Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/125205
Title: Faktor-Faktor yang Memengaruhi Sinkronisasi Siklus Bisnis di Kawasan ASEAN+6.
Authors: Achsani, Noer Azam
Silitonga, Retni Cristina
Issue Date: 2011
Publisher: IPB (Bogor Agricultural University)
Abstract: Pada penelitian ini akan dibahas tingkat sinkronisasi siklus bisnis kawasan ASEAN+6 dan faktor-faktor yang memengaruhi tingkat sinkronisasi siklus bisnis di kawasan ini. Adapun kawasan ASEAN yang diamati dalam penelitian ini hanya meliputi negara Singapura, Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand karena keterbatasan data untuk negara anggota ASEAN lainnya. Sedangkan negara partner yang diamati adalah Cina, Jepang, Korea Selatan, India, Australia dan Selandia Baru. Tingkat sinkronisasi siklus bisnis di kawasan ASEAN+6 diproksi oleh korelasi siklikal dari GDP riil bulanan pada tahun t. Adapun komponen siklikal dari GDP riil diperoleh melalui metode detrending Hodrick Prescot (HP) filter. Adapun determinan yang diduga memengaruhi sinkronisasi siklus bisnis di kawasan ini adalah intensitas perdagangan intra industri, intensitas perdagangan inter industri, kesamaan struktur industri, integrasi keuangan, volatilitas nilai tukar dan kesamaan kebijakan fiskal. Model dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga, dan setiap model akan diestimasi dengan metode panel data dinamis pendekatan GMM (Generalized method of moments). Berdasarkan korelasi output riil yang digunakan, terlihat bahwa siklus bisnis kawasan ASEAN+6 telah mulai tersinkronisasi meskipun dengan derajat yang tidak terlalu tinggi. Hampir seluruh negara di kawasan ini memiliki tingkat korelasi siklus bisnis yang positif dan berjalan searah, terutama negara Filipina, Singapura dan Korea Selatan. Sehingga bisa disimpulkan ketiga negara ini memeliki tingkat sinkronisasi siklus bisnis tertinggi dengan negara ASEAN+6 lainnya dan akhirnya akan memperoleh manfaat terbesar ketika ASEAN+6 currency area. Sedangkan negara Indonesia, Australia dan New Zealand ditemukan siklus bisnisnya tidak tersinkronisasi dengan negara ASEAN+6 lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa ketiga negara tersebut belum cocok untuk bergabung membentuk ASEAN+6 currency area, karena hanya akan merugikan ekonomi negara tersebut. Untuk faktor-faktor yang memengaruhi sinkronisasi siklus bisnis di kawasan ASEAN+6, hasil estimasi dengan pendekatan GMM dalam penelitian ini menunjukkan volatilitas nilai tukar, kesamaan struktur industri, perdagangan intra industri, dan kesamaan kebijakan fiskal merupakan faktor-faktor penting yang memengaruhi sinkronisasi siklus bisnis di kawasan ASEAN+6. Penelitian ini menemukan bukti bahwa siklus bisnis di kawasan ASEAN+6 akan lebih tersinkronisasi jika volatilitas nilai tukar semakin kecil, serta semakin tingginya kesamaan struktur industri dan intensitas perdagangan intra industri. Sedangkan kesamaan kebijakan fiskal ditemukan memberi dampak negatif terhadap sinkronisasi siklus bisnis. Di kawasan ASEAN+6 ditemukan bukti bahwa konvergensi kebijakan fiskal malah mengurangi sinkronisasi siklus bisnis. Hal ini terjadi karena kebijakan fiskal bagi negara-negara kawasan ASEAN+6 digunakan sebagai instrument fleksibel terutama dalam merespon guncangan yang terjadi. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa integrasi keuangan dan perdagangan inter industri tidak berpengaruh signifikan terhadap sinkronisasi siklus bisnis kawasan ASEAN+6. Bahkan memiliki tanda yang berbeda pada setiap model sehingga belum bisa dipastikan bagaimana dampak dari integrasi keuangan dan perdagangan inter industri terhadap sinkronisasis siklus bisnis di kawasan ini.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/125205
Appears in Collections:UT - Resources and Environmental Economic

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
H11rcs.pdf
  Restricted Access
Fulltext1.75 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.