Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/12443
Title: Hubungan antara Keanekaragaman Bentang Terumbu (Reefscape Diversity) dengan Keanekaragama n Ikan (Fish Diversity) di Ekosistem Terumbu Karang Nusa Penida, Bali.
Authors: Adriani
Issue Date: 2002
Publisher: IPB (Bogor Agricultural University)
Abstract: Terurnbu karang diisi oleh beraneka jenis ikan yang telah terspesiaiisasi akan surnberdaya tertentu dalarn jangka waktu yang cukup lama. Secara garis besar, spesialisasi ikan-ikan pengisi ekosistern terurnbu karang rnungkin terbentuk dengan adanya diversifikasi relung yang rnerupakan hasil dari proses kornpetisi inter-intra spesies yang rnerniliki kebutuhan akan suatu surnberdaya yang sarna. Diversifikasi relung yang dialarni ikan-ikan karang terjadi sebagai reaksi atas begitu beragarn dan kornpleksnya struktur habitat penyusun sistern terurnbu. Ada indikasi bahwa keanekaragarnan bentang terurnbu (reefscape diversity) yang tinggi rnerupakan saiah satu faktor yang rnenyebabkan kornunitas ikan karang yang hidup dalarn suatu sistern terurnbu rnenjadi sangat beraneka ragarn dan rnelirnpah. Habitat dasar terurnbu karang tidak hanya tersusun dari karang batu (stony coral), yang terdiri dari banyak tipe perturnbuhan dan jenis, narnun ada pula kornponen-kornponen lain seperti karang lunak (soft coral), sponge, karang kipas (gorgonians), ascidians, batu karang (rock), alga, pasir, lurnpur (silt), karang rnati (baik karang rnati biasa rnaupun yang telah tertutupi alga) dan pecahan karang (rubble). Peneiitian ini bertujuan untuk rnernperoleh inforrnasi biologi dan ekologi dari ekosistern terurnbu karang di perairan Nusa Penida dengan (1) Mencari tahu hubungan antara keanekaragarnan bentang terurnbu (reefscape diversity) dengan keanekaragarnan ikan (fish diversity); (2) Mencari dan rnernaharni pengelornpokkan habitat dan ikan; (3) Menentukan preferensi ikan karang (tingkat genus) terhadap rnorfologi habitat dasarnya. Penelitian ini dilaksanakan di pesisir utara Nusa Penida, Propinsi Bali dari tanggal 22 April sarnpai 2 Mei 2001. Pengarnatan pendahuiuan dengan snorkeling dilakukan untuk rnenentukan lokasi stasiun penelitian. Berdasarkan ha1 tersebut diperoleh lirna stasiun penelitian yaitu (1) Toyapakeh, (2) Tanjung Bias Muntig, (3) Prapat, (4) Tanah Bias dan (5) Ped. Pengambilan data biota habitat dasar yang sarnpai pada tingkat bentuk perturnbuhan (lifeform) rnenggunakan rnetode transek garis rnenyinggung sedangkan data ikan sarnpai pada tingkat taksa (jenis) dengan rnetode pencacahan visual (English et dl., 1994). Pengarnatan dilakukan pada dua tingkat kedalarnan yaitu 10 meter dan 3 meter. Pengolahan dan analisa data biota pengisi habitat dasar rnenggunakan persentase penutupan, indeks rnortalitas karang, indeks keanekaragarnan Shannon-Weaver (H') dan indeks kesarnaan Canberra untuk rnenentukan pola pengelornpokkan habitat. Sedangkan data ikan rnengggunakan indeks keanekaragarnan Shannon-Weaver (H'), keseragarnan (E), dorninansi Sirnpson (C), serta indeks kesarnaan Sorenson untuk pola pengelornpokkan ikan berdasarkan genus. Kernudian analisa rnengenai hubungan antara biota habitat dasar dengan ikan rnenggunakan regresi polinornial serta analisa nodul berdasarkan indeks konstansi (C,,) dan fidelitas (FlJ) (Odurn, 1971; Aktani, 1990; English, etal., 1994; Magurran, 1988). Berdasarkan pengarnatan langsung, tipe terurnbu di Nusa Penida dapat dikategorikan sebagai terurnbu tepi. Kornunitas karang batu di kedalarnan 10 meter berada dalarn kondisi yang lebih baik dibandingkan di 3 meter. Hal ini terlihat dari penutupan karang hidup yang cukup baik di seluruh stasiun penelitian dan rendahnya nilai rata-rata indeks rnortalitas karang. Hasil pengamatan di lirna stasiun penelitian adalah 208 taksa ikan dari 80 genus dan 28 famili. Keseluruhan komunitas ikan berada dalarn kondisi yang cukup baik kecuali di stasiun Toyapakeh pada kedalaman 10 meter yang berada dalam kondisi tertekan namun merniliki jumlah individu paling tinggi. Terjadinya konsentrasi ikan yang tinggi ini erat kaitannya dengan aktivitas pemberian makan oleh para turis dan pengelola ponton Quicksilver. Kegiatan ini mengakibatkan terjadinya perubahan pola rnakan komunitas ikan di perairan Nusa Penida, karena pada jam-jam tertentu ikan-ikan predator dari perairan yang lebih dalam akan ikut hadir untuk berebut rnakanan dan menyisihkan ikanikan yang lebih kecil. Stasiun Tanjung Bias Muntig pada kedalarnan 10 meter memiliki keanekaragaman bentang terumbu yang paling baik, karena merniliki hampir seluruh kategori bentuk pertumbuhan biota karang dan non karang. Interaksi antar berbagai bentuk pertumbuhan karang batu dengan komponen-komponen lain sebagai penyusun habitat dasar terumbu rnenjadikan struktur topografi dasar perairan di stasiun 2 sangat kornpleks, sehingga marnpu menyediakan banyak relung dan celah sempit bagi kehidupan beraneka jenis ikan dan hewan laut lainnya. Bentuk perturnbuhan yang paling sering dijumpai adalah kategori karang batu Acropora bercabang, setelah itu terdapat karang lunak yang pada beberapa stasiun pengamatan terlihat rnemenangkan persaingan ruang dengan karang batu. Genus karang lunak yang sering terlihat adalah Sarcophyton dan Sinularia. Ketiga genus karang hidup ini merupakan yang paling umum diternukan di ekosistem terurnbu karang Nusa Penida yang berarus kencang, memiliki topografi landai dan sirkulasi perairan yang baik. Kedalarnan 10 meter memiliki 4 kelornpok habitat (KH) dengan stasiun 3 dan 4 sebagai anggota KH 1 kemudian berturut-turut adalah stasiun 1, 2 dan 5 sebagai anggota KH 2, 3 dan 4. Sedangkan di kedalaman 3 meter hanya terdapat 3 KH dengan stasiun 3 dan 5 (KH I), stasiun 4 (KH 2) serta stasiun 1 dan 2 (KH 3). Pengelornpokkan ikannya ada 14 kelompok genus ikan (KGI) di kedalarnan 10 meter dan 13 KG1 di kedalarnan 3 meter. Berdasarkan kedua pengelompokkan tersebut, dapat dikatakan bahwa komunitas rnakhluk hidup pengisi ekosistem terumbu karang di Nusa Penida pada kedalaman 10 meter lebih beragam dibandingkan di 3 meter. Hubungan antara penutupan karang hidup dan karang rnati dengan jumlah taksa ikan di kedalaman 10 meter berbeda dengan di 3 meter. Pada kedalarnan 10 meter hubungan yang terjadi rnerniliki model minimum-maksirnum dengan kurva sinusoidal, sedangkan di kedalaman 3 meter bersifat kuadratik dengan kurva berbentuk parabola (untuk karang mati) dan minimum-maksimuni (untuk karang hidup). Hubungan antara keanekaragaman habitat (bentang terumbu) dengan keanekaragaman ikan pada kedalaman 10 meter dan 3 meter adalah kuadratik dengan bentuk kurva parabola terbuka ke atas, yang berarti keanekaragarnan bentang terurnbu yang tinggi dapat rnenyokong kehidupan berbagai jenis ikan, sehingga mampu rnemicu tingginya keanekaragarnan jenis ikan. Analisa nodul rnernperlihatkan bahwa keberadaan suatu kelompok genus ikan yang menyukai suatu kelompok habitat tertentu di kedalaman 10 meter lebih banyak dibanding 3 meter. Hal ini menandakan kondisi habitat di kedalaman 10 meter lebih mampu untuk mengakomodasi kehidupan beraneka jenis ikan dalarn jumlah besar.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/12443
Appears in Collections:UT - Economics and Development Studies

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
C01ADR.pdf
  Restricted Access
3.59 MBAdobe PDFView/Open
C01ADR_abstract.pdf
  Restricted Access
298.39 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.