Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/124864
Title: Nilai Ekonomi Total Kawasan Karst (Studi Kasus : Gua Cikenceng, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat).
Authors: Putri, Eka Intan Kumala
Aini, Trifty Qurrota
Issue Date: 2011
Publisher: IPB (Bogor Agricultural University)
Abstract: Salah satu bentang alam yang terdapat di Indonesia adalah kawasan karst yaitu kawasan yang dibentuk oleh proses pelarutan bebatuan yang berbahan induk batu gamping dan dolomit. Jumlah populasi penduduk di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun menyebabkan permintaan akan bahan bangunan khususnya semen semakin meningkat seiring semakin meningkatnya konversi lahan menjadi perumahan. Hal tersebut menyebabkan tingkat eksploitasi karst dengan batu gamping sebagai komponennya semakin meningkat. Batu gamping merupakan bahan baku semen. Peningkatan eksploitasi karst berdampak pada degradasi ekosistem gua. Para stakeholder hanya melihat karst dari sisi tangible (terukur) saja. Padahal di sisi lain karst memiliki suatu ekosistem yang kompleks, yaitu ekosistem gua yang memiliki fungsi ekologi. Fungsi ekologi gua dianggap nihil karena tidak memiliki pasar. Gua Cikenceng yang merupakan gua karst Tajur terancam hilang akibat adanya aktivitas penambangan batu gamping di Citeureup, Kabupaten Bogor. Gua Cikenceng terancam hilang jika aktivitas penambangan terus menerus dilakukan. Penambangan batu gamping yang dilakukan tanpa memperhatikan keberadaan dan kelestarian ekosistem gua sebenarnya terjadi karena kawasan karst Tajur beserta gua-gua yang terdapat disana hanya dinilai dari sisi ekonomi yang bersifat tangible. Indikator pembangunan yang biasanya diukur berdasarkan hal-hal yang bersifat tangible juga menjadi salah satu hal yang menyebabkan pemanfaatan kawasan karst yang tidak berkelanjutan terjadi. Hal-hal yang bersifat intangible (tidak terukur) cenderung dinihilkan. Hilangnya keberadaan gua dianggap bukan suatu ancaman karena potensi-potensi gua yang mayoritas bersifat intangible dianggap tidak memiliki nilai ekonomi. Untuk itu diperlukan adanya jalan keluar untuk mengetahui nilai ekonomi total Gua Cikenceng sebagai representasi dari kerugian yang hilang jika gua tersebut hilang atau rusak. Hasil valuasi ekonomi Gua Cikenceng tersebut selanjutnya juga dapat digunakan sebagai acuan kebijakan pengelolaan kawasan karst di Desa Tajur ke depannya. Eksploitasi karst yang berdampak pada rusak atau hilangnya gua-gua juga disebabkan ketidaktahuan dan ketidakpahaman para stakeholder dan masyarakat betapa sumberdaya yang ada di dalam gua harus dilestarikan mengingat langkanya karakteristik sumberdaya gua yang terbentuk dalam kurun waktu jutaan tahun yang lalu. Para stakeholder dan masyarakat pun tidak mengetahui dan memahami apa saja yang terkandung di dalam gua. Gua yang memiliki panjang horizontal 466,7 meter tersebut merupakan gua horizontal bermulut semi vertikal yang memiliki banyak ornamen gua yang unik seperti stalagtite, stalagmite, column, canopy, bacon, soda strow, flowstone, dan rimstone pool. Fauna gua yang berhasil diidentifikasi spesiesnya adalah Araneae araneae, Diplopoda polydesmidae, Diplopoda cambalopside, Diplura campodeidae, Diptera tipulidae, Isopoda philosciiidae, Schizomida schizomida, dan kelelawar Rhinolophus pusillus. Hilangnya keberadaan gua dianggap bukan suatu ancaman karena manfaat dan jasa lingkungan gua yang mayoritas bersifat intangible tidak memiliki harga pasar dan dianggap tidak memiliki nilai ekonomi. Untuk itu diperlukan adanya jalan keluar berupa nilai ekonomi total Gua Cikenceng sebagai representasi dari nilai yang hilang jika gua tersebut hilang atau rusak. Nilai ekonomi total bukan hanya dinilai berdasarkan keuntungan ekonomi yang dapat dihasilkan, namun nilai tersebut terdiri dari manfaat yang diperoleh oleh masyarakat sekitar secara tidak langsung. Nilai ekonomi total Gua Cikenceng terdiri dari nilai guna langsung, nilai guna tak langsung, nilai guna pilihan, nilai warisan, dan nilai keberadaan. Nilai guna langsung Gua Cikenceng terdiri dari manfaat yang dapat diekstraksi langsung dari Gua Cikenceng yaitu terdiri dari semen, pupuk guano, pupuk dolomit, bahan pemurnian bijih besi, keprus, plaster lime, soda kapur, kapur tohor, bahan penaik derajat keasaman tanah pertanian (singkong), dan caving. Dengan menggunakan Market Prices Approach dan Individual Travel Cost Method, dan harga pasar yang digunakan adalah harga pasar di tingkat produsen diketahui bahwa nilai guna langsung Gua Cikenceng adalah sebesar Rp 185.663.237.900,00. Nilai guna tak langsung Gua Cikenceng mencakup fungsi-fungsi ekologi Gua Cikenceng, yaitu terdiri dari sumberdaya air, fungsi kelelawar sebagai pengendali populasi hama serangga, sebagai penahan sedimen, dan sebagai habitat kelelawar. Dengan metode Market Prices Approach, Prevention Cost Expenditure, Forgone/ Loss of Earnings dan Trended Historical Cost Approach diketahui bahwa nilai guna tak langsung Gua Cikenceng adalah sebesar Rp 444.369.729.300.000,00. Nilai guna pilihan, nilai warisan, dan nilai keberadaan dapat diukur dengan Contingent Valuation Method. Kesediaan masyarakat untuk membayar (Willingness To Pay) terhadap ketiganya merupakan representasi dari nilai ekonominya. Nilai guna pilihan Gua Cikenceng terdiri atas pemanfaatan Gua Cikenceng yang dapat digunakan untuk masa depan, yaitu terdiri atas tempat pelaksanaan kegiatan tradisi troglodit, sebagai cagar alam, dan cagar budaya. Total Willingness To Pay masyarakat Desa Tajur (tempat dimana Gua Cikenceng berada) terhadap tradisi troglodit, sebagai cagar alam, dan cagar budaya adalah sebesar Rp 462.845.846,10. Nilai warisan terdiri dari sesuatu dari Gua Cikenceng yang harus dilestarikan agar generasi mendatang masih dapat menikmatinya. Nilai warisan dari Gua Cikenceng adalah estetika, nilai artistik ornamen gua, dan keindahan. Nilai warisan dari Gua Cikenceng adalah sebesar Rp 457.812.307,70. Nilai Keberadaan Gua Cikenceng merupakan nilai yang diberikan oleh masyarakat lebih karena keberadaannya tanpa mereka harus perlu menggunakannya. Nilai keberadaan Gua Cikenceng terdiri dari nilai keanekaragaman hewan gua, tumbuhan gua, dan mikroklimat gua. Nilai keberadaan Gua Cikenceng adalah sebesar Rp 437.678.153,70. Nilai ekonomi total dari Gua Cikenceng adalah total dari nilai guna langsung, nilai guna tak langsung, nilai guna pilihan, nilai warisan, dan nilai keberadaan yaitu sebesar Rp 444.556.750.900.000,00.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/124864
Appears in Collections:UT - Resources and Environmental Economic

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
H11tqa.pdf
  Restricted Access
Fulltext826.62 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.