Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/124467Full metadata record
| DC Field | Value | Language |
|---|---|---|
| dc.contributor.advisor | Fahmi, Idqan | - |
| dc.contributor.advisor | Suprehatin, Suprehatin | - |
| dc.contributor.author | Riany, Matelda Septia | - |
| dc.date.accessioned | 2023-08-31T05:58:25Z | - |
| dc.date.available | 2023-08-31T05:58:25Z | - |
| dc.date.issued | 2023 | - |
| dc.identifier.uri | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/124467 | - |
| dc.description.abstract | Bisnis hortikultura menjadi semakin menarik dari tahun ke tahun dengan peningkatan permintaan dan produk domestik bruto (PDB) setiap tahunnya. Hortikultura mencakup buah-buahan, sayuran, bunga dan tanaman hias serta pertamanan, pada prakteknya bisnis hortikultura menghadapi tantangan ketersediaan lahan dan teknologi. Konsumen juga memberikan tuntutan yang semakin tinggi pada produk makanan seperti peningkatan kualitas, integritas, keamanan, keragaman dan layanan. Rantai pasok dan traceability adalah solusi untuk produksi hortikultura. Rantai pasok produk pertanian mewakili manajemen keseluruhan proses produksi dari kegiatan pengolahan, distribusi, pemasaran, hingga produk yang diinginkan sampai ke tangan konsumen yang bertujuan untuk meningkatkan nilai pada produk, membuat seluruh sistem menjadi efisien dan efektif, minimalisasi biaya dari transportasi, distribusi, inventori bahan baku, serta barang jadi. Traceability produk makanan menjadi semakin penting dalam beberapa tahun terakhir, karena telah terjadi peningkatan fokus pada ketertelusuran produk dalam rantai pasokan makanan. Sistem traceability yang baik dalam rantai pasok makanan memiliki potensi mengurangi risiko dan biaya dari produk pangan yang rusak melalui transparansi dalam rantai pasok. Asabi adalah salah satu perusahaan yang menjalankan usaha hortikultura di Kota Bogor dengan sistem hidroponik. Produk yang dihasilkan berupa sayuran yang dibudidayakan didalam greenhouse agar tercipta kondisi lingkungan yang dikehendaki dalam pemeliharaan sayuran. Asabi terus melakukan perluasan pasar, yang sebelumnya hanya pasar tradisional dan individu saja, pada Juli 2022 bertambah pada pasar ritel. Konsumen ritel yang hadir menuntut kualitas, integritas, dan keamanan produk yang lebih tinggi, hal ini menjadi penting untuk Asabi untuk menerapkan sistem rantai pasok dan traceability, selain pemenuhan permintaan konsumen ritel juga untuk menciptakan peluang-peluang baru di masa depan terkait jaminan mutu, keamanan pangan, inovasi, teknologi, dll. Tujuan dari penelitian ini yaitu menggambarkan sistem rantai pasok sayur hidroponik di Asabi, menganalisis kinerja rantai pasok sayur hidroponik di Asabi dan mengidentifikasi fungsi traceability pada rantai pasok sayur hidroponik di Asabi. Penelitian ini dilaksanakan di PT. Agricon Sentra Agribisnis Indonesia (Asabi) berlokasi di Sentul Rest Area Tol Jagorawi KM. 35 Bogor, Jawa Barat pada 1 Juli 2022 sampai 31 Desember 2022. Studi ini menggunakan data primer yang didapatkan dari general manager dan sales partnership yaitu sasaran pasar Asabi, bagaimana proses kerjasama dan waktu siklus aliran dana dan aset Asabi. Sales and technical yaitu tentang bagaimana proses pembibitan, pemeliharaan, dan panen sayur Asabi. Admin officer dalam pengumpulan data sales, harga jual, biaya produksi. Pengawas on farm, tenaga kerja gudang dan tenaga kerja harian dalam pencatatan waktu panen, waktu pengolahan, dan jumlah pasokan, sedangkan driver dalam pencatatan waktu pengiriman. Data sekunder yaitu data pembanding supply chain operation relation (SCOR) oleh supply chain council (SCC) sebagai lembaga independen dalam transformasi, inovasi, dan kepemimpinan organisasi rantai pasok dan data pembanding SCOR dari perusahaan sejenis (perusahaan sayur hidroponik v yang berlokasi di Cianjur, Jawa Barat). Data pembanding diperoleh dari internet dan jurnal penelitian untuk menentukan posisi kinerja perusahaan yang menjadi acuan dan tren kinerja dari periode tertentu. Data digunakan untuk analisis deskriptif menggunakan food supply chain network (FSCN), untuk menjelaskan tujuan rantai pasok dengan empat elemen utama yaitu struktur jaringan, manajemen rantai pasok, proses bisnis, dan sumber daya. Tahap kedua adalah analisis kuantitatif dengan menghitung kinerja rantai pasok menggunakan SCOR yang terdiri dari reliability, responsiveness, agility, cost, dan asset. Tahap ketiga adalah menggambarkan traceability dalam rantai pasok yang sesuai untuk meningkatkan kinerja rantai pasok. Data dibandingkan dalam dua situasi, sebelum (H1) yaitu Januari sampai Juni 2022 yang didapatkan dari hasil wawancara dengan general manager Asabi dan setelah adanya pelanggan ritel (H2) yaitu Juli sampai Desember 2022 melalui observasi dan wawancara langsung di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rantai pasok Asabi terdiri dari upstream, processing dan downstream dan konsumen sebagai rantai terakhir yang dilalui rantai pasok. Upstream terdiri dari pemasok sayur yaitu Asabi, pemasok mitra, dan pemasok nonmitra. Pasokan sayur 95% didapatkan dari greenhouse Asabi yang berukuran 200-1000 m2, sedangkan sisanya dari pemasok mitra dan pemasok nonmitra. Rata-rata penjualan setelah adanya konsumen ritel menunjukkan peningkatan 78% dibanding dengan tahun sebelumnya dengan 53,89% penjualan sayur bayam hijau. Hasil analisis deskriptif FSCN menunjukkan sasaran pasar dibedakan menjadi tiga yaitu pasar tradisional, individu, dan ritel berdasarkan dari kualitas sayur dan harga jual. Hadirnya konsumen ritel merubah struktur jaringan dengan menambahkan kuantitas pada bagian downstream. Manajemen rantai pasok yang semula hanya kolaborasi transctional dan kooperatif ke konsumen maupun pemasok, pada konsumen ritel terdapat kolaborasi secara coordinated dan sinkronisasi dengan menerapkan teknologi berupa barcode yang didukung oleh pelanggan ritel. Proses bisnis juga mengalami perubahan pada proses pull (merespon permintaan) dan push (mengantisipasi pesanan) dengan perhitungan estimasi panen yang lebih akurat merujuk pada histori produksi sebelumnya dan kesepakatan dengan pelanggan ritel. Sumber daya juga mengalami perubahan khususnya pada transportasi, hadirnya konsumen ritel memunculkan adanya biaya distribusi dengan pengiriman sayur menggunakan mobil pickup. Kinerja SCOR pada rantai pasok menunjukkan bahwa ritel meningkatkan penjualan Asabi, namun apabila dibandingkan dengan data pembanding dan H1, adanya konsumen ritel menyebabkan reliability lebih rendah dan cost lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena masih adanya penyesuaian Asabi dalam menanggapi permintaan konsumen ritel, sehingga masih terdapat adanya pesanan tidak sempurna (retur/kuantitas dan kualitas belum sesuai), sedangkan cost tinggi pada biaya pemeliharaan greenhouse dan adanya biaya distribusi. Rendahnya reliability dan tingginya cost ini dapat diaplikasikan dalam penerapan traceability sayur di Asabi di masa depan, meskipun traceability belum dibangun di Asabi, dari aplikasi simulasi traceability, Asabi perlu membuat estimasi panen yang lebih akurat, meningkatkan proses sortasi dan memanfaatkan penggunaan greenhouse untuk meningkatkan reliability dan minimalisir cost. | id |
| dc.language.iso | id | id |
| dc.publisher | IPB University | id |
| dc.title | Sistem Rantai Pasok dan Traceability Sayuran Hidroponik di PT. Asabi | id |
| dc.type | Thesis | id |
| dc.subject.keyword | Hidroponik | id |
| dc.subject.keyword | Rantai Pasok | id |
| dc.subject.keyword | SCOR | id |
| dc.subject.keyword | Sayuran | id |
| dc.subject.keyword | Traceability | id |
| Appears in Collections: | MT - Business | |
Files in This Item:
| File | Description | Size | Format | |
|---|---|---|---|---|
| Cover,Lembar Pernyataan,Abstrak,Lembar Pengesahan,Prakata, dan Daftar Isi.pdf Restricted Access | Cover | 589.06 kB | Adobe PDF | View/Open |
| K1501201025_Matelda Septia Riany.pdf Restricted Access | Fulltext | 1.44 MB | Adobe PDF | View/Open |
| Lampiran.pdf Restricted Access | Lampiran | 531.17 kB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.