakan model ekonometrika penawaran dan permintaan beras di pasar domestik dan dunia. Poduksi domestik didisagregasi menjadi lima wilayah yaitu Jawa dan Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan sisa wilayah Indonesia, sedangkan permintaannya secara agregat nasional. Hasil pendugaan disimulasi dengan altematif kebijakan dan non kebijakan untuk mengevaluasi dan meramalkan swasembada beras. Hasil pendugaan model menunjukkan bahwa secara regional areal sawah di Jawa dan Bali telah mencapai kondisi closing cultivation frontier, yaitu mencapai batas maksimal lahan subur yang layak untuk areal sawah akibat meningkatnya kompetisi penggunaan lahan. Karena itu respon areal padi terhadap harga gabah di Jawa dan Bali lebih inelastis dibandingkan di wilayah lainnya. Pada masa mendatang pembukaan areal sawah baru di wilayah tersebut akan menggunakan lahan-lahan marjinal dan merambah lahan berlereng di DAS hulu. Faktor lain yang berpengaruh pada areal padi di seluruh wilayah adalah curah hujan, areal irigasi, kinerja penyuluhan dan target program produksi, dan konversi lahan sawah di Jawa dan Bali. Wilayah produksi Sumatera, Sulawesi dan sisa wilayah Indonesia potensial sebagai sumber pertumbuhan produksi padi di luar Jawa dan Bali karena respon produktivitas padinya terhadap harga gabah dan faktor lain lebih tinggi. Penggunaan pupuk pada lahan padi sawah di Jawa, Bali, Sumatera dan Sulawesi sudah cenderung inefisien. ...id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcMarket economicsid
dc.subject.ddcSupplyid
dc.subject.ddcDemandid
dc.titleKeragaan penawaran dan permintaan beras Indonesia dan prospek swasembada menuju era perdagangan bebas: suatu analisis simulasiid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordRice productionid
dc.subject.keywordFree marketid
Appears in Collections:DT - Economic and Management

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
1998amu.pdf
  Restricted Access
Fulltext30.16 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.