Kinerja Ekspor Lada Hitam Indonesia di Pasar Amerika Serikat

Abstract

Lada Indonesia, yang menyumbang 11 persen pasar Amerika Serikat, berada di bawah Vietnam sebagai pemasok utama dan Brazil. Berdasarkan pertumbuhan ekspor lada Indonesia ke pasar Amerika Serikat, Indonesia berada di urutan kedua setelah Vietnam. Nilai ekspor lada hitam di negara Vietnam memiliki tren yang semakin meningkat sedangkan nilai ekspor lada Indonesia setiap tahunnya cenderung menurun. Faktanya ekspor lada Indonesia ke pasar Amerika masih memiliki keterbatasan, namun persaingan diantara negara pengekspor lada semakin meningkat. Penelitian akan menggunakan pasar Amerika Serikat sebagai pasar tujuan ekspor Indonesia dan negara pesaing serta komoditas lada hitam utuh atau tidak dihancurkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya saing dan permintaan ekspor lada hitam Indonesia di pasar Amerika Serikat. Penelitan mengenai daya saing dilakukan untuk menganalisis keunggulan komparatif lada hitam Indonesia. Permintaan ekspor akan dianalisis menggunakan tingkat persaingan dengan negara Vietnam, Brazil dan India. Pemilihan negara Vietnam, Brazil, Indonesia dan India dilakukan dalam penelitian berdasarkan tingkat produksi dan nilai ekspor dari negara tersebut merupakan yang terbesar di dunia dan akan dimanfaatkan dalam pengukuran elastisitas permintaan. Kinerja ekspor lada hitam Indonesia ke pasar Amerika Serikat dianalisis menggunakan metode Reveled Comparative Advantage (RCA) serta dilakukan penambahan pada Reveled Symmetric Comparative Advantage (RSCA) untuk mengurangi asimteri namun dengann hasil yang serupa dan metode Almost Ideal Demand System (AIDS). Variabel dependen adalah share impor Vietnam, Brazil, Indonesia dan India serta variabel independen adalah harga lada dari negara- negara tersebut, harga lada rest of the world, dan total impor lada hitam. Data yang digunakan merupakan jenis data bulanan yang dimulai pada tahun 2005- 2021. Hasil analisis menunjukkan bahwa lada hitam Indonesia, Vietnam, Brazil dan India memiliki daya saing secara komparatif artinya bahwa lada hitam Indonesia serta negara eksportir lain dalam penelitian dapat bersaing antar komoditas serta negara tersebut dapat berspesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor lada hitam ke pasar Amerika Serikat. Lada hitam Indonesia memiliki elastisitas pengeluaran yang positif namun dibawah nilai Vietnam sehingga ketika pengeluaran Amerika Serikat meningkat maka impor Vietnam yang akan meningkat juga dan menerima keuntungan. Elastisitas harga yang dimiliki bernilai negatif dan elastis namun lebih rendah dari Vietnam dan India. Elastisitas harga silang Indonesia bersubtitusi dengan Vietnam dan berkomplementer dengan India, sedangkan hubungan Indonesia dan India dengan Brazil tidak dapat disimpilkan dikarenakan nilai yang tidak signifikan. Hasil penelitian negara pesaing Indonesia menunjukkan lada hitam Vietnam memiliki elastisitas pengeluaran tertinggi terhadap pengeluaran Amerika Serikat, elastisitas harga yang elastis dimiliki oleh negara Vietnam, Brazil, dan India yang akan memengaruhi perubahan permintaan, serta elastisitas harga silang Vietnam bersubstitusi dengan Brazil, Indonesia dan India, elastisitas harga silang Brazil yang bersubtitusi dengan Vietnam namun tidak signifikan dengan Indonesia dan India, serta elastisitas harga silang India yang serupa dengan Indonesia. Implikasi kebijakan pada lada hitam Indonesia yang efektif dilakukan melalui peningkatan kualitas produk dengan menggunakan tekonologi dalam panen, pengolahan dan pengemasan yang bersifat tradisional menjadi lebih modern dan memerhatikan food safety dalam ekspor ke Amerika Serikat. Kebijakan dalam menyesuaikan share impor dan harga diperlukan Indonesia untuk dapat bersaing dengan Vietnam agar tidak terjadi over supply pada lada hitam di pasar Amerika Serikat dan harga menjadi rendah, lebih berfokus pada ekspor Amerika Serikat dibandingkan dengan ekspor ke negara yang melakukan reekspor serta membangun hubungan kerjasama dengan India dalam ekspor ke Amerika Serikat.

Indonesian pepper, which accounts for 11 percent of the US market, is under Vietnam as the main supplier and Brazil. Based on the growth of Indonesian pepper exports to the US market, Indonesia is second after Vietnam. The export value of black pepper in Vietnam has an increasing trend, while the export value of Indonesian pepper tends to decrease yearly. The fact is that Indonesian pepper exports to the American market still have limitations, but competition among pepper-exporting countries is increasing. The research will use the United States market as the export destination for Indonesia and competing countries, as well as whole or uncrushed black pepper. This study aimed to determine the competitiveness and demand for Indonesian black pepper exports in the United States market. Research on competitiveness was conducted to analyze the comparative advantages of Indonesian black pepper. Export demand will be analyzed using the level of competition with Vietnam, Brazil, and India. The selection of countries Vietnam, Brazil, Indonesia, and India was carried out in the research based on the level of production and export value from these countries, which are the largest in the world and will be used in measuring the elasticity of demand. The performance of Indonesia's black pepper exports to the United States market was analyzed using the Revealed Comparative Advantage (RCA) method and addition to the Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA) to reduce asymmetry but with similar results and the Almost Ideal Demand System (AIDS) method. The dependent variable is the import share of Vietnam, Brazil, Indonesia, and India, and the independent variables are the price of pepper from these countries, the price of the rest of the world's pepper, the total import of black pepper. The data used is a monthly data type starting in 2005-2021. The analysis results show that Indonesian, Vietnamese, Brazilian, and Indian black pepper have comparative competitiveness meaning that Indonesian black pepper and other exporting countries in the study can compete among commodities, and these countries can specialize in producing and exporting black pepper to the United States market. Indonesian black pepper has a positive expenditure elasticity but is below Vietnam's value so that when United States spending increases, Vietnam's imports will also increase and receive benefits. Price elasticity is negative and elastic but lower than Vietnam and India. Indonesia's cross-price elasticity is substituted with Vietnam and complementary with India. At the same time, the relationship between Indonesia, India, and Brazil cannot be summarized because the value is not significant. Research results from Indonesia's competitor countries show that Vietnamese black pepper has the highest expenditure elasticity against United States spending; Vietnam, Brazil, and India have elastic price elasticity, which will affect changes in demand, as well as cross-price elasticity for Vietnam substituted with Brazil, Indonesia, and India. The cross-price elasticity of Brazil is substituted with Vietnam but not significant with Indonesia and India, and the cross-price elasticity of India is similar to that of Indonesia. Policy implications for effective Indonesian black pepper are carried out through improving product quality by using traditional harvesting, processing, and packaging technology to become more modern and pay attention to food safety in exports to the United States. The policy of adjusting import share and prices is necessary for Indonesia to compete with Vietnam so there is no oversupply of black pepper in the US market. Prices will be low, focusing more on US exports than exports to countries that re-export and build cooperative relations with India in exports to the United States.