Analisis Kelekatan Dewasa, Stabilitas Emosi, dan Dukungan Sosial, serta Riwayat Pengasuhan pada Posttraumatic Growth Setelah Terinfeksi COVID-19

Abstract

Pandemi COVID-19 dapat mengakibatkan berbagai masalah mental serius bagi dewasa muda. Meski demikian situasi ini di sisi lain juga dapat dimanfaatkan sebagai momentum untuk menjadi individu yang lebih baik atau mengalami posttraumatic growth (PTG). Kelekatan dewasa, stabilitas emosi, dan dukungan sosial, serta riwayat pengasuhan diyakini dapat mempengaruhi PTG setelah terinfeksi COVID-19 pada dewasa muda. Oleh karena itu, penelitian ini memiliki beberapa tujuan, yaitu 1) Mengidentifikasi gambaran kelekatan, stabilitas emosi, dukungan sosial, dan PTG, 2) Menganalisis hubungan karakteristik individu, karakteristik keluarga, kelekatan, stabilitas emosi, dukungan sosial, dan PTG, 3) Menganalisis pengaruh antara kelekatan, stabilitas emosi dan dukungan sosial terhadap PTG, serta 4) Mendeskripsikan riwayat pengasuhan ditinjau dari tingkat PTG. Penelitian ini menggunakan desain eksplanatori sekuensional dengan menggunakan data kuantitatif dan kualitatif. Populasi penelitian ini adalah kelompok dewasa awal yang pernah terinfeksi COVID-19 di Indonesia. Penentuan responden penelitian dilakukan secara random sampling dengan kriteria lebih spesifik pada penyintas COVID-19 yang mengalami gejala infeksi virus sedang, parah, hingga kritis dan telah dinyatakan sembuh saat terlibat dalam penelitian ini. Data kuantitatif dikumpulkan dengan alat bantu kuesioner yang disebarkan menggunakan google form dan diperoleh 204 orang responden. Setelah itu data kualitatif dikumpulkan dengan cara wawancara secara online kepada responden terpilih yang memenuhi kriteria dengan skor PTG relatif tinggi dan relatif rendah masing-masing 4 orang. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Microsoft Excel, Statistical Package for Social Science (SPSS) for windows versi 25.0, Linear Structure Relations (LISREL) versi 8.80 untuk data kuantitatif, dan Nvivo 12 untuk data kualitatif. Variabel kelekatan dewasa adalah bentuk kelekatan yang dimiliki responden terhadap lingkungannya secara umum berdasarkan gambarannya terhadap diri sendiri maupun orang lain, dan hasil memperlihatkan menunjukkan pola kelekatan dewasa yang beragam dengan kelekatan secure (rata-rata=69,2), fearful (rata-rata=55,1), preoccupied (rata-rata=57,8), dan dismissing (rata-rata =65,2). Adapun tingkat stabilitas emosi mayoritas berada dalam kategori rendah (rata-rata =49,52). Sementara tingkat dukungan sosial saat menjalani perawatan COVID-19 adalah cenderung sedang (rata-rata=72,05), dan tingkat PTG menunjukkan hasil yang cenderung tinggi (rata-rata =77,02). Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa stabilitas emosi berhubungan negatif dengan jenis kelamin, yang berarti laki-laki memiliki stabilitas emosi yang relatif lebih tinggi daripada perempuan, dan berhubungan positif dengan tingkat pendidikan yang menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka stabilitas emosi semakin baik. Variabel karakteristik keluarga yang ditemukan signifikan hanya pada status pernikahan orang tua dengan kelekatan fearful yang berarti responden dengan orang tua yang bercerai cenderung memiliki kelekatan fearful yang tinggi. Kelekatan secure ditemukan tidak berkorelasi dengan stabilitas emosi, sementara kelekatan fearful dan preoccupied memiliki korelasi negatif. Dukungan sosial berkorelasi positif dengan kelekatan secure, stabilitas emosi, dan PTG sementara dengan kelekatan fearful korelasinya negatif. Hanya kelekatan fearful dan dismissing yang ditemukan berkorelasi positif terhadap PTG. Hasil analisis jalur terhadap model penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial yang signifikan sebagai mediator terhadap pengaruh kelekatan secure dan fearfull terhadap PTG. Adapun berdasarkan model penelitian yang diajukan, hanya pada model pengaruh kelekatan preoccupied terhadap PTG yang ditemukan bahwa stabilitas emosi dan dukungan sosial secara berkelanjutan mampu menjadi mediator yang signifikan. Sementara itu pada model kelekatan dismissing sebagai variabel eksogen, pengaruh langsung terhadap PTG ditemukan lebih efektif dibandingkan melibatkan variabel lainnya. Hasil analisis data riwayat pengasuhan menunjukkan bahwa responden dengan PTG tinggi cenderung memiliki kedua orang tua yang terlibat penuh dalam pengasuhan dibanding mereka dari kelompok rendah. Kelompok tinggi juga ditemukan memiliki lebih banyak pengalaman positif lebih banyak dari kelompok rendah yang menghayati lebih banyak pengalaman negatif bersama pengasuhnya. Pengalaman pengasuhan yang melibatkan banyak aspek afektif/kasih sayang disertai penerapan aturan dan peran di keluarga yang jelas namun fleksibel cenderung dialami oleh responden dengan tingkat PTG tinggi, sementara pada PTG rendah cenderung menegangkan dan kaku. Peneliti selanjutnya direkomendasikan untuk melakukan probability sampling dalam menentukan responden penelitian, misalnya dengan berfokus pada daerah dengan kasus COVID-19 yang tinggi di Indonesia, sehingga mempermudah dalam generalisir temuan. Penggunaan instrumen yang lebih sederhana juga disarankan. Secara praktis, masyarakat diharapkan bisa lebih peka untuk saling memberikan dukungan di situasi sulit. Kepada praktisi kesehatan mental, program intervensi dan promosi terkait masalah regulasi emosi dibutuhkan. Kepada para orangtua sangat disarankan untuk mengaplikasikan pengasuhan dengan iklim yang positif dan hangat, namun tetap memberikan aturan yang jelas untuk membantu anak mengembangkan ketangguhan di masa dewasa.